Cap Go Meh dan Babad Islam Tiongkok
(Hari Raya Cap Go Meh 2559 21 Februari 2008)
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial
Cap Go Meh merupakan perayaan sesudah Imlek berlalu 15 hari. Di negeri Cina, Cap Go Meh diistilahkan Yuan Xiao Jie (festival bulan purnama yang pertama).
Hari raya Cap Go Meh identik dengan pawai. Patung Toa Pe Kong (Dewa Dapur) diarak keluar kelenteng bersama Kong Co, Cheng Goan Cheng Kun, Ma Kwan Im serta Ma Co Po. Sementara Tan Ci (duta dewa) datang membawa pesan kepada publik.
Cap Go Meh banyak dinanti muda-mudi Tionghoa. Sebab, di hari tersebut mereka berkesempatan saling berkenalan sekaligus ber-SMS-ria.
Kalau remaja di hari raya Cap Go Meh bisa saling berjumpa, maka, sekitar 1357 tahun yang lampau, Islam bersua dengan Tiongkok. Sejarah menukilkan bila Islam di Nusantara diperkenalkan oleh komunitas bisnis dari Gujarat. Mereka berdomisili di barat laut India.
Data lain melampirkan jika Islam Indonesia bersumber dari Tiongkok. Khalayak Tionghoa sebagai saudagar tulen, terkenal gigih berlayar dari satu pelabuhan ke bandar lain di penjuru dunia. Tiap singgah di suatu mandala, mereka juga menebar syiar Islam.
Jalan sutera di Tiongkok menjadi bukti sahih kalau insan Tionghoa berdarah niaga. Di jalur sutera, transaksi dagang terjalin di antara aneka etnis. Hatta, terajut komunikasi dengan pemeluk agama seperti Islam, Hindu, Budha, Taoisme, Manichaeisme maupun Nestorianisme.
Islam di Cina bermula di Guangzhou (Kanton) pesisir selatan Tiongkok pada 25 Agustus 651 atau 2 Muharram tarikh ke 31 Hijriah. Kabilah Arab menamakan Guangzhou dengan Khanfu. Kala itu, Panglima Saad bin Abi Waqqas mengomandani kafilah menuju Tiongkok. Mereka diutus oleh Khalifah Usman bin Affan (577-656).
Saad lantas diterima oleh Kaisar Kao-Tsung (650-683) dari dinasti Tang. Saad menganugerahkan kepada Kao-Tsung salinan al-Quran. Sekalipun sang raja tidak mau memeluk Islam, namun, Saad diberi kebebasan mendakwahkan petuah Rasulullah. Penduduk Guangzhou menamakan Islam dengan yisilan jiao (agama murni). Kemudian Nabi Muhammad mereka sebut Ma-hia-wu. Sedangkan Saad bin Abi Waqqas dipanggil Aibi Wankesu.
Bangsa Hui
Di negeri Tirai Bambu, Saad lalu mendirikan Mesjid Huaisheng. Kini, mesjid tersebut tetap anggun berdiri setelah melewati rentang waktu 13 abad. Mesjid itu dikenal pula sebagai mesjid raya Guangzhou atau Guangta.
Sesudah Saad, maka, Sayidina Syafi’i hijrah ke Tiongkok pada tahun 1070. Syafi’i atau Suo Fei Er diterima oleh Kaisar Song Shen Zong. Utusan negeri Bukhari (Arabia) tersebut merupakan keturunan ke-11 Rasulullah. Generasi Syafi’i lantas mendapat posisi terhormat di kerajaan. Bani Syafi’i yang paling mashur yakni Habib Cheng Ho alias Sam Po (1371-1433). Laksamada Muslim terbesar itu tertoreh sebagai keturunan ke-37 Nabi Muhammad.
Puncak kejayaan Islam Cina bergemuruh di zaman dinasti Yuan (1260-1368). Dinasti bentukan Mongol tersebut menjalin kerjasama dengan Islam. Di masa Kubilai Khan, terhampar kota Islam bernama Gansu. Sementara kaum Muslim disebut bangsa Hui. Di sisi lain, suku Dong Xian yang beragama Islam termaktub paling banyak menjadi prajurit kerajaan.
Di era keemasan Islam Tiongkok, tercantum nama Sayid al-Ajall sebagai Gubernur Yunan. Kemudian Syekh Syamsuddin Umar (Sai Tien Chi) memangku jabatan menteri ekonomi. Chu Yuan Chang yang mendirikan dinasti Ming malahan ditengarai seorang Muslim sejati. Ming yang berarti terang-benderang diilhami nama Medinah al-Munawwarah (kota yang berlimpah cahaya).
Islam di Cina enteng berbaur dengan Konfuzius. Di momen lain, juga berderak budaya lokal. Imlek dan Cap Go Meh, umpamanya, merupakan tradisi agraris yang menjadi ungkapan terima kasih atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Jet Ekonomi
Pasca Imlek terlihat bila spirit Cap Go Meh bergetar di mana-mana. Apalagi, Tiongkok sebagai negeri besar dalam wilayah, sejarah, budaya serta teknologi, tercatat makin perkasa sebagai ikon ekonomi.
Pada tahun 1330 sebelum Masehi, Iskandar Zulkarnain menjadi mitra Kaisar Chang dari dinasti Chang ketika membangun dinding pertahanan. Tembok yang sekarang berada di luar kota Zhengzhou itu didesain buat merintangi gerombolan Ya’juj-Ma’juj. Tinggi tembok sekitar delapan meter. Sedangkan panjangnya mencapai tujuh kilometer.
Dewasa ini, Cina yang berpenduduk 1,5 miliar merupakan negara paling spektakuler. Ekonominya melesat kencang bak naga terbang. Semua bermula pada tiga dekade silam saat mayoritas ekonomi Tiongkok diswastakan. Mereka lalu memfokuskan perdagangan asing.
Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones) dibangun lebih 2000. Dengan demikian, hukum investasi diliberalisasi guna menarik modal asing. Singkat hikayat, Tiongkok akhirnya menjadi jet penggerak ekonomi global. Pada 2008-2009, volume perdagangan antara Tiongkok dengan ASEAN mencapai USD 200 miliar.
Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones) dibangun lebih 2000. Dengan demikian, hukum investasi diliberalisasi guna menarik modal asing. Singkat hikayat, Tiongkok akhirnya menjadi jet penggerak ekonomi global. Pada 2008-2009, volume perdagangan antara Tiongkok dengan ASEAN mencapai USD 200 miliar.
Selama periode 1978-2005, ekonomi Tiongkok tumbuh lebih sembilan persen. Bahkan, Tiongkok membuat Amerika Serikat meradang. Pasalnya, tatkala AS menurunkan suku bunga seraya menggelontorkan dana ke pasar, maka, Tiongkok menaikkan suku bunga. Cina tak sudi tunduk pada Paman Sam. Negara Tirai Bambu tersebut lebih berpijak pada kepentingan nasional daripada mengikuti kemauan AS.
Di bidang program luar angkasa, Tiongkok piawai pula. Mereka tengah menyiapkan roket Long March 5. Apalagi, fasilitas luar angkasanya di Pulau Wenchang dinilai ideal. Karena, dekat dengan titik ekuator. Alhasil, jarak tempuh satelit kian pendek sekaligus hemat energi.
Islam ibarat sekuntum mawar dalam babad Cina pada zaman bahari. Sementara Cap Go Meh sebagai bagian dari perayaan musim semi (chun jie) merupakan wadah yang mendekatkan komunitas Tionghoa dengan dewa-dewi. Prosesi itu juga diyakini sebagai berkah dalam meretas kehidupan setahun ke depan. Hingga, tarikh baru Imlek 1 Cia Gwee seolah pola dalam mengelola keharmonisan.
Tata kehidupan yang selaras merupakan landasan dalam merebut kejayaan. Tiongkok sudah membuktikan jika kultur leluhur adalah wahana guna meraih keagungan di bidang ekonomi.
(Tribun Timur, Rabu 20 Februari 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar