Nabi Adam di Tengah Arus Teori Evolusi
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial
Dalam al-Quran tidak disebutkan secara tegas jika Nabi Adam sebagai awwalul basyar (manusia pertama). Jejak Nabi Adam yang cucu-cicitnya sekarang hidup melebihi enam miliar jiwa dengan 2000 generasi, seolah repot dilacak. Bahkan, eksistensi Nabi Adam dalam Kalam Ilahi menimbulkan kontroversi lantaran terpercik dialog Allah dengan malaikat. Percakapan tersebut diwarnai nada tidak setuju malaikat.
Diktum protes malaikat berbunyi: “Mengapa Engkau hendak menempatkan khalifah di bumi yang justru akan membuat kerusakan sembari menumpahkan darah” (al-Baqarah: 30).
Malaikat yang menegaskan adanya pertumpahan darah di bumi memacu kegatalan nalar. Hingga, dipastikan ada sekelompok makhluk berperadaban sebelum penciptaan Adam Alaihissalam. Sebab, tidak mungkin malaikat mengetahui sifat jahat suatu makhluk kalau ia belum pernah menyaksikannya.
Wacana lalu bertambah seru saat Charles Robert Darwin menerbitkan kitab On the Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle of Life pada 1859. Pustaka itu sebenarnya tidak menandaskan bila manusia berasal dari monyet. Sebagai ilmuwan, Darwin cukup berhati-hati. Apalagi, ada mata rantai yang hilang (missing link). Tokoh naturalis Inggris tersebut tidak sekalipun menyebut evolusi dalam The Origin of Species. Darwin hanya memaparkan seleksi alam sebagai faktor perubahan biologis.
Tak dinyana, opini publik ternyata gencar meributkan jika manusia merupakan hasil evolusi binatang. Sebagian percaya kalau makhluk yang mengalami evolusi itulah yang dilihat malaikat. Nabi Adam yang dicitrakan manusia pertama ditahbiskan sebagai buah sempurna evolusi.
Kini, tesis Darwin yang banyak menjadi acuan mulai redup seiring derasnya romantika sains serta teknologi. Hukum evolusi mengalami benturan bertubi-tubi. Di Amerika Serikat, teori Darwin dinilai mengandung banyak keterangan yang tidak memiliki bukti. Perlawanan terhadap konsep evolusi di negeri Paman Sam didasari prinsip intelligent design. Postulat tersebut merangkai ide bila kerumitan dan keteraturan dunia diyakini berkat adanya peran intelligent cause alias Zat Maha-Pengatur.
Teori Darwin sukar dinalar gara-gara monyet sebagai mamalia yang tergolong famili Pongidae, punya 48 kromosom. Sementara manusia yang diistilahkan homo sapiens memiliki 46 kromosom. Hatta, mustahil monyet bisa bertransformasi menjadi manusia.
Secara biologis, manusia berbeda dengan monyet. Alhasil, menimbulkan semburan perselisihan. Di samping itu, juga bertentangan dengan spirit agama. Teori evolusi malahan menyisakan pertanyaan ekstrem. Jika insan bumi lahir dari gurat evolusi, berarti sampai hari ini perubahan tetap berlangsung. Manusia pasti terus-menerus berganti rupa.
Peradaban Jin
Di masa sekarang, menyeruak pertanyaan fenomenal. Siapakah yang dilihat oleh malaikat melakukan pertumpahan darah di muka bumi? Dalam menelusuri misteri tersebut, maka, pijakannya dibawa pada 13,7 miliar tahun yang silam. Ketika itu, Dentuman Besar (Big Bang) terjadi. Sepuluh miliar tahun pasca-Dentuman Besar, planet-planet pun bermunculan.
Nun jauh, di antara gumpalan gas serta debu antariksa, sebuah bola berpijar kemudian mengorbit matahari. Benda yang lantas dikenal sebagai bumi tersebut lalu bergasing di Tata Surya.
Bumi pada empat miliar tahun lampau, masih merah. Gunung berapi saling bersahutan seraya menyemburkan karbon dioksida dan belerang ke atmosfir. Makhluk awal yang kemudian mendiami bumi ialah ganggang biru. Mereka memakai energi surya dengan gas di atmosfir guna meramu makanan. Ganggang biru lantas memproduksi oksigen.
Syahdan, muncul mitochondrion yang memanfaatkan oksigen. Mitochondrion lalu leluasa hidup dalam sel-sel semua makhluk hidup.
Sekitar 3,4 miliar tahun dibutuhkan buat mengubah struktur geografi dunia. Bumi kemudian berangsur-angsur berpanorama indah dengan gunung, rimba, lautan, danau serta sungai yang berkelak-kelok. Fase itu dinamakan Periode Kehidupan Pertama.
600 juta tahun yang silam, bumi lantas tertata rapi dan indah. Desir ombak di laut nan luas serta sepoi bayu yang menyapa tetumbuhan, merupakan simfoni merdu kehidupan. Zaman tersebut dinamakan the land before time.
Di era itu, golongan jin akhirnya tiba di bumi. Muhammad Isa Dawud, penulis populer Mesir yang tersohor di Indonesia dengan buku “Dialog dengan Jin Muslim”, berargumentasi kalau jin pernah mendiami planet biru ini. Mereka berkuasa di dunia selama setengah juta tahun.
Pada kurun waktu kekuasaan umat jin, marak terjadi pembangkangan terhadap syariat Allah. Penipuan, perkosaan, penindasan dan pembunuhan, merupakan pemandangan sehari-hari. Mereka doyan menyelewengkan kebenaran.
Budaya hidup bangsa jin merisaukan nian. Mereka mengidap virus kronis pada eksistensinya. Logika lempang dibengkokkan, metode datar dilubangi. Mereka tak ubahnya gerombolan monster dengan hukum ala mafia. Ragam puak jin tidak berbeda gerombolan kriminal yang bertindak brutal. Tetes-tetes embun pagi yang sejuk seolah berganti leleran darah. Bumi yang merona indah akhirnya terancam oleh tirani jin yang melampaui batas toleransi. Dunia tampak lusuh tak karuan.
Allah lalu mengutus militer terminator dari jemaah malaikat. Balatentara tersebut menyerang jin dari segala penjuru. Khaos maha-mengerikan itu memaksa makhluk halus tersebut terbirit-birit mencari perlindungan.
Invasi malaikat berhasil memusnahkan kaum jin yang tidak mau tunduk pada titah Allah. Sejak itu, peradaban jin sekonyong-konyong amblas. Sedangkan segelintir jin yang selamat spontan melarikan diri ke samudera. Kelak, Iblis yang aslinya bernama Azazil membangun Kekaisaran Setan di atas laut.
Alkisah, pada abad ke-8 Masehi, Iblis bersua dengan Dajjal di Segi Tiga Bermuda. Keduanya kemudian meracik konspirasi demi menggelincirkan anak-cucu Nabi Adam. Manusia bakal dihempaskan ke lembah nista lewat ajaran sesat seperti komunisme, liberalisme, sufisme, sekularisme, kapitalisme, teologi pluralis atau Darwinisme.
Agenda Komunis
Al-Quran bukan buku statistik yang menampung aneka angka. Pusaka Ilahi tersebut sekedar pengantar bagi orang-orang berakal guna menelisik fenomena di balik ayat-ayatnya. Al-Quran tidak menegaskan Nabi Adam sebagai manusia pertama. Karena, deretan sejarah yang dibangun dengan kejujuran akan menghadirkan kebenaran bila Nabi Adam memang insan pertama.
Banyak komplotan ilmuwan maupun agamawan mendengungkan survival of the fittest dalam memahami teori evolusi. Mereka percaya bahwa yang bertahan hidup cuma yang kuat.
Pada intinya, survival of the fittest tidak berlaku dalam hukum evolusi. Sebab, sampai kini belum pernah ada kucing yang lahir dengan tanduk di kepala. Padahal, kucing sering dizalimi dengan cara ditelantarkan.
Sejak Nabi Adam diturunkan ke planet ini pada tarikh 5872 sebelum Masehi, belum sekalipun anatomi manusia bermetamorfosis. Orang-orang yang berhasil melewati masa suram tetap tidak berubah wujud. Rumpun Arab, Yunani, Skandinavia, Tiongkok, Aborigin, Bugis, Eskimo atau Indian, tidak jua bisa bertransformasi menjadi individu sakti semacam Hulk, Fantastic Four, Spider-Man maupun Batman. Sejarah belum pernah mencatat ada orang yang bersalin rupa menjadi superhero dengan flight-pack (perangkat terbang) di punggungnya.
Sesungguhnya, kadar insan tidak ditentukan oleh fisik dalam mengarungi kehidupan. Potensi yang paling utama yakni visi mengenai kehidupan. Tubuh Nabi Adam yang berasal dari Surga tidak dilengkapi sayap serta sirip. Ia hanya punya creative mind sebagai identitas kompetitif dalam mengelola tantangan alam.
Dasar ilmiah teori evolusi yang masih mentah sering menyentak sanubari. Karena, penyebarannya sangat kencang ke seluruh pelosok negeri. Publikasi global itu kiranya erat-terkait dengan campur tangan komunis yang berpaham atheis. Antek-antek komunis memanfaatkan isu tersebut buat menghilangkan Tuhan. Ihwal itu diakui oleh Georgi Valentinovich Plekhanov. Sebab, agama samawi mendeklarasikan jika Allah yang menciptakan manusia. Sementara desain evolusi menafikan Tuhan dalam aneka penciptaan. Padahal, tak ada landasan ilmiah kalau kehidupan kuno yang sederhana pada periode bahari merupakan cikal-bakal makhluk hidup modern yang begitu kompleks.
Bila ada orang mengimani teori evolusi, berarti ia minus harga diri. Karena, tidak malu berasal dari monyet. Islam dengan kemuliaannya memaklumatkan jika segenap penduduk dunia merupakan titisan Nabi Adam, manusia pertama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar