This is America
(Menyambut Presiden George Bush 20 November 2006)
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Kajian Amerika
Hari ini, 20 November 2006, Presiden George Walker Bush tiba di Indonesia. Ia akan membicarakan masalah perdagangan, investasi, pendidikan, kesehatan, bioenergi dan teknologi informasi. Inti persoalan tentu perkara politik serta perlawanan terhadap terorisme yang berlandaskan proliferation security initiative.
Bush adalah Presiden Amerika Serikat (AS) yang paling banyak musuhnya. Sepak-terjangnya melampaui batas peri kemanusiaan. Akibatnya, AS dipandang negatif oleh warga global. Sebab, mereka melihat AS sebagai Bush. Dan Bush tiada lain Amrik.
Presiden AS ke-43 itu, sesungguhnya cuma orang kriminal yang kebetulan duduk di Ruang Oval, Gedung Putih. Ia enteng berbicara hak asasi manusia yang harus dihormati. Sementara kebijakannya selalu menekan negara-negara berkembang.
Buku memoar Presiden Pakistan Jenderal Pervaz Musharraf mengungkapkan kalau Paman Sam memaksa Pakistan mendukung program war on terror. Bahkan, CIA membayar ratusan juta dolar agar Pakistan menyerahkan tersangka al-Qaeda. Pemaksaan tersebut diiringi ancaman. Jenderal AS menggertak bakal membom sekaligus mengirim Pakistan kembali ke zaman batu bila mencoba menolak.
Dosa AS begitu beragam serta berjenis. NASA (Badan Antariksa AS), contohnya, sukses besar menipu dunia. Pada 21 Juli 1969, misi mereka dianggap berhasil. Karena, menempatkan Neil A Armstrong bersama Edwin F Aldrin sebagai manusia yang pertama kali menjejakkan kaki di bulan.
NASA sebenarnya membual dengan dusta sesat. Saat bendera AS (Star Spangled Banner) ditancapkan di “bulan”, ternyata ada angin berhembus. Bendera AS pun terlihat meninggalkan jejak bayangan.
Adakah bayu di atas permukaan rembulan? Dan di mana posisi matahari ketika bendera yang dipancangkan menimbulkan bayangan.
NASA juga merekayasa ucapan Armstrong. Pada hari yang bersejarah itu, Armstrong berucap: “Thas’s one small step for a man, one giant leap for mankind”.
Armstrong tak pernah berkata demikian. Ia hanya bilang: “One small step for mankind, one giant leap for mankind”. Sebuah langkah kecil bagi umat manusia, satu lompatan raksasa untuk umat manusia.
Penyair dari pegunungan New England Robert Frost bertutur: “Ibadah, kejenakaan serta kesungguhan kita. Lama nian telah pudar tiada bermakna. Penilaian ini memang pantas bagi kita. Sebab, menatap dunia bawah sebagai azas perbandingan”.
Prinsip Agung
AS di bawah kepemimpinan Bush, merupakan negara dengan ideologi kebencian. Tiap detik pada pergantian siang dan malam, Uncle Sam terus mengekspor teror. Timur Tengah bersama negara-negara Islam dibuatnya tak berkutik.
AS lalu secara brutal menggasak Taliban serta al-Qaeda. Biarpun membenci setengah mati dua organisasi jihad tersebut, namun, ada warga Amrik yang menjadi anggotanya. John Walker Lindh adalah Taliban American. Sedangkan Adam Yahiye Gadahn tercatat sebagai American al-Qaeda. Dua pejuang dari batalion berani mati itu, dijamin membuat tidur Bush tidak nyaman.
Sebenarnya, di balik paham kebencian AS, bergemuruh kerakusan. Mereka sengaja menebar teror guna menjarah minyak yang meluber di teritorial Arab. Di samping itu, industri senjata di AS sengaja menciptakan situasi chaos. Arkian, senjata-senjata model terbaru yang garang mencabik-cabik raga, bisa diuji coba. Mereka melihat jika Timur Tengah paling cocok sebagai kelinci percobaan dalam mengetes kehebatan armada tempur yang sudah dirakit.
Bush sempat pula meluncurkan konsep pertahanan total dalam strategi keamanan nasional. Ideologi keamanan nasional tersebut, jelas sangat tidak manusiawi. Karena, melanggar hak hukum tersangka. Para tersangka teroris di Guantanamo Bay, umpamanya, dikurung tanpa due process of law.
Kehandalan AS yang sakti menjelajah ke sana ke mari, selaras dengan pernyataan Charles Goodnight. “Kita hampir selalu menjadi petualang sendirian di negeri luas yang segar dan baru. Ibarat kata, laksana dii pagi hari pada musim semi. Di sana, kita bebas serta penuh semangat keberanian”.
Ideologi kebencian yang berdentang di AS, sejalan dengan raibnya kepercayaan terhadap Tuhan. Pada 4-10 Oktober 2006, jajak pendapat (polling) secara online yang melibatkan 2.010 orang, memaparkan hasil mencenggangkan. Polling itu melansir kalau 42 persen penduduk AS tidak yakin dengan eksistensi Tuhan. Mereka malahan bingung menentukan jenis kelamin tuhan, pria atau wanita.
AS yang cenderung menafikan Tuhan, kini terus membangun citra dengan mengekspor demokrasi ke pelbagai negara. Paman Sam seolah lupa bila perilakunya justru tidak mencerminkan demokrasi. Padahal, demokrasi AS merupakan prinsip agung dari para pemikir brilian.
Penyair besar AS Walt Whitman bertutur: “Kemudikan, kemudikan bahtera demokrasi. Tugasmu tak terkira harganya. Engkau tak sendiri. Benua Barat tak sendiri. Bersamamu dari masa ke masa. Bangsa-bangsa lain di waktu lampau berlayar dalam harapan. Pasti mencapai pelabuhan idaman dengan jaya”.
Pilar Agung
Masyarakat AS teramat menghargai kebebasan individu. Mereka menjunjung tinggi kebebasan berkat keyakinan bahwa ekspresi individu yang tidak dibelenggu akan menghasilkan kualitas maksimal.
Di AS, nilai-nilai moral yang diagungkan berasal dari Timur Tengah, Yunani dan Romawi. Sementara beberapa dekade silam, Perancis, Spanyol, Inggris maupun Denmark, mengembangkan variasi leluhur demi membentuk peradaban AS.
Kala koloni-koloni Inggris berdiri pada abad ke-17, maka, tenaga serta kekuatan menjadi simbol budaya di AS. Koloni di AS yang paling berpengaruh yakni daerah kaum Calvinis di New England. Kafilah tersebut dikenal sebagai kaum Puritan. Komunitas Puritan kental dengan nilai-nilai Protestanisme dan kapitalisme yang saling menunjang.
New World (Dunia Baru yang mencakup Amerika Utara serta Amerika Selatan), juga memberi kepada segenap imigran peluang yang sama. Bahkan, Irlandia, Italia, Jerman, Polandia dan etnis lain diberi kedudukan untuk menjaga identitasnya.
Orientasi sikap liberal AS mengusung toleransi terhadap insan yang berbeda pendapat. Kemudian persamaan serta bantuan kepada golongan dhuafa. Lantas pembaruan sosial.
Bapak bangsa Amrik sekaligus presiden pertama AS George Washington bertitah: “Dada Amerika terbuka dalam menerima orang asing yang kaya dan terhormat. Orang-orang tertindas serta dikejar-kejar dari seluruh bangsa dan agama, malahan bakal disambut baik untuk ikut dalam semua hak”.
Sebelum menduduki Gedung Putih, Ronald Reagan berujar jika manusia AS tergolong istimewa. Sebab, berasal dari segala pelosok buana.
Pada 17 Juli 1980, Reagan mengumandangkan tema suaka. “Di sini tempat berlindung segenap orang di dunia yang mendambakan bisa bernafas secara bebas”.
Kebebasan individu serta nilai-nilai AS yang sarat moralitas, lalu terkontaminasi. Selain itu, kebebasan individu yang tanpa batas, justru menjadi anarki. Prinsip agung dalam nilai-nilai AS, tercerabut gara-gara keserakahan.
Demokrasi AS akhirnya menjadi olok-olok. Karena, sukma demokrasi sirna oleh keangkuhan guna memperalat negara lain. Apalagi, Bush senang mempraktikkan sanksi ekonomi, embargo senjata dan serangan militer. Padahal, demokrasi AS merupakan pilar keagungan demi kedamaian.
Bush sesungguhnya tidak lebih dari sekedar preman celaka. Bahkan, Presiden Venezuela Hugo Chavez menyebutnya setan. “Sang setan datang ke sini kemarin. Masih tercium bau belerang saat ini, di podium ini, tempat saya berdiri di depan sekarang” (Kompas, 22 September 2006).
Dengan kekuasaan yang besar, kini Uncle Sam seenaknya mengatur dunia seolah adidaya tersebut pemilik tunggal yang sah planet biru ini. Sedangkan yang diperoleh penduduk bumi dari AS cuma rasa sakit serta kehinaan. Pujangga Pakistan Mohammad Iqbal bertutur: “Timur Tengah menganugerahkan nabi-nabi buat Barat (AS dan Eropa). Sementara Barat membalasnya dengan mengirimkan para pelacur!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar