(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh)
92. Surah al-Lail
(Malam)
1. Demi malam bila menyelubungi (cahaya)
2. Demi siang bila terang benderang.
3. Demi Sang Pencipta (makhluk-makhluk) dari jenis jantan dan betina.
4. Sungguh, ikhtiar kamu saling berbeda.
5. Ada yang mendermakan (harta di jalan Allah) seraya bertakwa.
6. Ia mengakui ada pahala terbaik (berupa Surga).
7. Kami akan memudahkannya memperoleh kesenangan (Surga).
8. Sebaliknya orang kikir yang merasa puas dengan dirinya sendiri.
9. Ia mendustakan pahala terbaik.
10. Kami menyiapkan baginya kemalangan.
11. Hartanya tiada berfaedah baginya kalau ia binasa. Ia terjerumus (dalam siksa)
12. Tanggungan Kami untuk memberi petunjuk.
13. Sungguh, Kami menguasai Akhirat dan dunia.
14. Kami mengingatkan kamu dengan Neraka. Api berkobar yang membumbung.
15. Penghuninya hanya orang paling celaka!
16. Mereka mendustakan kebenaran dan ingkar.
17. Sebaliknya, orang paling takwa dijauhkan dari Neraka.
18. Mereka mendermakan hartanya (di jalan Allah) demi menyucikan diri dan hartanya.
19. Tiada seorang pun memberikan nikmat kepadanya. Penghargaan patut dihaturkan.
20. Ia (mendermakan harta) demi mengharap ridha Tuhannya yang Maha Tinggi.
21. Ia kelak berpuas hati (di Akhirat).Derajat Terjemahan
Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya. Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad. Terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an. Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian firman Allah dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit. Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an. Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami). “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya. Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak. Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta. Allah tidak tidur! Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
“Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya. Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci. Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah. “Aku ini Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah. Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.
Abdul Haris Booegies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar