Mengukur Luas Surga
Oleh Abdul Haris Booegies
Di bulan suci, kaum Muslim mendekatkan diri kepada Allah dalam pelbagai pola. Ramadan diisi zikir intens, sikap filantropi atau sedekah kepada yatim piatu dan pegemis. Segenap struktur ibadah itu dikehendaki berbuah pahala berupa Surga.
Ada trio rasul yang pernah menjejakkan kaki di Surga. Ketiganya adalah Nabi Adam, Nabi Idris serta Nabi Muhammad. Nabi Adam bukan hanya pernah tinggal di Surga. Ia justru makhluk Surga.
Nabi Idris jelas termasuk beruntung. Sebab, sampai sekarang ia berada di Surga. Nabi Idris bisa ke Surga berkat kelihaiannya berdiplomasi dengan malaikat.
Sekali peristiwa, ia ditemui malaikat maut. Setelah berbincang-bincang, ia memohon agar nyawanya dicabut sejenak. Ia mau tahu rasanya mati. Malaikat tentu tak berani. Soalnya, beleid dari Lauh al-Mahfuz belum mengeluarkan fatwa kematian Nabi Idris.
Merasa terdesak, malaikat melapor kepada Allah. Permintaan Nabi Idris ternyata dikabulkan. Nyawa Nabi Idris lantas dicabut. Sesudah beberapa detik, ia kembali dihidupkan.
Nabi Idris lalu mendesak malaikat untuk membawanya ke Surga. “Tidak boleh! Orang yang ke sana ialah yang telah meninggal dunia”, ujar malaikat. “Saya tadi sudah wafat!”, tegas Nabi Idris.
Malaikat kembali menghadap Allah. Ketika balik dari langit, ia memberitakan jika Nabi Idris diperkenankan ke Surga. Di Taman Firdaus, Nabi Idris kembali berulah. Pasalnya, ia ogah balik ke bumi.
Rasulullah sempat pula melanglang ke Surga saat Isra’ Mi’raj. Di sebuah taman yang dikitari bukit permata, ia melihat kalimat “bismillahir-rahmanir-rahim” Dari alfabet “mim” (bismi), “ha” (Allah), “mim” (rahman) dan “mim” (rahim), menyemburat air, susu, madu serta khamar.
Hikayat Nabi Muhammad mengenai detail huruf pada “basmalah”, menandaskan ia tidak buta aksara. Di Mekah, ia diasuh oleh Abi Thalib. Semua anak Abi Thalib berkategori mahasiswa. Bahkan, Khalifah Ali termasuk cendekiawan Muslim pertama.
Mustahil Abi Thalib yang sangat menyayangi Rasulullah tak memperhatikan pendidikannya. Ada fase yang tak begitu dipahami selama ini. Di Republik Hijaz era Jahiliah, golongan cerdik-pandai atau pujangga Arab tidak mengenal budaya tulis-menulis.
Seluruh karya mereka dihafal dari A sampai Z. Bila ada bijak-bestari atau sastrawan yang dibantu alat tulis, berarti ia lemah ingatan. Faktor tersebut pasti memalukan nian. Hingga, tiada respek dari khalayak kecuali sindiran terhadap kredibilitasnya.
Seribu Bidadari
Penciptaan Surga bersamaan harinya dengan langit dan bumi. Langit pertama merupakan tempat berlangsungnya kehidupan fana. Di bawah langit pertama saja ada bintang serta planet dalam naungan nebula (kabut).
Surga terletak di langit keenam dan ketujuh. Di antara langit ketujuh dengan Arasy, terhampar area ramai. Beberapa emas merah sebesar Jupiter melayang sembari memancarkan sinar lazuardi sejuk.
Di kawasan itu, laskar jihad yang gugur di Perang Uhud pernah bertandang. Mereka diterbangkan burung-burung hijau sambil bertamasya. Kebahagiaan tersebut memotivasi mereka untuk mewartakan kepada sahabat-sahabatnya di Medinah supaya terus berjuang. Allah kemudian memaklumatkan kalau Ia sendiri yang bakal mengabarkan karunia yang mereka reguk.
“Jangan berkata bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak! Mereka hidup!” (al-Baqarah: 154).
Di dunia, manusia mencari tahta, harta serta wanita. Di Surga juga terdapat tiga keistimewaan. Ketiganya yaitu memandang wajah Allah, istana dan bidadari. Jika kadar ketakwaan tinggi, berarti kian sering pula sang hamba menatap Allah. Istana mereka juga lebih tinggi sekaligus besar dengan bahan ratna mutumanikam. Mereka malahan bertetangga dengan Allah. Bidadari yang menjadi istrinya bukan empat seperti hukum dunia, tetapi, seribu!
Di Surga, segenap penduduk berdandan indah. “Mereka dihias dengan gelang kencana” (al-Kahfi: 31). Busananya pun berkilau cemerlang. “Mereka berpakaian sutra halus hijau serta sutra tebal” (al-Insan: 21).
Publik Hazhiratil-Qudsi yang berbalut berlian cuma bercengkerama-riang saban waktu. “Berada di Surga, mereka saling bertanya” (al-Mudatsir: 40).
Di hari Jumat, komunitas tersebut shopping ke super mega-mall yang terletak di bawah Arasy. “Sungguh, penghuni Surga pada hari itu teramat gembira dalam kesibukannya” (Ya-sin: 55).
Tiada aktivitas lain di Surga kecuali kesenangan. “Disebar kepada mereka piring-piring dan piala-piala emas” (az-Zukhruf: 71). “Mereka bersandar pada bantal-bantal hijau serta permadani-permadani indah” (ar-Rahman: 76).
Surga Hijau
“Berlombalah memperoleh ampunan dari Tuhanmu. Surga itu seluas langit dan bumi” (Ali Imran: 133).
Dewasa ini, belum ada pakar kaliber Nobel yang sanggup mengukur partikel holistik langit pertama. Astronom hanya memperkirakan bahwa kosmos dihuni 300 milyar galaksi. Sebagaimana dipahami, sebuah galaksi dijejali bermilyar bintang maupun planet.
Galaksi Bima Sakti (Milky Way), tempat bumi berotasi, memuat 200 milyar bintang serta 100 milyar planet. Pusat Bima Sakti terletak di gugusan bintang Sagitarius. Kutub utara berada di Coma Berenices. Sedangkan kutub selatan di Sculptor. Milky Way berwujud cakram dengan garis tengah 100 ribu tahun cahaya. Satu tahun cahaya setara 9,5 triliun kilometer.
Bila Bima Sakti begitu luas, niscaya langit pertama yang berisi 300 milyar galaksi muskil ditaksir lebarnya. Apalagi, langit terus mengembang sebagai efek Big Bang. Alam terbentuk lewat ledakan tunggal bervolume nol pada waktu t = D/V atau t = 1/H sekitar 13,7 milyar tahun yang lampau.
Di zaman kini, langit diperkirakan menghimpun 300 milyar galaksi. Kalkulasi tersebut seolah mengungkapkan bahwa kelak tiap satu ahli Surga minimal dianugerahi megalopolis sebesar Bima Sakti. Hal itu kalau warga Surga berjumlah 300 milyar. Di masa sekarang, jumlah umat Islam mencapai 1,5 milyar di antara 6,5 milyar penduduk bumi.
Dengan mewarisi habitable zone (teritorial hunian) berbahan mustika seluas galaksi, berarti imajinasi liar pun tak mampu mendeskripsikannya secara visual. “Di sana mereka memperoleh apa saja yang diinginkan” (an-Nahl: 31).
Di Surga, semua memiliki kebun anggur dan kurma dengan sungai yang berkelak-kelok. Bahkan, ada dua Surga yang tampak hijau dari kejauhan berkat daun nan rimbun. “Hijau tua warnanya” (ar-Rahman: 64).
Surga merupakan karya agung yang ditatah buat insan beriman. “Di dalamnya tersedia segala yang diidamkan hati seraya sedap dipandang mata. Kamu abadi selamanya di sana!” (az-Zukhruf: 71).
(Tribun Timur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar