Jumat, 31 Desember 2021

Cewek-Cewek Idaman Santri


Cewek-Cewek Idaman Santri
Oleh Abdul Haris Booegies


     Santri normal pasti tertarik dengan lawan jenis.  Ada gula ada semut.  Ada gadis tentu ada santri yang bersemangat mendekat.  Santri Pesantren IMMIM bukan sekedar kandidat pencipta roket.  Sesekali menjelma pula homo eroticus.  Pokoknya, "santri juga manusia!"
     Libido anak muda senantiasa meledak-ledak.  Repotnya kalau santri karena terkurung dalam sangkar.  Keluar kampus tanpa izin merupakan pelanggaran berat.  Apalagi bolos ke kota.  Ini dosa mahagede.
     Bila ada santri melarikan diri (farra) keluar kampus, ia bakal babak-belur di qismul amni (seksi keamanan).  Jika personel qismul amni membenci sosok pelanggar, niscaya sial bukan kepalang nasibnya.  Dari qismul amni, ia digiring ke pimpinan kampus.  Akhirnya, pimpinan kampus menjebloskan ke sel khusus.  Santri bersangkutan pun menjadi narapidana domestik.
     Bagaimana melampiaskan kegarangan puber santri?  Ada mitra yang acap ke kolam renang Mattoanging.  Biasanya santri datang berombongan.  Setelah membayar karcis Rp 350 per orang, mereka pun ke kamar ganti.
     Harap diingat bahwa rata-rata santri yang ke kolam tidak tahu berenang.  Mereka cuma bergerombol duduk-duduk di pinggir kolam junior.  Sisi Barat kolam ini dalamnya 100 cm.  Sedangkan sisi Timur 150 cm.  Santri lesu tanpa minat ke kolam senior dengan kedalaman 450 cm.
     Sebelum masuk pesantren, di kolam senior saya sering sprint di bawah bimbingan pelatih.  Saya bergabung dengan klub renang Tenrikala.

Incaran Santri
     Sore pada Jumat, 11 Maret 1983, sekitar 15 santri ke Mattoangin.  Tentu saja mereka hanya nongkrong di sisi kolam junior.  Untung tak ke kolam baby yang airnya selutut.
     Di kolam ada semacam live show seronok.  Seluruh gadis pasti memakai baju renang.  Mustahil melilit tubuh ranum dengan sarung, ini bukan sungai di desa.  Perawan-perawan cantik berbusana seksi inilah yang diincar santri.
     Akal bulus santri cukup lihai karena sudah dirancang curang tatkala menuju Mattoanging.  Mereka turun ke kolam junior yang airnya setinggi perut.  Santri sanggup memperkirakan gadis-gadis yang mengarah ke kolam junior.  Ketika gadis tersebut mendekat, santri pura-pura menyelam.  Kepalanya mendadak nongol.  Santri lantas pura-pura menggosok wajahnya yang dilelehi air.  Padahal, di momen itu ia sesungguhnya memelototi anatomi fisik sang gadis, khususnya target yang betul-betul sarat sensasi.  Ini tipu muslihat made in Pesantren IMMIM era 1983.  Saya sempat heran dengan ulah kawan-kawan.  Apanya yang enak kalau cuma begitu.
     Gadis-gadis dengan body goals yang berjalan di dekat santri, kiranya mampu memacu detak jantung,  Nafas terdengar tidak teratur.  Mendadak celana pendek yang dipakai terasa ketat, tak longgar lagi.  Maklum, ada yang menyembul tanpa aba-aba.  Ini yang dikehendaki santri untuk diulang terus karena adrenalinnya menuju puncak.
     Sesampai di kampus, cerita tentang kolam renang tidak bakal tuntas dibahas sampai tengah malam.  Hikayat hanya seputar fakhiz (thigh) dan tsadyu (boobs).  Elemen ini menjadi energi untuk mengaktifkan optimisme.

Cewek Legenda
     Ekspedisi ke kolam renang Mattoangin lambat-laun ditinggalkan.  Sebab, cuma menyisakan stres.  Tiap malam santri pusing 13 putaran di ranjang.  Bisa-bisa sableng bila hanya memandang raga molek, tak disentuh.  Kala Angkatan 8086 sudah Aliyah, modus berubah.  Ini lebih heboh, penuh tantangan.
     Sejak 1984, saban pagi terlihat santri Aliyah berdiri di taman dekat pos piket.  Mereka menanti siswi SMP Negeri 12 yang lewat.
     Segala cara digunakan untuk memikat siswi yang berjalan menuju ke sekolah.  Diawali dengan saling senyum.  Setelah bertukar senyum, santri mulai menanyakan nama.  Momen demi momen berlalu sampai santri memberi siswi SMP secarik kertas tanpa amplop.  Komunikasi dua sejoli akhirnya terjalin lewat surat cinta.  Nama cewek SMP yang mashur antara lain NRS, NRY, DW serta ASW.
     Aksi-aksi asmara di depan pesantren membuat saya curiga.  Boleh jadi ada rekan yang nekat merayu murid SD Tamalanrea yang bersebelahan dengan pesantren.  Tinggi langit dapat diterka.  Dasar laut bisa diduga.  Hati santri siapa yang paham.
     Dari segenap narasi asmara versi Pesantren IMMIM, ada satu nama legenda.  Gadis itu bernama NA.  Ia teramat populer pada 1982-1983.
     Saya tidak pernah melihat cewek ayu ini.  Informasi dari teman menandaskan jika dara tersebut berdomisili di dekat gerbang BTN Wesabbe.
     Bagaimana santri mengenal NA?  Rupanya santri yang main bola di lapangan kavaleri di seberang jalan pasti leluasa melihat rumah NA.  Saat main bola, santri binal tak lelah memandang ke rumah NA yang berada di sudut lapangan.  Semua gatal ingin merebut NA.

Rano Karno Gadungan
     Gosip terpanas 1982 menukilkan kalau NA berpacaran dengan santri yang mirip Rano Karno.  Hampir tiap hari Rano imitasi ini memoles wajah.  Bahkan, mengoles bibir dengan gincu.  Mungkin juga mempermak pipinya dengan bedak Kelly.  Ia paling doyan menorehkan sebuah bintik hitam di dagunya persis tahi lalat.  Tentu saja dagunya mirip Rano, rupa muka lain tidak!
     NA yang sudah dimaklumi akrab dengan Rano palsu, agaknya tak menyurutkan santri lain mengejarnya.  Aura NA menembus ke banyak hati santri.  Magisnya sekelas artis lokal.
     Pada Senin, 7 Maret 1983, pesantren geger.  AB disorot tajam.  Santri ini dituduh mencuri uang milik Bahrun.  AB menepis dakwaan kotor yang menjijikkan itu.
     Benarkah AB mencuri?  Sahabat karibnya membenarkan.  Duit tersebut ternyata dipakai untuk bergaya modis bak pangeran.  Ia tampil glamor demi meminang cinta NA.


Rabu, 22 Desember 2021

Sel Khusus Santri Badung

 

Sel Khusus Santri Badung
Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada 1982, pembina Pesantren IMMIM dilanda rasa gerah bin sesak dengan ulah santri nakal.  Kebandelan mereka wajib dikikis supaya santri tegak lurus dengan peraturan.  Sifat badung yang dipertontonkan memaksa Tor bertindak keras.  Ini pembina muda yang tak main-main menyiksa santri.  Ia memperkenalkan istilah kibata, kipas baru tanya.
     Bila Thor punya godam Mjolnir, maka, Tor memiliki cambuk rotan berukuran hampir dua meter.  Cambuk ini tidak pernah meleset dari sasaran.  Tor tak hanya mencambuk serta menghajar, ia juga selihai atlet WWE SmackDown dalam membanting santri.  Dijamin 100 persen pelanggar aturan langsung sempoyongan.  Siapa tidak terkentut-kentut kalau begitu.
     Jika ada santri yang melanggar terus dipanggil Tor, bermakna alamat buruk segera menimpa.  Rasanya seperti penduduk Mekah yang mendengar ancaman Abrahah dengan pasukan gajah.  Ngeri sekali.  Mendadak menangis sebelum ditonjok Tor.
     Pemukulan terhadap santri membuat ustaz Baharuddin HS, turun gunung turun tangan.  Kebrutalan Tor mutlak dihentikan.  Ia pun tersingkir dari Kampus Islami Tamalanrea.

Asal Mula Sel
     Bakda Isya pada Selasa, 14 September 1982, ayahanda tercinta Fadeli Luran menyampaikan bahwa Tor telah diskor.
     "Bila anakda masih nakal, akan dibuatkan sel khusus", tandas Fadeli Luran.
     Di luar dugaan, sel khusus santri kepala batu ternyata bukan isapan jempol.  Santri badung sontak waswas.  Dilanda galau tingkat dewa.  Kita sudah terpenjara di pesantren, sekarang disediakan lagi sel khusus.  Kapok bertubi-tubi rasanya jadi santri.
     Ruang yang dijadikan sel khusus adalah bekas toilet di sisi ruang kelas IA.  Lebar sekitar dua meter dengan panjang hampir tujuh meter.  Sel ini berjarak 10 meter dari ruang pimpinan kampus.  Sel ini cuma punya satu ventilasi yang berada di atas pintu.  Tidak ada lampu.  Gelap laksana ruang penyiksaan bawah tanah.
     Kalau ada yang kentut, baunya bertahan lama.  Maklum, minim ventilasi.  Santri penjijik yang menginap kontan muntah-muntah.  Kabar baiknya, yang kentut tak ketahuan.  Sebab, tidak ada penerangan.  Akibatnya, penghuni sel saling menebak.  Siapa gerangan yang menebar gas beracun.  Kentut ini semacam senjata kimia berbahan dasar tete (teri dan tempe) yang diproses di perut santri bandel.
     Menurut Lukman Sanusi yang merupakan Datuk Iapim 8086, sel tersebut dibongkar di masa senpai Indra Jaya menjadi pimpinan kampus.  Pasalnya, tak selaras dengan sistem pembinaan pesantren.  Selain itu, melanggar undang-undang komisi perlindungan anak.
     "Pesantren IMMIM ingin menghadirkan citra positif dengan membongkar sel khusus.  Pesantren menyusun konsep baru dengan mengedepankan reformasi dan revolusi berkeadaban yang terkontrol pada koridor akhlak dalam membimbing santri", urai Lukman yang mantan pimpinan kampus.

Penghuni Awal
     Pada Ahad, 31 Oktober 1982, terlihat banyak pelanggar di qismul amni (seksi keamanan).  Wajah-wajah mereka tegang lantaran gentar.  Satu demi satu lantas dihantam sampai meringis.  Ada pula yang melolong, seolah memohon pertolongan ke orangtuanya di kampung.  Jangan cengeng!  Di sini, hanya ada satu mantra suci: "Selamat datang di qismul amni!"
     Malam ini dikenang bersejarah.  Musababnya, sel khusus untuk pertama kali terisi.  Arifin Beta (Iapim 7985) serta Ahmad Kurikilat (Iapim 8086) dinobatkan sebagai penghuni awal sel khusus.  Keduanya digiring guna dikurung pada pukul 21.00.
     Pukul 02.30, Pimpinan Kampus ustaz Saifullah Mangun Suwito mengontrol kamar.  Ia menyita banyak radio.  Rekan-rekan asyik mendengar radio sampai tertidur.  Radio tidak dimatikan.  Di momen tersebut, mendadak muncul ustaz Saifullah dari kegelapan malam.

RTwood
     Pagi pada Sabtu, 22 Januari 1983, ramai kawan berkisah.  Ada trending topic versi Tamalanrea yang pedasnya mengalahkan lombok.  Sekitar 20 santri kini meringkuk tepekur dililit malu di sel khusus.  Mereka terjaring tadi malam akibat ke rumah pak RT nonton video.  Sebagian bisa lolos berkat ulet berjibaku menghindari kejaran.  Mereka lincah melarikan diri dari perangkap.
     Ahmad Hidayat (Iapim 8086) menamakan tempat nonton di kediaman pak RT dengan RTwood.  Ini epigon Hollywood maupun Bollywood.  Di RTwood, santri membayar Rp 50 per orang.  Jika tak memiliki duit, silakan pakai sarung dan songkok.  Ibu RT niscaya membiarkan masuk secara gratis karena memaklumi anak pesantren.
     Di pagi setelah ada tangkapan besar, ustaz Saifullah sibuk menginterogasi sekaligus bernasehat.  Saat pelajaran pertama, ustaz Saifullah tidak datang mengajar Fiqh di kelas III.  Ia masih mengadili para narapidana intern.
     Dari jumlah 20 santri yang ditangkap, akhirnya berkembang mencapai 30.  Ini gara-gara BN (Iapim 8086) berkicau merdu.  Ia menyebut satu per satu santri yang nonton video di RTwood.
     Pengakuan BN yang menimbulkan korban baru, tergolong pengkhianatan paling memilukan di Korps 8086.  Hati-hati dengan BN bila bolos bersama ke RTwood.  Waspadalah!  Waspadalah!


Sabtu, 11 Desember 2021

Makna Hakiki Angkatan


Makna Hakiki Angkatan
Oleh Abdul Haris Booegies


     Kartu Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim) milik saya bernomor registrasi 8086285.  Dua angka pertama diambil ketika saya terdaftar sebagai santri pada 1980.  Dua bilangan berikutnya saat saya selesai pada 1986.
     Teman-teman di Iapim menyebut saya berasal dari Angkatan 86.  Sebab, lulus di Pesantren IMMIM pada 1986.  Sahabat yang tamat pada 1981, dinamakan Angkatan 81.  Jika menyelesaikan pendidikan di tarikh 1990, disebut Angkatan 90.  Penamaan angkatan atau lichting dikaitkan dengan tahun kelulusan.
    Budaya Pesantren IMMIM putra-putri berbeda dengan tradisi akademik Amerika Serikat.  Di negeri Joe Biden, saya disebut Class of 80, bukan Class of 86.  Saya tertoreh sebagai Angkatan 80, bukan 86.  Di Amerika, angkatan disematkan ketika siswa diterima di sekolah.
     Mengapa di Iapim terjadi penyelewengan pengertian angkatan?  Secara guyon bisa dijawab.  Bukan alumni Pesantren IMMIM kalau tidak nyentrik!
     Dalam penerawangan saya, ini terjadi karena akronim Iapim memuat kata "alumni".  Sesungguhnya, tahun tamat dapat digunakan dengan syarat mengganti "angkatan" dengan "alumni".  Bila lulus pada 1988, pasti pas dinamakan Alumni 88.  Tak ada keraguan lantaran tegas menunjukkan bahwa mereka tamat pada 1988.
     Barangkali rancu menyebut diri "Alumni" dengan menaruh dua angka terakhir.  Rekan-rekan menilai berlebihan.  Soalnya, akronim Iapim sudah mengandung kata "alumni".  Lebih mantap Angkatan 88 ketimbang Alumni 88.  Apalagi, ungkapan "angkatan" terasa lebih berbobot.
     Penamaan angkatan dengan menautkan tahun kelulusan, niscaya merepotkan di masa mendatang.  Mahasiswa, peneliti maupun sejarawan yang melakukan observasi di Iapim bakal repot.  Mereka rumit memilah angkatan gara-gara tumpang-tindih.  Pasalnya, tahun tamat disebut angkatan.
     Otak para mahasiswa, peneliti sekaligus sejarawan kian puyeng akibat alumni milenial.  Seperti dimaklumi, alumni milenial punya kreativitas untuk mengidentifikasi diri.  Mereka melabeli diri dengan mengaplikasikan tiga angka.
     Pemakaian tiga bilangan membuat saya ikut pusing bagai gasing.  Saya santri pada 1980-1986.  Jika menuruti metode alumni milenial, saya kelabakan.  Saya ini Iapim 886 atau Iapim 086?  Paling enak yang masuk pada tarikh 2007.  Leluasa mendeklarasikan diri sebagai Angkatan 007 atau Angkatan JB (James Bond).  Keren abiz ini.
     Mahasiswa, peneliti serta sejarawan dijamin makin gundah-gulana karena ketiadaan foto.  Seyogianya seluruh kelas saban tahun memiliki foto bersama.  Dokumentasi foto mampu memudahkan melacak siapa saja yang pernah tercatat sebagai santri.
     Tatkala menulis perihal 155 nama anggota Iapim 8086, saya dihadang kendala.  Di pesantren tidak ada lagi serpihan teks berisi nama santri yang masuk pada 1980.  Akibatnya, 25 nama di Iapim 8086, sudah repot ditemukan.  Mengais informasi setelah 41 tahun cuma menyisakan segumpal asa.  Berharap 25 anggota Iapim 8086 secepatnya terdeteksi.
     Empat dekade memproklamasikan diri dengan angkatan bertahun tamat, pasti mencuatkan penolakan makna esensial lichting.  Iapim 7985, umpamanya, dijamin menampik keras untuk kembali ke jalan lurus arti angkatan.  Sebab, "85" sudah menjadi merek historis.  Apalagi, punya panggilan syahdu bak senandung asmara sebagai D5 (Delima) alias 85.
     Istilah angkatan yang salah penempatan, tetap memiliki solusi.  Kembali ke khitah merupakan jalan keluar terbaik.  Sebagaimana kartu anggota Iapim yang menerakan empat nomor pertama.  Dua dicomot saat masuk di pesantren.  Dua selanjutnya diambil kala merampungkan pendidikan di pesantren.
     Dengan demikian, segenap lulusan Pesantren IMMIM enteng menerapkan istilah "Angkatan", "Alumni", "Korps" atau "Iapim".  Contohnya, diterima di tarikh 2009.  Ini berarti finis pada 2015.  Mereka tinggal pilih, mau dipanggil "Angkatan 0915", "Alumni 0915", "Korps 0915" atau "Iapim 0915".


Jumat, 10 Desember 2021

Profesor Iapim 8086


Profesor Iapim 8086
Oleh Abdul Haris Booegies


     Kebahagiaan senantiasa terasa pendek.  Durasinya dapat dihitung dalam rangkuman jam.  Kendati temponya minim, namun, giangnya tiada terbatas.  Manusia merasa bahagia berkat cita-cita tercapai.  Impian menjelma kenyataan.  Kebahagiaan pun mewarnai rutinitas hidup.  Terkadang, kebahagiaan melampaui cakrawala, bergemuruh melintas bintang-gemintang.
     Pada Kamis, 9 Desember 2021, Lukman Sanusi, Awaluddin Mustafa, Andi Arman bersama Andi Asri Lolo berkumpul di Auditorium UIN Alauddin, Romang Polong.  Mereka mewakili Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim) dari Angkatan 1980-1986.  Keempatnya berusaha tampil gagah, walau goyah dipreteli usia.  Ini momen bahagia.  Wahyuddin Naro, personel Iapim 8086 dikukuhkan sebagai mahaguru.
     Kala berdenging kabar besar bahwa Wahyuddin Naro tertoreh sebagai profesor, sontak Iapim 8086 bersorak dalam kegembiraan.  Semua berada di puncak kebahagiaan.  Iapim 8086 seolah memanjat tangga di kekelaman malam.  Menulis di permukaan rembulan sepasang kata: "kami bisa".
     Bertahun-tahun Iapim 8086 yang berjumlah 78 awak, gigit jari.  Angkatan 86 yang dulu sakti, berubah sakit.  Musababnya, tidak punya mahaguru.
     Selama beberapa tahun, Iapim 8086 berada dalam penantian di tengah kehampaan.  Angkatan ini tak kunjung memiliki profesor.  Padahal, sebelum memasuki tarikh 2000, Iapim 8086 tertoreh sebagai angkatan "terbesar dan terbaik".  Ketiadaan guru besar membuat Iapim 8086 melupakan niat untuk mengubah perspektif dunia secara fundamental.  Angkatan ini dianggap rongsokan gara-gara tidak andal menawarkan kepastian.  Bahkan, mirip kakek kena stroke yang hendak menawarkan konsepsi kemajuan peradaban.
     Mendadak, muncul informasi di akhir Oktober 2021.  Wahyuddin Naro mencetak prestasi gemilang.  Ia ditahbiskan sebagai profesor.  Inilah guru besar pertama di Iapim 8086.  Ini pula momen mengampanyekan bila santri merupakan "berkah bagi dunia".
     Saya mengenal Wahyuddin Naro sebagai sesama karateka Black Panther di unit IMMIM.  Ia asisten khusus senpai Indra Jaya.  Tugasnya kala itu mempererat silaturrahim dengan seorang mitra di Maros.
     Di era transformasi digital ini, Wahyuddin Naro menjadi energi baru untuk mengerek prestasi Iapim 8086.  Struktur magma bergelora setelah membeku.  Kini, terasa ada pergerakan skala besar di tubuh Iapim 8086.  Inilah pelajaran hidup, jangan pernah menyerah.
     Ketika pesimisme membekap, selalu ada seonggok asa.  Jangan gugur harapan.  Jangan patah semangat.  Kenanglah spirit John Rambo di First Blood.
     Rambo diburu 200 pasukan.  Ia akhirnya terjebak di bekas tambang di lereng gunung sekitar kota Hope.  Mantan tentara elit di Perang Vietnam tersebut, tak sudi mati diberondong peluru secara sia-sia.  Ia membetulkan rute nasibnya dengan terus bergerak mencari jalan keluar.  Tidak peduli tikus-tikus berlomba menggigitnya, menghalangi mobilitasnya.
     Rambo mengubah takdirnya dengan terus bergerak.  Sebab, yakin ada sinar yang tersembunyi.  Semangat tak boleh padam supaya harapan terus membumbung.  Tanpa harapan, niscaya hidup tidak bakal menggapai kebahagiaan.


Amazing People