Kamis, 02 Juni 2011

E-M@il dari Malaikat Jibril


E-M@il dari Malaikat Jibril

Oleh Abdul Haris Booegies
Musafir Informasi Global

     Penjelajahan menembus mega akhirnya tiba di penghujung. Bermil-mil jiwa-raga ini bersama seekor kupu-kupu menempuh perjalanan. Bertengger di pelangi yang terbentang di kaki langit. Mencari sekuntum harapan di tengah embun cinta. Semerbak puspa terurai. Wanginya tercium. Kelepak sayap burung hudhud kemudian melantunkan senandung kilau-kemilau kemuning senja. Inilah tanah bergelimang mutiara yang dijanjikan.
     Laptop yang dijinjing lantas diletakkan. Dari kotak ajaib tersebut, sebuah e-mail terpampang. Pengirimnya tiada lain malaikat Jibril. Ia merangkai kalimat yang mewartakan tiga persoalan: “Perangi kemiskinan, basmi pornografi dan bacalah puisi!”
     Kemiskinan adalah wajah dominan dunia. Berderet gubuk terhampar, tetapi, tak mampu menampung orang-orang yang bernafas di bawah kehidupan layak. Kaum papa selalu tertindas. Mereka diseminarkan di hotel berbintang. Mereka didiskusikan para anggota dewan. Hasilnya, nasib kaum fakir justru makin nelangsa.  
     Kala tidur, mereka beratap langit, berlantai tanah serta berselimut angin malam yang mencucuk tulang-belulang. Di planet ini, jumlah orang miskin lebih 2,7 miliar jiwa. 800 juta di antaranya dari golongan usia muda.
     Keseharian komunitas dhuafa sarat kisah duka-lara. Ketika mereka kelaparan, para pemimpin cuma melengos penuh keangkuhan. “Itu bukan kelaparan, baru permulaan”. Padahal, korban sudah berjatuhan. "Dan apakah makna kehidupan kalau hanya untuk kematian?", tanya pujangga besar Amerika Serikat, Walt Whitman.
     Sungguh susah jadi rakyat. Saat merindukan harapan, yang terjadi justru penyelenggara pemerintahan menjalankan proses kebijakan secara diam-diam.
     Presiden SBY mafhum bila pemerintahan negara belum baik serta bersih. "Pemerintah dan semua pihak harus bersama-sama memiliki komitmen untuk melanjutkan pembangunan yang lebih baik, bersih, responsif, terbuka dan bertanggung jawab, serta memberikan pelayanan yang terbaik" (Kompas, 6 Januari 2006).
     Pada 2005, Global Corruption Barometer yang dilakukan Gallup International menemukan bukti jika partai politik di Indonesia merupakan lembaga terkorup. Nilainya mencapai 4,2 dengan kisaran 1-5.
     Kalau saja uang hasil korupsi tersebut dibagikan ke masyarakat miskin, niscaya kehidupan tenang-tenteram. Selama ini, kemiskinan menggiring orang terlibat dalam kriminalitas. Apalagi, efek kebijakan ceroboh akan mendorong munculnya kejahatan yang lebih menakutkan.
     Dante Alighieri bertutur: "Karena aku, kau pun masuk kota. Karena aku, kau melarat tak terhingga. Karena aku, kau lihat bangsa dilaknat siksa".

Menonjolkan Aurat
     Pengembaraan meniti angkasa akhirnya rampung. Bermil-mil jiwa-raga ini bersama seekor kupu-kupu melanglang buana. Bertengger di pelangi yang terbentang di kaki langit. Mencari sejumput asa di tengah embun cinta. Semerbak bunga terurai. Aromanya tercium. Kelepak sayap burung hudhud lalu melantunkan nyanyian kilau-kemilau cahaya purnama. Inilah ranah bergelimang emas yang dijanjikan.
     E-mail Jibril menorehkan: “Basmi pornografi”. Di planet bertabur teknologi ini, makhluk betina mendominasi secara kuantitas. Mereka punya kendaraan bernama feminisme yang berasas hak asasi manusia.
     Di antara sekian buah feminisme, maka, yang paling ranum yaitu pornografi. Tak ada celah yang tidak disusupi pornografi. Teknologi yang memasuki fase ultra-mutakhir, telah memudahkan orang mengakses foto-foto cabul, khususnya dari majalah Playboy.
     Lembaran media massa cetak dan layar elektronik, tak jera menonjolkan aurat mulus. Perempuan pun tak sungkan berpose tak senonoh di aneka website dewasa.
      Di samping mempertontonkan keindahan ragawi, juga mereka sesekali mendesah manja dengan senyum renyah: “I am here for your pleasure”.
     Pornografi terus-menerus menampilkan aneka tubuh molek gadis-gadis belia. Mereka bergaya persis wanita yang minta diperkosa, please deh. Bibirnya yang menggoda menebar bisikan mesra: “Taste the fantasy”.
     Penelitian Pew Internet and American Life Project selama lima tahun, menemukan bila 21 persen pengguna internet senang berselancar di situs triple X.
     Pornografi sukar dibasmi habis dari arena kehidupan gara-gara banyak yang berkepentingan di dalamnya. Pornografi merupakan bisnis raksasa kelas wahid yang semanis madu. Selain itu, mencari model untuk difoto toples sangat gampang. Sebab, banyak perempuan tak malu menanggalkan busananya agar dipelototi secara berbinar-binar oleh pria hidung belang yang mata keranjang.
     Awal 2005, Presiden SBY gusar. "Ini sudah tidak bisa ditoleransi. Segera lakukan upaya maksimal". Setahun berlalu, pornografi justru kian marak serta perkasa. Umara dan ulama bak menghadapi seribu King Kong dalam mengganyang pornografi. Apalagi, mesti dimulai dari mana. Pengganda maupun pengedar enteng diciduk. Celakanya, masyarakat sendiri yang belingsatan mencari ke sana ke mari. "Anda punya barang baru?"
     Nilai-nilai Timur memang menabukan keterbukaan dalam soal erotisme. Masalahnya, kini manusia hidup di era digital yang mengusung kecepatan. Nilai moral boleh yes, namun, pesta seks yang dirayakan besar-besaran harus lebih yes lagi supaya joss.
     Perkara ini sungguh ruwet diselesaikan tanpa melibatkan visi serta nurani. Visi mencakup pemikiran jika di masa depan anak-anak merupakan kekasih sang waktu sekaligus ikon peradaban yang mesti diselamatkan. "Semua bunga. Sudah kukumpulkan. Sebagai persembahan buat kekasihku", tutur puisi Jepang.

Kata-kata Pilihan
     Anjangsana menapak awan akhirnya usai. Bermil-mil jiwa-raga ini bersama seekor kupu-kupu mengarungi persada. Bertengger di pelangi yang terbentang di kaki langit. Mencari setetes hasrat di tengah embun cinta. Semerbak kembang terurai. Harumnya tercium. Kelepak burung hudhud kemudian melantunkan lagu kilau-kemilau merah fajar. Inilah tanah bergelimang zamrud khatulistiwa yang dijanjikan.
     E-mail Jibril menerakan: “Bacalah puisi!” Karena, puisi mengandung hikmah. Puisi dianjurkan disimak agar para pejabat dan politisi yang korup, dapat menggunakan secuil hati nuraninya dalam melihat persoalan bangsa serta negara. Puisi adalah hasil renungan yang tertuang lewat kata-kata pilihan. Hingga, gampang meresap dalam sanubari.
     Komposisi puisi tak beda jauh dengan doa atau mantra. Puisi berhias ritme dan rima. Begitu pula doa. Perbedaannya terletak pada daya ledak yang diemban. Puisi milik dunia yang profan. Sedangkan doa merupakan unsur agamis yang ukhrawi.
     Kahlil Gibran bersabda: "Puisi merupakan kata sepakat antara suka-cita, duka nestapa sekaligus ketakjuban. Puisi berhias pula sekelumit perbendaharaan kata".
     Dengan puisi, para elit dan aparat negara diharap tidak mencabik-cabik nilai kemanusiaan. Sebab, politik curang yang dipraktekkan selama ini telah menghancurkan seluruh sendi bangsa. 
     Mereka berlomba-lomba memperkaya diri seraya hilir-mudik mencari peluang supaya tetap berkuasa. Tak ada pemimpin yang benar-benar memikirkan nasib rakyat. Bahkan, segelintir anggota dewan dengan istrinya, berhura-ria pelesir ke Mesir dengan alasan studi banding perihal undang-undang perjudian. Sementara masyarakat bawah berdesak-desakan mengambil dana kompensasi BBM berbentuk subsidi langsung tunai (SLT).
     Adzan subuh tiba-tiba berkumandang. Sosok ini sontak tersentak. “Engkau dibuai mimpi dalam tidur maha cendera”, bisik kupu-kupu yang langsung lenyap ditelan desir ombak. Sedangkan hudhud berlomba terbang menuju dekapan cakrawala. Di sekeliling, terdengar desir bayu yang baru saja melewatkan percintaan dengan malam yang pekat.
     Begitulah e-mail dari malaikat Jibril yang hadir sekelebat lewat mimpi. Figur hulubalang para malaikat yang teramat besar itu, tak terlihat. Kehadirannya cuma diwakili oleh sebuah kalimat yang menekankan urgensi yang wajib ditegakkan di bumi. “Perangi kemiskinan, basmi pornografi serta bacalah puisi!” Wassalam.


(Tribun Timur, Kamis, 26 Januari 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People