Alam Kubur nan Permai
Oleh Abdul Haris Booegies
Kematian termasuk peristiwa yang menimpa semua makhluk hidup. “Tiap yang bernyawa bakal merasakan mati” (Ali Imran: 185).
Biarpun menakutkan, namun, kematian sebenarnya menyenangkan. Buktinya, belum pernah ada orang mati mau hidup lagi. Rasulullah bersabda: “Kematian merupakan penghapus dosa bagi tiap Muslim”.
Menjelang sakratul maut, manusia ditimpa perubahan jasad. Lidah memendek akibat tertekuk ke dalam. Sementara pita suara terkulai sampai tak sanggup berbicara. Kuku pun membiru.
Di momen tersebut, dada terasa sesak. Kemudian tubuh secara perlahan dingin yang dimulai dari kaki. Pendengaran juga berkurang. Sedangkan mata sulit bereaksi dengan suasana di sekitar.
Di kala itu, mata sebetulnya mulai melihat alam nonfisik. Pasalnya, tabir mata disingkap demi menelisik perjalanan roh. Figur beriman yang dicabut nyawanya acap menunjukkan mimik bahagia. Sebab, naza’ (proses pencabutan nyawa) diiringi upacara hikmat kalangan malaikat.
Segolongan malaikat turun dengan roman yang bersinar bagai mentari. Mereka membawa kafan halus yang semerbak dari Surga. Hingga, jenazah bersangkutan menampakkan sekulum senyum.
Malaikat pencabut nyawa lantas datang seraya duduk di sampingnya. Ia lalu berkata: “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah”. Roh tersebut kemudian keluar laksana air yang mengalir.
Jiwa itu menyembul dengan bebauan harum. Malaikat lantas meletakkannya dalam kafan. “Alangkah harum roh fulanah binti fulanah”, puji rombongan malaikat.
“Kalau maut datang kepada seorang di antara kamu, maka, ia diwafatkan oleh utusan-utusan Kami. Para malaikat tersebut tiada pernah lalai” (al-An’am: 61).
Tidak sedikit sanak-saudara atau tetangga kita yang meninggal dengan wajah bersaput senyum. “Jangan takut dan berdukacita. Bergembiralah dengan memperoleh Surga yang dijanjikan Allah kepadamu!” (Fushshilat: 30).
Tidur Pengantin
Tatkala mayat ditimbun tanah, berarti episode krusial segera menyongsong. Jenazah itu mendengar gesekan alas kaki pelayat terakhir yang mengantarnya ke pemakaman.
Sang mayat lalu membuka mata. Sementara sekujur badannya terasa lemah bak bayi yang baru dilahirkan. Dengan keterbatasan kondisi ragawi, ia takjub oleh suasana sekeliling.
Jenazah tersebut merasakan ada atap, tetapi, seolah tak terjangkau. Dinding terasa mengurung, namun, tidak teraba. Terpikir untuk menghubungi seseorang jika ia tengah terperangkap di suatu wilayah. Masalahnya, bagaimana mengontak buat minta tolong. Alat komunikasi semacam handphone tak dipunyai. Selain itu, lokasi tempat ia terkurung pun tak diketahui.
Ia akhirnya sadar bila berada di liang lahat. Tanah pun segera melilitnya. Siapa saja yang mati pasti dihimpit tanah. Komunitas beriman kalau dijepit tanah seperti sepasang kekasih yang saling berpelukan. Makin erat rangkulan, kian terasa membuai.
Tiba-tiba muncul dua sosok makhluk dengan suara menggelegar membawa cambuk petir. Keduanya kemudian mendudukkan si mayat sambil bertanya tentang beberapa perkara. Jenazah tersebut dikonfirmasi perihal Allah, Islam, Nabi Muhammad, al-Quran berikut potensi dirinya dalam mengarungi kompetisi global.
Rasulullah berdoa: “Ya Allah, tetapkan lidahnya saat ditanya. Bukalah pintu-pintu langit untuk ruhnya”.
“Allah memberikan ketetapan kepada insan beriman dengan ucapan nan teguh dalam kehidupan di dunia maupun akhirat” (Ibrahim: 27).
Jika seluruh jawaban memuaskan, maka, ia dipersilahkan berbaring di atas kasur yang didatangkan dari Surga. “Tidurlah seperti pengantin baru sampai hari kiamat”.
Ruang kubur lantas diluaskan sampai 70 x 70 hasta. Area tersebut lalu dihias dengan warna hijau. Di sana berderet amal shalat, puasa, zakat sekaligus perbuatan mulia selama hidupnya dalam sosok tampan.
Nabi Muhammad bersabda: “Kubur ada kalanya bagai sebuah taman di antara taman-taman Surga”. Empat puluh cahaya benderang kemudian menyinari kubur kaum beriman. Wewangian semerbak pun dipercikkan.
Dalam beberapa kasus, ada makam yang bercahaya di malam Jumat. Tidak sedikit pula kuburan menghembuskan aroma harum. Hikayat paling mashur tentu saja makam Masyitah, jurus rias putri Fir’aun. Wewangian kuburan Masyitah sempat tercium oleh Rasulullah dalam super saga Isra’ Mi’raj.
Kerinduan Bidadari
Apa sesungguhnya yang dilakukan mayat di alam kubur? Benarkah sekedar berbaring menanti judgement day setelah bumi dimusnahkan.
Jasad tanpa nyawa itu sebetulnya memperoleh kesenangan. Saban pagi serta sore, ia diperlihatkan kediamannya di Surga. Bahkan, mayat tersebut leluasa mendengar ayat-ayat suci. Bila ia hendak mendengar surah Yasin, niscaya terdengar firman Allah itu dilantunkan dengan suara merdu.
Di mata jenazah tersebut dipertontonkan visualisasi surah Yasin. Di alam kubur, segenap surah al-Quran dilengkapi versi sinema. “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling indah dengan mewahyukan al-Quran ini” (Yusuf: 3).
Mayat itu menonton film yang berdasarkan ayat-ayat al-Quran. Ia bisa menerawang kaum Yahudi yang membunuh para nabi kalau mendengar surah al-Baqarah: 61. Ia dapat memandang raut sangar Abu Lahab jika terdengar surah al-Lahab. Ia mampu melihat Nabi Musa al-Qawwiy al-Amin bila mendengar sebuah ayat mengenai pemimpin bani Israil tersebut.
Sebagaimana dipahami, Nabi Musa merupakan utusan Tuhan yang namanya disebut paling banyak yakni 136 kali. Postur Musa Alaihissalam kurus, tetapi, tinggi bak pria dari komunitas Syanu’ah. Rambutnya lurus dengan lidah yang kurang lancar bertutur.
Al-Quran menjadi hiburan paling memikat dalam kubur. Al-Quran malahan sanggup membuat orang bertetangga dengan Allah. Sekali peristiwa, Allah bertanya kepada malaikat. “Di mana para tetangga-Ku”. Malaikat menjawab: “Ya Tuhan kami, siapakah mereka?” Allah bertitah: “Mereka yang selalu membaca al-Quran!”
Ketika mayat kaum Muslim berbaring menunggu hari kiamat, maka, di Surga para bidadari terus-menerus merindukan mereka. Seribu hauri yang kelak menjadi istrinya sudah tak tahan dibelai mesra. Mereka ingin selekasnya dicumbu.
Tiap Ramadan, seisi Surga dihias. Sedangkan bidadari berdandan cantik. Mereka lantas naik ke menara kristal yang tertinggi di Surga.
Hauri jelita itu menatap jauh sembari bertanya: “Di mana insan beriman yang dijanjikan Allah kepada kami? Di mana mereka yang akan memiliki kami?”
(Tribun Timur, Selasa, 11 November 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar