Makna Hakiki Angkatan
Oleh Abdul Haris Booegies
Kartu Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim) milik saya bernomor registrasi 8086285. Dua angka pertama diambil ketika saya terdaftar sebagai santri pada 1980. Dua bilangan berikutnya saat saya selesai pada 1986.
Teman-teman di Iapim menyebut saya berasal dari Angkatan 86. Sebab, lulus di Pesantren IMMIM pada 1986. Sahabat yang tamat pada 1981, dinamakan Angkatan 81. Jika menyelesaikan pendidikan di tarikh 1990, disebut Angkatan 90. Penamaan angkatan atau lichting dikaitkan dengan tahun kelulusan.
Budaya Pesantren IMMIM putra-putri berbeda dengan tradisi akademik Amerika Serikat. Di negeri Joe Biden, saya disebut Class of 80, bukan Class of 86. Saya tertoreh sebagai Angkatan 80, bukan 86. Di Amerika, angkatan disematkan ketika siswa diterima di sekolah.
Mengapa di Iapim terjadi penyelewengan pengertian angkatan? Secara guyon bisa dijawab. Bukan alumni Pesantren IMMIM kalau tidak nyentrik!
Dalam penerawangan saya, ini terjadi karena akronim Iapim memuat kata "alumni". Sesungguhnya, tahun tamat dapat digunakan dengan syarat mengganti "angkatan" dengan "alumni". Bila lulus pada 1988, pasti pas dinamakan Alumni 88. Tak ada keraguan lantaran tegas menunjukkan bahwa mereka tamat pada 1988.
Barangkali rancu menyebut diri "Alumni" dengan menaruh dua angka terakhir. Rekan-rekan menilai berlebihan. Soalnya, akronim Iapim sudah mengandung kata "alumni". Lebih mantap Angkatan 88 ketimbang Alumni 88. Apalagi, ungkapan "angkatan" terasa lebih berbobot.
Penamaan angkatan dengan menautkan tahun kelulusan, niscaya merepotkan di masa mendatang. Mahasiswa, peneliti maupun sejarawan yang melakukan observasi di Iapim bakal repot. Mereka rumit memilah angkatan gara-gara tumpang-tindih. Pasalnya, tahun tamat disebut angkatan.
Otak para mahasiswa, peneliti sekaligus sejarawan kian puyeng akibat alumni milenial. Seperti dimaklumi, alumni milenial punya kreativitas untuk mengidentifikasi diri. Mereka melabeli diri dengan mengaplikasikan tiga angka.
Pemakaian tiga bilangan membuat saya ikut pusing bagai gasing. Saya santri pada 1980-1986. Jika menuruti metode alumni milenial, saya kelabakan. Saya ini Iapim 886 atau Iapim 086? Paling enak yang masuk pada tarikh 2007. Leluasa mendeklarasikan diri sebagai Angkatan 007 atau Angkatan JB (James Bond). Keren abiz ini.
Mahasiswa, peneliti serta sejarawan dijamin makin gundah-gulana karena ketiadaan foto. Seyogianya seluruh kelas saban tahun memiliki foto bersama. Dokumentasi foto mampu memudahkan melacak siapa saja yang pernah tercatat sebagai santri.
Tatkala menulis perihal 155 nama anggota Iapim 8086, saya dihadang kendala. Di pesantren tidak ada lagi serpihan teks berisi nama santri yang masuk pada 1980. Akibatnya, 25 nama di Iapim 8086, sudah repot ditemukan. Mengais informasi setelah 41 tahun cuma menyisakan segumpal asa. Berharap 25 anggota Iapim 8086 secepatnya terdeteksi.
Empat dekade memproklamasikan diri dengan angkatan bertahun tamat, pasti mencuatkan penolakan makna esensial lichting. Iapim 7985, umpamanya, dijamin menampik keras untuk kembali ke jalan lurus arti angkatan. Sebab, "85" sudah menjadi merek historis. Apalagi, punya panggilan syahdu bak senandung asmara sebagai D5 (Delima) alias 85.
Istilah angkatan yang salah penempatan, tetap memiliki solusi. Kembali ke khitah merupakan jalan keluar terbaik. Sebagaimana kartu anggota Iapim yang menerakan empat nomor pertama. Dua dicomot saat masuk di pesantren. Dua selanjutnya diambil kala merampungkan pendidikan di pesantren.
Dengan demikian, segenap lulusan Pesantren IMMIM enteng menerapkan istilah "Angkatan", "Alumni", "Korps" atau "Iapim". Contohnya, diterima di tarikh 2009. Ini berarti finis pada 2015. Mereka tinggal pilih, mau dipanggil "Angkatan 0915", "Alumni 0915", "Korps 0915" atau "Iapim 0915".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar