Kala PSM Berlaga di Liga Champions
(Duel Liverpool vs Milan Pada 23 Mei 2007)
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial
Pada 23 Mei 2007, di tengah malam nanti, para pecandu bola akan disuguhi atraksi seniman lapangan hijau pada pertandingan pamungkas Liga Champions. Duel maut yang mempertemukan Liverpool dengan AC Milan itu dilangsungkan di Stadion Olympic, Athena (Yunani), yang berkapasitas 69.386 penonton.
Pertandingan kali ini, merupakan ulangan final Liga Champions 2005. Kala itu, Liverpool mempecundangi Milan lewat adu penalti.
Liverpool yang menjadi lawan Milan adalah klub dengan gaya khas Inggris. Pelatih Chelsea Jose Mourinho yang suka memprovokasi lawan, akan berpikir seribu kali kalau hendak melecehkan Liverpool. Sebab, meledek Liverpool sama saja melawan Inggris secara keseluruhan.
Roh Liverpool adalah Steven Gerrard. Pergerakannya di atas lapangan ditunjang kehadiran John Arne Riise, Dirk Kuyt maupun Peter Crouch.
Milan yang menjadi lawan Liverpool merupakan raksasa ompong. Masa keemasan Rossoneri, sesungguhnya sudah punah. Milan yang sekarang merupakan tim dengan kekuatan compang-camping. Bukan cuma Milan, tetapi, seluruh peserta Serie A sudah kehilangan greget.
Liga Italia berantakan gara-gara Calciopoli. Milan, Juventus dan Fiorentina dituduh terlibat pengaturan skor.
Persepakbolaan Italia hancur-lebur justru di saat mereka menjadi kampiun Weltmeister 2006 di Jerman. Milan yang tampil kali ini hanya sisa-sisa kejayaan. Mereka bukan lagi the dream team yang pernah diperkuat eksekutor seperti Marco van Basten.
Di awal abad ke-21, bos Bayern Muenchen Franz Beckenbauer sempat terpesona melihat gemerlap Serie A. Di kompetisi itu bercokol Shevchenko (AC Milan), Zinedine Zidane (Juventus), Gabriel Batistuta (Fiorentina) dan Ronaldo (Inter Milan). Sementara Bundesliga terlihat kurang menawan. Pemain bintang yang mentereng nyaris tak ada. Sang Kaisar kemudian berniat mengikutkan Bayern Muenchen ke Serie A.
Hasrat Beckenbauer tentu bergelayut pula di benak tifosi PSM. Andai saja PSM ikut Liga Champions, berarti seluruh bangsa Asia akan berkhidmat penuh takzim kepada PSM.
Macan Tua
Menyambut tarikh 2008, ketika proyek Superliga Indonesia begulir, maka, ada empat pemain yang pantas direkrut PSM. Pemain yang harus dikontrak ialah Alan Shearer. Kehadiran mantan tombak Inggris itu diharap menambah daya dobrak PSM. Shearer yang dijuluki Mr. Premiership lantaran seluruh karier puncaknya dihabiskan di Premier League, punya kemampuan menerobos defender tangguh.
Di posisi gelandang, PSM cocok meminang Luis Filipe Madeira Caeiro “Figo” yang diminati al-Ittihad, klub Arab Saudi. Ia merupakan mantan pemain Sporting Lisbon, Barcelona, Real Madrid dan kini memperkuat Inter Milan. Figo pernah merasakan gelar Piala UEFA dan Liga Champions. Ia juga tertoreh sebagai peraih Ballon d’Or 2000 maupun pemain terbaik FIFA 2001.
Di posisi bek, tentu, PSM harus secepatnya membujuk difensore veteran Paolo “Il Capitano” Maldini untuk bergabung. Legenda ilan itu merupakan “tembok Cina” yang sulit diterobos. Bahkan, penetrasinya ke kotak penalti sering merepotkan pertahanan lawan. Hingga, Maldini yang sudah tampil lebih 830 kali di semua kompetisi, acap mencetak gol.
Kiper yang layak diboyong ke kubu PSM tiada lain Gianluca Pagliuca. Ia merupakan veteran Piala Dunia 94 dengan medali perak yang tersemat di dadanya. Pengalamannya menghalau tembakan-tembakan bomber Serie A sangat bermanfaat. Ia pernah merasakan sepakan George Weah, Patrick Kluivert, Dejan Savicevic, Fabrizio Ravanelli, Hristo Stoichkov atau Abel Balbo.
Shearer, Figo, Maldini dan Pagliuca dijamin akan mendongkrak performa PSM. Mereka memang macan tua, tetapi, pengalamannya akan sangat berguna bagi peningkatan kualitas kompetisi dalam negeri. Perputaran uang pun akan lancar. Sebab, animo masyarakat yang ke stadion akan memuncak. Selain itu, penjualan souvenir akan meningkat tajam.
Ketika suami Victoria “Spice Girl” Adams pertama kali bergabung dengan Madrid, kontan klub yang bermarkas di Santiago Bernabeu itu meraup laba Rp 7,3 miliar. Keuntungan itu baru dari penjualan kostum bertuliskan Beckham.
Laba yang diperoleh suatu klub makin terkesan jumbo berkat nilai kontrak yang dibayarkan jaringan-jaringan televisi. Saat ini, klub-klub utama Liga Inggris mengantongi sekitar Rp 5,5 triliun pendapatan ekstra dari hak siar televisi secara global. Di Inggris, pada musim 2007/2008, juara Liga Utama dikaruniai hadiah Rp 900 miliar.
Pendapatan klub yang luar biasa di luar negeri, juga menjadi solusi yang layak diaplikasikan. Apalagi, peserta Ligina selama ini masih disuap dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Visi Bisnis
Dalam menata PSM, dibutuhkan banyak variabel. Sebab, era baru selalu melahirkan hingar-bingar persaingan. “Fussball ist mehr als 1-0” (sepak bola bukan sekedar 1-0), cetus mantan Presiden Bundesliga Egidius Braun.
Kalau PSM merekrut Shearer, Figo, Maldini dan Pagliuca, berarti pesona Superliga akan mencorong. Lagu kemenangan akan menjadi milik PSM.
Pamor yang meroket tentu butuh sarana penunjang yang besar. Stadion Andi Mattalatta sebagai theater of dream ala Makassar sebagaimana koloseum di era Romawi kuno, saat ini layak direnovasi total. Stadion kebanggaan itu jelas repot menampung para suporter supertim PSM yang makin meriah dengan aksi gaya.
Kini, renovasi stadion menjadi urgensi krusial. Stadion modern dengan fasilitas kelas VIP, kompleks pertokoan merchandise dan gerai makanan, merupakan ciri stadion milenium.
Mantan presiden Real Madrid Florentino Perez bertutur kalau di zaman mendatang sepak bola erat dengan pemasaran dan penjualan produk. Bahkan, sejak musim 1992/1993, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), menikmati 5 miliar euro dari bisnis sepak bola.
Di Eropa, klub-klub raksasa punya aset dan pendapatan yang setara dengan perusahaan kelas menengah. Hingga, Roman Abramovich tidak ragu membeli Chelsea seharga Rp 1,08 triliun. Sementara Malcolm Irving Glazer mengambil alih Man-U senilai Rp 14 triliun.
Fenomena persepakbolaan sebagai mega-industri, terus bergelora. Syahdan, klub peserta MLS (Liga Amerika Serikat) Colorado Rapids menjalin aliansi strategis dengan klub Inggris, Arsenal. Keduanya sepakat bertukar informasi pemasaran, bisnis dan transfer kepelatihan.
Impian PSM untuk berlaga di Liga Champions bukan ihwal mustahil. Sebab, kehadiran Shearer, Figo, Maldini dan Pagliuca akan memacu the magic competition demi merebut prestasi internasional. Kini, realisasinya tergantung pada sosok di belakang PSM yang bervisi bisnis sembari punya posisi tawar-menawar guna menghadapi realita free market.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar