Semalam Bersama Buraq
Oleh Abdul Haris Booegies
Di suatu malam di tengah semilir bayu, Jibril menemui Rasulullah. Nabi Muhammad dipanggil menghadap kepada Allah untuk suatu urusan maha-penting.
Peristiwa tersebut terjadi saat Rasulullah menjalani ammul huzni (tahun kesedihan). Abi Thalib yang menjadi pelindung utamanya, tutup usia. Selang beberapa waktu, Siti Khadijah menyusul ke Rahmatullah.
27 Rajab tahun 10 Nubuwwah (621 Masehi), sesungguhnya bukan tanggal Isra’ Mikraj. Sebab, data itu kurang akurat. Dalam beberapa tahun ke depan, Isra’ Mikraj masih akan rumit ditentukan tarikh otentiknya. Semua lantaran kurangnya aksara sejarah yang mendukung.
Di malam Isra’ Mikraj, Nabi Muhammad terlelap di sisi Kakbah. Sebuah sumber juga meriwayatkan kalau Rasulullah tidur di rumah Hindun, putri Abi Thalib. Hindun yang dipanggil Ummu Hani merupakan orang pertama yang nantinya diberitahu tentang night journey dalam epos religius Isra’ Mikraj.
Tatkala Nabi Muhammad bersiap berangkat bersama Jibril, ia melihat jasad asmaradanta bersayap yang berpendar diterpa cahaya rembulan serta kerlap-kerlip bintang-gemintang. Anatomi tubuhnya bagai blasteran antara unta dengan keledai. Rasulullah memandang heran hewan aneh itu. Sementara Buraq pun menatap tajam Nabi Muhammad.
Ketika Rasulullah dipersilahkan oleh Jibril menunggangi Buraq, sontak fauna Nirwana tersebut mendengus, meronta sembari menjauh. Ia ogah dinaiki makhluk bumi.
Jibril mendekat sambil mengelus Buraq. “Tidakkah kau mengetahui siapa dia? Inilah Muhammad! Pemimpin para Nabi dan Rasul”, jelas Jibril.
Buraq langsung jinak, tersipu malu seraya membungkuk penuh takzim. Rasulullah lalu menaiki Buraq yang energinya melebihi Boeing plus Concorde. Satwa dari Taman Firdaus itu lantas melesat ke arah utara menuju al-Quds alias Yerusalem, sacred place of worship.
Buraq yang ditumpangi Nabi Muhammad merupakan spesies langit. Saat membelah cakrawala, organisme yang berisi zat kimia lusiferin maupun enzim lusiferase tersebut, mendadak mengeluarkan sinar. Buraq memang diciptakan dari cahaya. Dari sudut linguistik, Buraq yang asal katanya barqun bermakna “kilat”. Ditinjau dari bahan serta terminologiya, bisa dimaklumi bila Buraq adalah wahana super cepat nan gesit. Ia efektif bergerak sejauh mata memandang hanya dengan mengepakkan sekali sayapnya. Struktur itu selaras dengan halilintar yang menggelegar menapak jarak sejauh 300 km per detik.
Buraq yang didatangkan khusus buat Rasulullah, berwarna putih cemerlang dengan sayap yang mampu berubah-ubah (interchangeable). Sayapnya yang berkilau indah, dapat berpindah posisi sesuai beban yang diangkutnya. Ketika membelah langit malam, wujud Buraq terlihat seperti salju yang diterpa cahaya mentari. Kecepatannya melintasi angkasa menimbulkan jejak sinar bak meteor berekor.
Mekah-Yerusalem ditempuh Buraq cuma beberapa detik. Nabi Muhammad bersama Jibril kemudian tiba di Mesjid al-Aqsa di ranah Baitul Maqdis (House of the Holiness). Buraq lalu diikat dengan seutas tali pada shakhrah (sebongkah batu besar) sembari menunggu prosesi Rasulullah tuntas.
Starship
Kecepatan Buraq yang efisien menembus cakrawala, kini menjadi obsesi. Pada pusaran periode ini, bergemuruh hasrat sekelompok pakar buat menciptakan pesawat cahaya (starship). Brain power mereka tergiur merancang sebuah mission impossible ke dalam wacana riset.
Dengan pesawat cahaya, niscaya banyak aspek enteng dimodifikasi bagi peradaban. Selama ini diuraikan bahwa satu detik cahaya bisa melanglang sepanjang 299.795.711 km. Parameter tersebut menegaskan jika pesawat cahaya gampang mengembara ke pusat Bima Sakti yang letaknya sejauh 216.000.000.000.000.000 km dari bumi.
Pesawat cahaya memudahkan orang berkelana di antara satu galaksi ke galaksi lain yang berjumlah 300 miliar. Jenis dasar galaksi yang biasanya eliptikal, spiral dan iregular, terkadang memuat miliaran bintang serta planet. Milky Way, galaksi tempat bumi bergantung disemarakkan 400 miliar bintang dan 100 miliar planet. Sementara Tata Surya mengorbit pusat Bima Sakti dengan kecepatan berkisar 900 ribu km per jam.
Romantika pesawat cahaya yang mengitari jagat raya sambil mendeteksi molekul organik, memudahkan pula orang merajut energi matahari di luar angkasa. Energi itu pada akhirnya leluasa dipancarkan ke bumi dalam bentuk gelombang mikro (microwave). Apalagi, matahari yang beratnya 2.000 triliun-triliun ton, tetap bersinar berkat keampuhannya menukar zat hidrogen dengan zat helium. Pertukaran itu terjadi via reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton.
Alam semesta memang diakui maha kaya dengan beragam komponen. Sedangkan gas serta minyak di perut bumi makin menipis persediaannya. Merenda energi surya merupakan solusi demi menekan efek negatif lingkungan yang dibekap deretan prahara. Fenomena bertambah runyam gara-gara bahan bakar fosil terus-menerus dieksploitasi secara semena-mena oleh komunitas bisnis. Bumi akhirnya didera global warming (pemanasan global) yang mengacaukan iklim secara ekstrem.
Segala bentangan jarak di ruang kosmos, bakal terasa sempit dengan kehadiran pesawat cahaya. Keberadaan starship, otomatis merangsang manusia untuk terus mencari planet mirip bumi dalam sistem seluruh galaksi.
Di masa sekarang, gairah yang tiada henti berkecamuk ialah mencari habitat baru di antara sistem perbintangan berotasi (berputar). Dengan pesawat cahaya, kiranya orang dapat menemukan koloni impian di antara gugusan galaksi. Planet yang cocok dengan komposisi kimiawi manusia yakni memiliki oksigen sebagai gas vital makhluk hidup. Apalagi, orang bernafas 26 ribu kali sehari-semalam. Komponen krusial lain yaitu air yang menjadi medium dasar kehidupan.
Pada 24 April 2007, tim astronom Eropa di Genewa, Swiss, mengumumkan kalau mereka menemukan sebuah planet di luar sistem Tata Surya. Kondisinya serupa dengan bumi. Planet tersebut berdiameter 50 persen lebih besar dari dunia sekaligus bermassa lima kali lipat bumi.
Planet itu terletak di seputar bintang Gliese 581 yang berjarak 20,5 tahun cahaya dari sistem Tata Surya. Gliese 581 alias Kurcaci Merah, tergolong 100 bintang terdekat dari matahari.
Warp Speed
Buraq merupakan sebuah sisi signifikan dalam Isra’ Mikraj. Kehadirannya mendorong fantasi demi merancang pesawat cahaya. Dengan Buraq, Nabi Muhammad sanggup melewati makam Masyitah di Mesir. Wanita mulia tersebut tergolong penentang Fir’aun di zaman Nabi Musa.
Alkisah, Masyitah hanya juru rias putri Fir’aun. Pasca-kiamat, ia tercantum sebagai seorang menteri di Super Imperium Nirwana. Ratu Surga nantinya adalah Siti Fatimah az-Zahra al-Batul, putri Rasulullah.
Bila Buraq membuat Nabi Muhammad enteng mengembara dalam hitungan detik, maka, starship akan memobilisasi manusia untuk terus bergemuruh melacak kehidupan lewat sifat fisik dan geologi alam semesta.
Fakta perihal Buraq teramat minim, tetapi, posisinya sebagai sumber inspirasi di bidang kedirgantaraan terkesan jumbo. Sebab, menggairahkan kalangan ilmuwan supaya gigih mengasah mind set (pola pikir) buat merakit sarana transportasi antar-galaksi. Kelak, metode operasi dengan prinsip aksi-reaksi yang memadukan formula Albert Einstein (E = mc 2) dengan Sir Isaac Newton (F = ma), menjadi khatam berkat struktur Buraq yang dahsyat.
Buraq ibarat sebuah chip yang berisi informasi mengenai aerodinamika ultra-mutakhir. Spesies dari Taman Eden itu, seolah menjadi simbol penerbangan masa depan dalam beranjangsana pada sistem planet di luar Tata Surya. Karena, meninggalkan jejak berupa desain kendaraan cahaya (warp speed). Syahdan, pesawat cahaya dapat direalisasikan dengan merekayasa dimensi massa serta waktu. Selama ini, teori relativitas Einstein menjadi sumber pesimisme. Sebab, mendengungkan tesis bahwa di dunia tak ada benda mampu bergerak sebagaimana kecepatan cahaya. Fase tersebut terkendala oleh dimensi massa dan sang kala.
Pada prinsipnya, teori relativitas bukan penghalang guna menciptakan kendaraan antariksa (space drive) yang kecepatannya melebihi cahaya. Kendala utama tiada lain pengetahuan yang belum mencapai kasta hi-touch. Padahal, konsep hakiki sudah ada berupa Buraq yang punya sistem pendorong (propulsi) yang canggih nian. Bahkan, tidak terkena shock gelombang udara saat melayang di cakrawala. Selain itu, makhluk ajaib tersebut termasuk wahana ruang angkasa yang memakai energi ramah lingkungan. Tidak sama pesawat terbang terkini yang mencipratkan emisi perusak ozon.
Buraq tidak mencemari atmosfir sekaligus andal melindungi Rasulullah dari radiasi. Arkian, sepatutnya manusia memproduksi pesawat berbahan bakar sel (fuel cell). Elemen fuel cell gampang menghasilkan energi listrik ketika berlangsung proses konversi hidrogen serta oksigen menjadi air. Pada dasawarsa pertama abad ke-21 ini, fuel cell ditahbiskan sebagai future energy dengan densitas power yang sakti.
Di tengah detak jam yang berputar, penduduk buana ditantang untuk senantiasa menelisik sains dan teknologi sebagai kekuatan milenium di dekade mendatang. Hatta, dengan rupa-rupa ilmu, berarti starship bertenaga fuel cell bukan lagi imajinasi science-fiction.
“Wahai kumpulan jin serta manusia! Jika kamu sanggup mengarungi penjuru langit maupun bumi, maka, melesatlah. Kamu tiada dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (ar-Rahman: 33).
(Fajar, 11 Agustus 2007)
\
(Fajar, 11 Agustus 2007)
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar