Senin, 20 Juni 2011

Mengandung Getaran Sukma

Kolom Mohamad Sobary:
Mengandung Getaran Sukma

     Ada dua hal yang menarik bagi saya selama ini terhadap TEMPO: esei-puitis Goenawan Mohamad berupa Catatan Pinggir dan kolom yang ada setiap pekan dan selalu menawan. Selama saya membaca kolomnya Mohamad Sobary, barulah pertama kali ini saya merasa tergoda. Di kolomnya, "Saleh dan Malu" (TEMPO, 16 Maret 1991) Sobary menulis: "Kalau rezeki-Nya kita makan, mengapa rasa malu-Nya tak kita gunakan?"
     Nasihat tokoh Haji Sanip ini terasa mengandung getaran sukma. Banyak sudah kalangan the have yang duitnya berpeti-peti, namun perangainya sangat memalukan. Tak henti-hentinya mereka menumpuk uang untuk mengumbar syahwat. Padahal, kekayaan tersebut cuma diperoleh karena adanya kemudahan.
     Cermin retak Nicolae Ceausescu seakan tak menyadarkan mereka. Bahwa suatu saat, kekuasaan dan kekayaan akan tergilas musnah tanpa diketahui sebabnya. Dan benar yang ditulis Goenawan Mohamad: "Bila yang dipertuan agung lewat, petani yang bijak pun membungkuk dalam-dalam -dan dengan diam-diam mereka kentut" (TEMPO, 30 Maret 1991, Catatan Pinggir).
     Lewat kolomnya itu, Mohamad Sobary seakan memberi peringatan agar budaya malu juga mempunyai tempat di hati orang-orang yang suka diberi, senang disanjung, mabuk harta atau silau kekuasaan. "Betapa banyak saya telah meminta selama ini, tapi betapa sedikit saya memberi."
     Semoga TEMPO, pada edisi-edisi mendatang, masih mengalirkan kolom yang memiliki daya gugah dan tenaga gugat. Sebab, sangat banyak hal yang perlu diungkap dengan jalan "membungkuk dalam-dalam, dan diam-diam kentut".

ABDUL HARIS BOOEGIES
Jalan Veteran Selatan 292 A Ujung Pandang 90133

(Tempo, 13 April 1991)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People