Tahajjud Piala Dunia
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial
Indonesia beruntung dapat menyaksikan hampir seluruh partai Piala Dunia secara langsung. Para penggila bola tentu puas dengan laga-laga Welt Meister ke-18 di Jerman. Harian ini malahan memanjakan pembacanya dengan lembaran khusus “Germany 2006” (delapan halaman).
Piala Dunia merupakan momen multidimensi yang meliputi kehormatan, harga diri, kewibawaan, status, respek, emosi sekaligus perolehan materi. Ajang itu juga menjadi pelipur lara. Bahkan, menjadi pemacu ekonomi. Di Piala Dunia 1974 dan Piala Eropa 1988 yang diadakan di Jerman, misalnya, tertera kalau pasar saham di negeri itu, ikut bergairah. Catatan memaparkan kalau perekonomian peserta Piala Dunia cenderung terpengaruh secara positif.
Di sisi lain, Piala Dunia pun sarat perjudian. Pemain Premier League yang kecanduan judi antara lain Michael Owen, Wayne Rooney, John Terry atau Eidur Gudjohnsen. Majalah Belanda Voetbal International memuat pengakuan Ruud van Nistelrooy kalau Sir Alex Ferguson pun doyan berjudi.
Saat ini, di pasar taruhan Inggris, misalnya, terburai anggaran sebesar satu miliar pound. Para penjudi didukung oleh Decesion Technology (Dectech). Perusahaan ahli prediksi dari Inggris itu, punya ramalan jitu.
Dectech berkesimpulan bahwa Brasil akan keluar sebagai kampiun “Germany 2006”. Prediksi itu seirama dengan spanduk-spanduk yang memadati ruas jalan di Brasil dengan tulisan “rumo au hexa” (kami menuju juara dunia keenam kali). Apalagi, skuad selecao diperkuat magic quartet yang terdiri dari Ronaldo, Adriano, Ronaldihno dan Kaka.
Umat Islam Indonesia wajib pula senang tak terkira dengan Piala Dunia. Sebab, momen berkah Piala Dunia yakni waktu pertandingan. Sore hari di Jerman sama dengan tengah malam di Indonesia. Kedua negara dibatasi waktu selama enam jam.
Wilayah timur Indonesia selalu memperlihatkan kalau pertandingan berlangsung di tengah malam (pukul 00.00 WITA) atau dini hari (pukul 03.00 WITA). Hal itu menandaskan kalau ada kesempatan berbuat bagi kemuliaan diri sendiri. Sebelum atau sesudah pertandingan, kaum Muslim punya waktu melakukan sembahyang tahajjud.
Pelebur Dosa
“Sesungguhnya bangun di waktu malam paling tepat untuk shalat Apalagi, bacaan di kala itu lebih berkesan” (al-Muzzammil: 6).
“Dan bangunlah pada sebagian dari malam. Kemudian kerjakanlah sembahyang tahajjud sebagai ibadah tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkat kamu pada hari kiamat di tempat yang terpuji” (al-Isra’: 79).
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui kalau kamu bangun sembahyang, di kala dua pertiga malam atau separuh malam” (al-Muzzammil: 20).
Penegasan Allah itu merujuk pada keutamaan shalat tahajjud. Sujud pada pukul 00.02 merupakan pekerjaan mulia. Sebab, di keheningan malam itu, Allah menurunkan rahmat bagi hamba yang ikhlas mengerjakan qiyamullail.
Tahajjud artinya bangun tidur untuk melaksanakan sembahyang. Shalat tahajjud merupakan shalat sunat yang tidak dilakukan secara berjamaah.
Shalat tahajjud boleh dikerjakan minimal dua rakaat. Sementara yang paten sebagaimana dilakukan oleh Nabi Muhammad berjumlah sebelas rakaat. (dua rakaat empat kali ditambah witir tiga rakaat).
Nabi Muhammad bersabda: “Kerjakan shalat malam. Sebab, shalat malam dilakukan oleh orang-orang saleh sebelum kamu. Shalat malam merupakan ibadah yang mendekatkan kamu dengan Allah. Bahkan, melebur segala dosa. Kemudian menghindarkan segala kejahatan. Selain itu, menolak aneka penyakit”.
Hadis Nabi Muhammad tentang keutamaan tahajjud telah dibuktikan oleh Prof Dr Muhammad Sholeh. Psiko-Neuroimunolog itu memaparkan kalau tahajjud yang dijalankan secara tepat, berkesinambungan, khusyuk dan ikhlas, akan mendorong persepsi dan motivasi positif. Hingga, memekarkan respon emosional positif atau coping mechanism.
Efek tahajjud akan mengalir dalam tubuh. Hingga, mempengaruhi batang otak. Dampaknya kemudian ditransmisikan ke talamus (otak besar). Jejak tahajjud kemudian sampai di hipokampus yang menjadi pusat memori dalam mengkoordinasikan seluruh gerak dan persepsi yang diserap indera. Hipokampus akhirnya mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi. Energi tahajjud kemudian menghambat acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang memproduksi sekresi kortisol.
Orang yang dibekappersepsi negatif punya sekresi kortisol yang tinggi. Hormon kortisol (penyebab stres), bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit. Akibatnya, imunoglobulin tidak tereduksi. Resjiko fatal akhirnya bergemuruh. Sebab, sistem daya tahan tubuh menurun. Hingga, gampang diserang infeksi dan kanker.
Penguat Jiwa
Pergantian siang-malam merupakan ketentuan mutlak dari Allah. Dan perbedaan waktu tiap pelosok selalu punya hikmah.
32 tim boleh bangga bertarung di Piala Dunia. Mereka pantang menyerah demi mengangkat tropi Piala Dunia. Semua berhasrat menjadi juara guna membawa pulang hadiah sebesar Rp 193,6 miliar.
Para kontestan Piala Dunia tampak hebat dan sakti dalam mengusung jogo bonito alias wunderschoen. Sementara penonton dari kalangan Islam di Indonesia layak merasa bangga. Sebab, punya kesempatan menunaikan tahajjud sesudah atau sebelum pertandingan.
Piala Dunia berperan sebagai eskapisme di tengah hiruk-pikuk bencana yang melanda Indonesia. Sementara tahajjud berfungsi sebagai peneguh hati dalam menghadapi badai cobaan di tengah kehidupan.
Sinergi tahajjud dengan Piala Dunia, jelas berdampak positif. Sebab, dari bola orang belajar makna kehidupan. Apalagi, tidak selamanya keseharian berjalan sesuai kehendak. Kadang hidup diwarnai tendangan dari vitalitas yang bergerak bagai kuda-kuda liar. “Dunia begitu kejam”, ungkap pujangga frustasi yang tak putus ditimpa kesalahan dan kesialan.
Kehidupan yang tidak seirama dengan unsur kegairahan, akhirnya membuat jiwa tertekan dalam duka lara dan linangan air mata. Di sinilah letak tahajjud dalam menenangkan hati. Tahajjud diperlukan untuk mengobati sekaligus menguatkan jiwa dalam menghadapi penalti kehidupan. Sebab, shalat di keheningan malam yang sunyi itu, bisa meningkatkan imunologik. Selain itu, mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Bahklan, meningkatkan usia harapan hidup.
Tahajjud Piala Dunia merupakan berkah bagi umat Islam di wilayah-wilayah yang berbeda penampakan sinar mentarinya. Dengan tahajjud Piala Dunia, maka, manusia punya pijakan kuat dalam dimensi risalah tauhid. Ibarat kata, mereka bermetamorfosis dari kuda hitam menjadi kuda semberani.
Tahajjud Piala Dunia menunjukkan pula kalau segala yang diciptakan oleh Allah punya makna. Perbedaan waktu bukan rintangan, tetapi, stimulus dalam merangkai kehidupan yang lebih baik.
Akhirul-kalam, selamat menikmati “Germany 2006”. Dan jangan lupa shalat tahajjud yang telah dititahkan oleh Allah. Apalagi, Allah menjanjikan bagi pengamal tahajjud bahwa: “Matamu adalah mata-Ku, telingamu adalah telinga-Ku dan hatimu adalah hati-Ku. Dan para malaikat akan Kuperintahkan menjagamu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar