Senin, 06 Juni 2011

Majalah Playboy di Tengah Energi Islam Liberal


Majalah Playboy di Tengah
Energi Islam Liberal

Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Keseharian

Di Indonesia, nama Tiara Lestari kurang familiar. Sosok seksi seperti Sarah Azhari justru lebih mentereng. Padahal, Tiara adalah model asal Solo yang bugil di sampul majalah Playboy edisi Spanyol pada Agustus 2005.
Saat ini, orang riuh-meriah berkomentar. Semua berawal dari kabar yang menerakan kalau majalah Playboy edisi Indonesia bakal terbit pada Maret mendatang. Majalah dengan logo kelinci bertuksedo tersebut, akan diterbitkan oleh grup Properti Procon Indah. Alhasil, tiap hari koran memberitakan mengenai gelombang penolakan masyarakat serta institusi terhadap Playboy. Sebab, Playboy lebih berbahaya daripada formalin. Selain itu, lebih menjijikkan dibandingkan bakso tikus.
Indah Lutdiana, model yang sempat difoto di markas Playboy di Amerika Serikat (AS), bertutur bila Playboy versi Indonesia tidak sekedar mengeksploitasi wanita. Indah yang juga komisaris Playboy Indonesia menambahkan jika majalahnya bakal mendidik orang untuk membaca.
Pembelaan Indah teramat ironis. Karena, pendapat umum di AS berkata lain. Industri seks di ranah Uncle Sam yang mengekspos tubuh perempuan ternyata dianggap memalukan. Bahkan, dinilai berstandar ganda. Playboy, contohnya, memuat artikel. Padahal, siapa yang mau membaca tulisan di majalah porno tersebut kecuali melihat foto-foto wanita telanjang. Apalagi, AS memiliki surat kabar The Washington Post, The New York Times dan USA Today yang sangat berpengaruh.
Di AS, ada kecenderungan seks ditabukan. Keperawanan malahan mulai dipertahankan. Di samping itu, track record seorang pemimpin selalu diterawang ketat. Gary Hart, umpamanya, harus terpental dari arena pencalonan presiden AS gara-gara skandal seksnya dengan Donna Rice. Bahkan, Bill Clinton nyaris kena impeachment akibat anacondanya dijilat penuh gairah membara oleh Monica Lewinsky di Ruang Oval, Gedung Putih.
Dalam Film Basic Instinc, terdapat sebuah adegan yang susah dilupakan. Di sana, dipertontonkan secara jelas alat vital Sharon Stone yang terbujur polos tanpa celana dalam ketika diinterogasi. Adegan tersebut sesungguhnya tak ada dalam skenario. Saat kru film pulang, maka, Paul Verhoeven sebagai sutradara, menghampiri Sharon seraya menawarkan ide gila. Sang aktris kaget ketika diminta berpose memamerkan aurat sambil dicecar pertanyaan-pertanyaan dari detektif. Menurut Sharon, ini AS, bukan Eropa yang punya perilaku seks liar serta bebas. Bujuk-rayu akhirnya mendorong Sharon mengikhlaskan alat vitalnya disorot kamera secara close up. Dan para penonton pun bersorak girang dalam debar jantung saat menatap bentuk kelamin Sharon yang terpampang di layar perak.

Rahasia Jenggot
Indonesia merupakan negeri eksotik. Kalau dikelola secara baik, niscaya bumi persada ini sanggup mandiri tanpa utang satu rupiah.
Indonesia jelas sengaja dibonsai oleh negara-negara besar agar terus dililit utang yang menggunung. Negeri ini tak pernah memotong tangan pencuri lantaran dianggap tidak sesuai hak asasi manusia (HAM) model Barat. Akibatnya, koruptor merajalela menggarong uang negara. Hingga, wibawa Indonesia di mata dunia laksana terinjak-injak kaki King Kong.
Utang yang bertumpuk, rasa malu yang sudah terkikis, pejabat yang saling gontok-gontokan serta mahasiswa bingung yang berdemo tanpa tekad, membuat bahaya laten lain leluasa memasuki wilayah Nusantara.
Barat akhirnya enteng mengekspor paham liberal. Alhasil, lahir Islam Liberal yang membongkar wilayah kebenaran hakiki. Islam Liberal lantas menjadi wacana tandingan (counter discourse) bagi Islam mainstream. Menurut Ulil Abshar-Abdalla yang merupakan pendeta Islam Liberal, agama yang dibawa Nabi Muhammad mutlak dilihat sebagai organisme hidup. Ajaran dari Mekah abad ketujuh itu adalah formula berkembang yang butuh pikiran atau gagasan segar.
Diskursus yang diusung para misionaris Islam Liberal pun sering menyentak-nyentak. Apalagi, seluruh agama dinilai sama. Mereka malahan tampil demi membingungkan kaum Muslim tentang siapa sebenarnya yang ingin disembelih oleh Nabi Ibrahim. Ismail ataukah Ishak.
Bibel menegaskan bila Ishak yang nyaris disembelih. Sementara umat Islam haqqul yakin jika Ismail. Jejak sejarah akhirnya yang mesti ditelusuri sebagai pedoman. Di masa itu, Nabi Ibrahim selama bertahun-tahun tak mampu membuahi perut Sarah, istrinya. Ia lalu mengawini Hajar yang berkulit hitam manis. Dari rahim Hajar, lahir Ismail pada tarikh 1911 sebelum Masehi. Ketika Ismail yang berusia 16 tahun hendak disembelih, maka, Ishak baru berusia dua tahun. Ishak lahir di tarikh 1897 sebelum Masehi, setahun setelah Ibrahim diangkat menjadi nabi.
Ulil mencibir pula bahwa jenggot tidak wajib diikuti lantaran cuma budaya Arab. Di masa hidupnya, Rasulullah memang punya jenggot lebat nan indah. Dari aneka teks klasik, tak ada satu aksara pun yang menjelaskan kalau ada sahabat yang pernah mempertanyakan mengapa Nabi Muhammad berjenggot.
Di milenium ketiga ini, tiba-tiba sekeping informasi otentik berhembus dari negeri Paman Sam. Isi beritanya perihal sebuah penelitian yang memaparkan bila orang berjenggot lebih panjang usianya. Bahkan, orang berjenggot sulit kena penyakit kanker.
Ulil berpendapat bahwa kekuasaan politik serta koloni agama wajib dipisah. Sebab, agama adalah urusan pribadi. Pandangan tersebut tentu keliru sekaligus picik. Agama bukan semata urusan pribadi. Karena, antar-individu dalam Islam diharapkan saling mengingatkan supaya tidak terseret dalam kuasa kegelapan. Allah berfirman: “Sesungguhnya, manusia itu benar-benar merugi. Kecuali mereka beriman dan mengerjakan amal kebaikan. Kemudian saling menasehati agar taat pada kebenaran” (al-Ashr: 2-3).

Pendorong Syahwat
Tatkala orang dipusingkan oleh argumen-argumen Islam Liberal, tiba-tiba negeri ini diserbu pornografi serta pornoaksi. Tabloid cabul pun gegap-gempita dijajakan semacam Lipstik, Pop, Buah Bibir, Exotica, Top dan Exotic. Aksi-aksi erotis di atas panggung juga tidak kalah seronoknya.
Goyang ngebor Inul Daratista lantas membahana ke segala penjuru angin. Tak ada yang menyangka jika Inul diberitakan pula oleh majalah internasional Time.
Puncak pornografi ialah kabar bakal terbitnya majalah Playboy. M Ponti Carolus, direktur penerbitan PT Velvet Silver Media sekaligus publisher director Playboy Indonesia yang menginvestasikan uangnya Rp 6 milyar, berjanji kalau majalahnya adalah Playboy pertama di dunia yang tidak memuat foto-foto syur.
Penerbit Playboy boleh menggunakan perisai HAM, asas demokrasi atau kebebasan berekspresi. Masalahnya, apa sebenarnya yang diperoleh dari majalah esek-esek tersebut? Apalagi, isinya bukan sex education (pendidikan seks), melainkan pendorong nafsu birahi supaya berdiri keras serta kuat saat menumbuk-numbuk liang Miss V yang cukup dalam.
Playboy sebagai barang cetakan asusila hanya merupakan teror akhlak dari kaum liberalisme. Mereka menerbitkan lembaran-lembaran yang sarat muatan syahwat buat merusak moral bangsa Indonesia.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab. Dan celakalah umat Islam Indonesia. Sebab, tanpa sepengetahuan mereka, Barat sudah mencekoki negeri ini dengan aliran liberal serta pornografi.
Majalah Sabili (21 April 2005), pernah menggiangkan amarah bila paham liberal tiada lain wadah untuk menjual Islam demi dollar. Apalagi, Ulil sebagai koordinator Jaringan Islam Liberal, mengaku memperoleh kucuran dana Rp 1,4 miliar per tahun dari The Asian Foundation. Anggaran itu bertujuan mendorong politik sekular di Indonesia.
Sekarang, jika ada kelompok Islam yang menghajar tempat-tempat maksiat, maka, mereka langsung dituduh mengancam stabilitas negara sekaligus melanggar prinsip HAM. Sedangkan kalau Islam Liberal dicela, otomatis para penghujatnya diteriaki sebagai Islam militan. Dan kelompok ekstrem tersebut dituding tidak berbeda dengan teroris. Akibatnya, Islam terjepit. Hingga, gampang dihancurkan. Semua itu bermula dari geng liberal serta kapitalis sejati pemilik imperium porno yang mengekspor fenomena sungsang ke negara-negara nelangsa yang dibelit utang!

(Pedoman Rakyat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People