Agama dalam Arus Modernisasi
Oleh Abdul Haris Booegies
Di masa kini, manusia berpijak pada era modernisasi. Sebuah tempo yang mengusung proses pergeseran hidup yang selaras dengan tuntutan zaman. Modernisasi menawarkan sejumlah peluang buat dicicipi dalam kehidupan.
Hasil karya di segenap bidang kemudian melahirkan kemudahan. Sains dan teknologi, misalnya, mendorong munculnya banyak sarana serta modifikasi kehidupan. Hingga, manusia terjalin-berkelindan dalam komunitas global.
Ruang lingkup modernisasi sebenarnya mencakup banyak aspek. Istilah modernisasi awalnya bergema di Barat. Kala itu, jemaat Kristen merespons pertentangan antara ilmu dengan agama.
Tafsir modernisasi akhirnya selalu dipertautkan dengan adanya perubahan-perubahan besar di bidang ideologi, budaya, sosial, ekonomi atau seni. Di masa sekarang, terjadinya pergeseran visi banyak ditentukan oleh revolusi sains dan teknologi. Akibatnya, batas negara seolah sirna. Lompatan modal, umpamanya, lincah bergerak ke tiap mandala buana. Sebab, ekonomi tak punya negara.
Di era telematika ini, terhampar rupa-rupa kemajuan nan pesat. Elektron yang dikembangkan oleh James Clerk Maxwell pada 1897, kini menjadi dasar seluruh peradaban berbasis teknologi.
Deru saintifikasi akan memuncak dengan kehadiran robot yang dinamakan humanoid. Robot itu bakal merajalela lantaran corak berpikirnya yang otonom.
Senjakala sains maupun teknologi kelak ditandai oleh sinergi antara mekanika kuantum dengan teori relativitas umum. Stephen Hawking berteori bahwa paduan tersebut menghasilkan Theory of Everything (TOE). Hatta, manusia bisa membaca pikiran tuhan.
Segala teori diprediksi berakhir dengan kemunculan TOE. Modernisasi pun sontak wafat. Karena, itulah masa yang disebut the end of science.
Zaman humanoid belum tiba. Sementara gagasan linglung TOE justru memekakkan akal budi.
Di era multi-touch ini, sains serta teknologi sesungguhnya berpeluang mendorong semarak nilai-nilai ilahi dalam diri manusia. Sebab, dekade digital di alam modernisasi mampu menyediakan aneka sarana bagi ibadah.
Di awal masa Islam, kaum Muslim kesulitan menentukan waktu shalat. Sekarang, tersedia gadget (piranti krusial produktivitas dan komunikasi) yang dapat mengingatkan jadwal sembahyang di mana saja kaki berpijak. Semua serba praktis berkat multi-touch di zaman information superhighway.
Fenomena yang kini membuncah menunjukkan bahwa modernisasi sejalan dengan proses ibadah. Kesibukan diimbangi kecepatan. Sedangkan kecepatan melahirkan banyak kesempatan. Walhasil, tersedia waktu sekaligus sarana guna berkomunikasi transendental dengan Allah, pemilik segenap ilmu.Abdul Haris Booegies, Peminat Masalah Agama
(Majalah Expose edisi perdana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar