Senin, 06 Juni 2011

The Sidratul Muntaha Code

The Sidratul Muntaha Code

(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial

FAKTA: Semua untaian frasa dalam opini ini dijamin 100 persen akurat. Bukan bohong belaka!”
(Epigon “The Da Vinci Code”)

DI masa sekarang, umat manusia dilanda aneka realitas timpang. Kreativitas jalang memancar di tiap zona kehidupan. Fondasi agama dicecar liar sebagai dogma dari reruntuhan jahiliah. Firman-firman Allah dianggap kedaluarsa. Sebab, jargon-jargon religius banyak menghimpit kebebasan manusia. Padahal, kreasi tidak sepantasnya dikekang.
Lapis demi lapis persoalan itu kian membesar. Kekisruhan yang membuncah ibarat bawang merah. Makin dikupas kian tebal sekaligus memerihkan mata. Kini, kebenaran makin redup akibat mata hati yang alergi terhadap tata nilai positif. Masalah lama yang menggelegak lalu menimbulkan problem baru. Hingga, yang terhampar tiada lain kepalsuan dan kesia-siaan.
Sifat Qabil kian meruyak-ramai di dada manusia. Persembahan kepada Tuhan tidak lagi dilandasi kesucian. Penyembahan kepada Allah juga tidak berasas keikhlasan. Sifat manusia telah kembali ke Qabilisme, simbol awal kejahatan iman di planet bumi.
Saat ini, bershaf-shaf orang menggugat visi spiritual yang dipandang membelenggu kebebasan. Goenawan Mohamad (GM), budayawan ternama, sempat mempertanyakan Arabisasi Islam. Dalam kolom tersohornya Catatan Pinggir berjudul “Perempuan” (Tempo, 2 April 2006), GM heran ketika Tuhan harus bertitah di padang pasir.
Inti pertanyaan GM, mengapa Islam mesti turun di negeri Arab, bukan di Indonesia yang teduh-sentosa.
Pada hakikatnya, jika Islam diwahyukan di Indonesia, niscaya, jazirah Arab belum tersentuh Islam sampai sekarang. Islam sengaja diturunkan di Mekah lantaran karakter bangsa Arab yang keras serta angkuh. Hikmahnya, kalau orang Arab yang kepala batu dan tidak beradab dapat ditaklukkan, berarti Islam di belahan bumi lain enteng diterima.
Selanjutnya, apa yang bisa dibanggakan dari orang Indonesia? Menurut Mochtar Lubis, ciri-ciri penduduk negeri ini ada enam. Perilaku khas tersebut yakni munafik, tidak bertanggung-jawab, feodal, percaya takhayul, artistik serta berwatak lemah. Keenam kasta buruk itu, bisa lagi ditambah dengan sifat kleptomania atau budaya korup tingkat akut.

Sifat Lokal

Di negeri-negeri Arab, tenaga kerja Indonesia (TKI) terkenal penurut. Tidak suka memprotes meski disakiti. Para tenaga kerja wanita (TKW), banyak pula yang rela diperkosa oleh majikannya.
Saat tiba di bandara Soekarno-Hatta, TKW tersebut menjadi lahan penipuan dan pemerasan. Kerja berbulan-bulan di negeri Arab buat mendulang riyal, akhirnya ludes sebelum sampai di kampung halaman.
GM seyogyanya lebih arif menelaah akar persoalan. Apalagi, dunia tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat wilayah. Batas negara sudah hancur oleh globalisasi.
Bila GM tetap menjunjung peri lokal, maka, nama Goenawan Mohamad sepantasnya diubah Goenawan Terpuji. Karena, Mohamad itu berlabel Arab. Menurut cendekiawan Muslim Adian Husaini, nama Goenawan pun berasal dari India.
Di masa ini, banyak kalangan Islam yang jengah dengan al-Quran. Kitab suci tersebut dinilai mengandung ketidak-konsistenan. Umpamanya, penggantian alif dengan waw dalam kata shalah serta zakah. Kemudian pemakaian ta’mabsuthah sebagai pengganti ta’marbuthah dalam kata ni’mah atau rahmah.
Dari aspek linguistik dan kaidah bahasa Arab, juga teks al-Quran menampakkan gejala yang sukar dinalar secara rasional. Beberapa orang lantas mengusulkan agar dicetak al-Quran edisi kritis dengan bahasa Arab standar yang gampang dipahami.
Pada esensinya, al-Quran bukan buatan manusia. Kitab suci itu bukan pula segepok propaganda bombastis. Alhasil, tiap hurufnya punya arti dengan timbangan keserasian. Contohnya dapat ditelusuri secara kasatmata pada al-Fatihah. Sebuah keajaiban pada surat pembuka al-Quran tersebut, ialah ketiadaan fonem kh di tujuh ayatnya.
Dalam aksara Hijayyah, tiap huruf memiliki makna. Kh dalam Hijayyah dianggap berkonotasi negatif. Sebab, banyak kata yang diawali kh punya arti buruk. Misalnya, khinzir (babi) atau khianat (pengkhianatan). Hingga, bukan kebetulan jika al-Fatihah merupakan induk al-Quran.
Ayat ketiga surat al-Muddatsir berbunyi rabbaka fakabbir (agungkanlah Tuhanmu). Kalimat itu terdiri tujuh fonem Hijayyah: ra, ba, kaf, fa, kaf, ba, ra. Kalau huruf tersebut dibaca dari depan atau belakang, maka, bunyi serta terjemahannya tetap rabbaka fakabbir.
Orang boleh saja mencibir bila rabbaka fakabbir cuma kalimat kebetulan. Masalahnya, rabbaka fakabbir menunjukkan tabiat manusia. Ada orang sejak lahir telah bertakwa kepada Allah. Juga, ada insan di detik sakratulmaut, tiba-tiba memperoleh hidayah untuk memuji kebesaran Tuhan.

Roh Busuk

Segenap susunan rahasia bumi dan langit yang tercatat dalam al-Quran tidak dibentuk di ruang tunggal Kabah. Jejak misteri alam semesta tidak tersimpan di museum Louvre, Perancis. Rahasia planet serta bintang-bintang tidak pula tercantum di gang-gang sempit dalam Piramida. Tidak juga di Tabut Nabi Musa yang berisi dua keping batu bertatahkan The Ten Commandments.
Segala rahasia dan misteri di sekeliling kehidupan manusia terpampang pada fitur-fitur piranti Sidratul Muntaha. Di Sidratul Muntaha, seluruh maksud optimistis serta sikap realistis dalam diri insan sejagat, termaktub jelas. Kode-kode Sidratul Muntaha lalu tersimpan secara implisit pada al-Quran.
Sidratul Muntaha merupakan sebuah pohon kehidupan. Tumbuhan raksasa itu mirip pohon anggur yang melambai-lambai ke bumi. Buahnya sebesar kendi. Sementara daunnya selebar telinga gajah. Di tiap daun tersebut, tertera takdir semua homo sapiens.
Daun itu laksana perangkat multimedia yang terhubung dengan sistem operasi kosmos yang tak mengenal tapal. Wahana penyimpanan digital dengan kapasitas 1000 gigabyte (GB) seharga 350 dollar AS, tidak ada apa-apanya dibandingkan selembar daun Sidratul Muntaha. Sistem penyimpanan skalabel sekelas IBM System Storage DS 4000 Series yang dirancang untuk mengakomodasi perubahan nilai dan mempertahankan ketersediaan data, bukan pula tandingan selembar daun Sidratul Muntaha.
Wikipedia, the free encyclopedia memaparkan jika Sidratul Muntaha adalah the lotus tree of the extreme limit. Sedangkan sebagian ulama menuturkan kalau secara harfiah Sidratul Muntaha berarti tumbuhan sidrah yang tak terlampaui.
Ketika daun Sidratul Muntaha jatuh, maka, malaikat pengawas segera menghubungi pos kematian. Instalasi strategis tersebut, segera menjelaskan jati diri yang hendak dicabut nyawanya.
Bila data orang yang akan dicabut rohnya tergolong pendosa, maka, malaikat maut langsung meraih cambuknya yang sarat gas serta partikel panas.
Kloter malaikat kemudian tiba di bumi yang memiliki pulsa gelombang elektromagnetik. Malaikat maut yang matanya merah menyala lantas menarik paksa nyawa manusia yang tertera datanya di daun Sidratul Muntaha. Akibatnya, mata orang itu terbelalak oleh kengerian tiada tara. Lidahnya lalu memendek, kukunya pucat dan tenggorokannya mengeluarkan bunyi gemerutuk.
Beberapa malaikat yang bertugas mengiringi roh si pendosa, langsung menutup hidung seraya menyumpah-nyumpah. Karena, roh yang diangkutnya sangat busuk. Bau tak sedap tersebut muncul gara-gara di masa hidupnya, ia tak pernah berwudhu. (Bersambung)

The Sidratul Muntaha Code

(Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)

Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial

FAKTA: Seluruh hamparan epigraf dalam opini ini dijamin 100 persen akurat. Bukan dusta belaka!”
(Epigon “The Da Vinci Code”)

DAUN Sidratul Muntaha yang komplet memuat data diri seseorang, mirip fenomena yang kini terjadi. Dev Niyogi, asisten profesor agronomi, bumi serta atmosfir dari Purdue University, mengatakan jika model fotosintesis menjadi basis paling anyar guna mengetahui perubahan lingkungan.
Penguapan yang berlebihan dalam proses fotosintesis pada daun menunjukkan adanya cuaca buruk. Fase itu kemudian dipadukan dengan variabel kreatif lain buat mengetahui waktu, lokasi, temperatur dan intensitas skala lokal.
Konstruksi tersebut menerangkan kalau daun Sidratul Muntaha fungsinya mirip dedaunan di dunia. Keduanya sama-sama mengandung berita jitu perihal kehidupan.
Citra atau visualisasi yang ditimbulkan kesan mental pada publik abad ke-7, jelas berbeda dengan bayangan komunitas modern di awal milenium ketiga. Dulu daun Sidratul Muntaha dipandang serupa daun biasa kecuali lebarnya yang sebesar telinga gajah.
Daya observasi mendetail sains, teknologi serta peradaban, akhirnya membuat pencitraan daun Sidratul Muntaha berubah. Saat ini, daun itu dinilai semacam disket. Informasinya tidak tertulis dengan huruf di atas daun. Data yang disimpan justru seperti cakram MP4 yang sanggup menampung tujuh film Hollywood dalam sebuah disket.
Kelak, elaborasi pengetahuan yang koheren, bakal membenarkan keberadaan daun Sidratul Muntaha. Umat manusia akan haqqul yakin bila selembar daun Sidratul Muntaha memuat riwayat seseorang sejak sperma dengan ovum bertemu sampai malaikat maut datang mencabut nyawa.
Pohon Sidratul Muntaha punya tangkai. Di tangkai tersebut, terdapat dua sungai yang berada di dalam Surga. Sementara dua sungai yang terlihat di luar tiada lain sungai Nil dan Eufrat.
Pokok pohon Sidratul Muntaha tertancap di langit keenam. Sedangkan cabang serta rantingnya menjulang sampai di langit ketujuh.
Di seputar Sidratul Muntaha, berjejer mega-metropolitan. Kota super itu antara lain Eden, Firdaus, Ma’wa, Khuldi, Darus Salam, Darul Qarar, Darul Jalal, Darul Jinan, Darul Bawar, Darun Naim dan Darul Maqamah.
Selain dijejali kota, juga Sidratul Muntaha berhias air sejuk serta tawar. Tanahnya putih mengkilap dan bersuara. Sementara debunya wangi semerbak bagai minyak misik. Aroma harum Sidratul Muntaha tercium dari jarak perjalanan 100 tahun.
Kerikil serta bebatuan di Sidratul Muntaha terbuat dari akik kuning, mirah delima, mutiara bening, zabarjad hijau dan intan berlian.

Menolak RUU APP

Dalam menebak kode-kode Sidratul Muntaha, manusia diberi akal sebagai kekuatan. Sedangkan kendaraan yang dipakai adalah waktu. Publik global harus melintasi hitungan abad untuk menyingkap secuil rahasia Sidratul Muntaha. Orang mesti melahirkan beberapa generasi guna mengintip aksara sejuta makna Sidratul Muntaha.
Waktu yang berjalan dari fajar sampai senja, harus diisi dengan aktivitas pikir serta olah zikir. Alhasil, akal dan nurani seirama menangkap sandi Sidratul Muntaha. Tanpa kerja keras dari subuh sampai maghrib, maka, manusia berada di jurang kebodohan serta kerugian. Sebab, tak mampu menelaah simbol-simbol Sidratul Muntaha yang mengandung kebenaran hakiki.
Kode Sidratul Muntaha sulit dicerna gara-gara maraknya ajaran setan yang merasuk manusia. Di zaman ini, banyak orang menghias tubuhnya dengan tato. Sementara hingar-bingar musik berdentum-dentum diiringi pornoaksi. Dukun lebih dipercaya daripada daya nalar. Majalah cabul, adult movie dan situs telanjang, digandrungi beramai-ramai. Sedangkan mal, hypermarket serta butik adibusana, dibanjiri pengunjung.
Iblis pernah mengadu kepada Allah jika keturunan Adam memiliki kitab suci, nabi dan kiblat. Tuhan lantas berfirman kalau kawanan setan sebenarnya punya pula ihwal serupa.
Buku suci iblis adalah al-watsam (tato). Suara adzannya yaitu house music, rock ‘n roll atau heavy metal. Utusan mereka ialah tukang tenung, dukun atau paranormal. Perangkap setan yakni wanita nakal binti binal yang tidak sungkan berpose seronok sembari menggoda: “I am so young and really nice. So what gitu loh”.
Di negeri ini, pendukung pornografi tidak sedikit. Antek-antek gambar cabul selalu berkilah bila orang yang berpikir mesumlah yang salah. Mereka berdalih jika foto telanjang yang berasas seni bukan pornografi. Karena, ada seninya.
Suporter pornografi lalu mengaitkan wacananya dengan budaya. Hingga, bergemuruh pawai Bhinneka Tunggal Ika yang menolak Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP) di Jakarta pada 22 April 2006.
Sumpah iblis pun terbukti bahwa: “Saya bakal menyesatkan keturunan Adam selama roh dikandung badan mereka!”

Predikat Puncak
Allah menetapkan kalau mesjid setan adalah pasar. Sebab, pasar merupakan lumbung nafsu negatif. Pengelola serta pebisnis raksasa acap menjerumuskan remaja di mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Di waktu-waktu shalat seperti zuhur, ashar, maghrib dan isya, pengurus mal sering membuat acara dengan menampilkan artis.
Mereka kemudian menggemakan musik sampai suara adzan di mesjid tak terdengar. Akibatnya, pengunjung lupa menunaikan sembahyang. Di subuh nan sejuk, mereka susah bangun. Karena, tidur pada larut malam sesudah dihibur dengan bincang-bincang artis yang disorot kamera infotainment.
Fenomena yang menerpa manusia, jelas tidak disadari. Mereka tidak menyangka bila tindak-tanduknya telah diarahkan oleh gerombolan setan. Apalagi, hidup makin tergantung oleh angka-angka ekonomi di era kapitalisme-individualistik ini.
Tiap tindakan selalu berujung uang. Alhasil, korupsi merajalela. Pentas dunia riuh dengan hukum rimba. Rasa empati sirna oleh kesibukan menambah tabungan di bank. Pembangunan materi mendapat porsi utama. Sementara konstruksi spiritual ditinggalkan.
Kala situasi destruktif datang bergemuruh, mereka justru menyalahkan Sang Khalik. Ketika tsunami memorak-porandakan Aceh, tiba-tiba Goenawan Mohamad berceloteh jika campur tangan Tuhan terlalu berlebihan.
Andai saja manusia mengetahui kalau bencana adalah ujian, maka, mereka akan tersungkur sujud di reruntuhan puing-puing petaka. Andai lambang-lambang Sidratul Muntaha sudah terpecahkan, berarti penduduk buana rela ditumbuk nestapa. Sebab, Allah bertitah dalam Hadis Qudsi: “Bila Aku timpakan musibah kepada hamba-Ku di tubuhnya atau anak maupun hartanya. Lantas dihadapinya dengan kesabaran, niscaya Aku malu membuatkan neraca amal baginya”.
Bencana yang menjalar menghantam kehidupan merupakan cobaan. Di samping menguji iman, juga petaka berperan merangsang intelektualitas supaya terus aktif berkarya buat menyimak setapak demi setahap kode-kode Sidratul Muntaha. Karena, Sidratul Muntaha bukan materi misterius yang tak ada eksistensinya.
Dengan energi iman serta ilmu yang berbiak dinamis impresif, tentu manusia bakal mencapai predikat positif optimal komprehensif sebagai Mukmin Milenium (makhluk maha-manusia di sisi The Real Creator yang bertahta di Arasy Rahma). Amin.

(Pedoman Rakyat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People