Kamis, 30 Juni 2011

Tuntutlah Ilmu Ekonomi Sampai ke China

Tuntutlah Ilmu Ekonomi Sampai ke China

Oleh Abdul Haris Booegies

     China? There lies a sleeping giant.  Let him sleep, for when he wakes he will move the world.
         Napoleon Bonaparte

     China adalah fenomena keajaiban.  Saat ini, tiada hari tanpa menyebut nama China.  Bahasa Mandarin, malahan telah  menjadi alat komunikasi baru yang menarik minat banyak orang.  China sungguh ibarat raksasa yang menyimpan ragam kehebatan.                                     
     Tembok China yang memanjang angkuh ratusan tahun, merupakan bukti konkret kesaktian negeri Tiongkok.  China bukan sekedar pengekspor kungfu dari biara shaolin.  Sebab, sejak 5000 tahun, kawasan luas itu sudah menjadi pusat inovasi teknologi.  China memperkenalkan kertas, kompas serta serbuk mesiu yang sekarang akrab dalam kehidupan.  Andai Ts’ai Lun yang hidup pada tarikh 105 Masehi tak menemukan kertas, niscaya orang sulit membaca koran.  Karena, boleh jadi surat kabar terbuat dari kulit lembu yang tebal dan kasar.  China termaktub pula sebagai pengguna pertama uang kertas.
     Inovasi agresif China yang positif, layak menjadi basis bagi siapa saja.  Apalagi, China berupaya sekuat tenaga guna memanifestasikan diri sebagai pemain internasional yang tangkas serta tangguh.
     Selama empat hari (27-30 Juli 2005), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun merasa perlu melawat ke Tiongkok.  Muhibah tersebut dipandang sebagai kunjungan menimba ilmu sekaligus menambah sahabat.
     Pada kurun ini, China merupakan negara paling spektakuler dalam soal ekonomi.  Kekompakan dan kestabilan rakyat China membuat negara lain merasa segan.  Apalagi, pemerintah sanggup mengendalikan perputaran gesit ekonomi sesuai skenario.  Sejak 1978, ekonomi China berkembang empat kali lipat.  Volume ekonomi China terus terjaga dalam kisaran di atas sembilan persen per tahun. Hingga, ekonomi China melewati batas satu triliun dolar AS.
     Pada 2004, pertumbuhan ekonomi China mencapai 9,5 persen.  Sedangkan surplus perdangangan China dengan AS serta Uni Eropa mencapai 100 miliar dollar AS.  Alhasil, China kelabakan menyalurkan surplus (glut of capital) itu dalam bentuk investasi ke luar negeri.  Sementara investasi  langsung asing (foreign direct investment) di China selama sembilan bulan pertama 2005, mencapai 43,25 miliar dollar AS. 
     Kesaktian ekonomi China tercermin dari tingkat kebutuhannya terhadap minyak.  China membutuhkan bahan bakar minyak sebanyak tujuh juta sampai delapan juta barel per hari.
     Pertumbuhan ekonomi China akhirnya menpengaruhi harga minyak dunia.  Negeri tersebut lewat perusahaan migas PetroChina Co Ltd dan CNOOC (China National Offshore Oil Corporation), lantas berekspansi mencari sumber minyak di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Sendi Kemandirian Bangsa

     Ekonomi China menggeliat bagai naga mabuk pada awal 90-an.  Kala itu, Beijing mereformasi pola pengelolaan ekonomi dari sistem komunis ke struktur pasar sosial.
     Kemajauan ekonomi China bermula setelah peristiwa berdarah Tiananmen pada 3-4 Juni 1989.  Andai gerakan mahasiswa yang dipimpin Wuer Kaixi, Shen Tong serta Fang Lizhi berhasil menyingkirkan pemerintahan komunis, niscaya ekonomi China tidak sepesat seperti saat ini.  Sebab, tumbangnya rezim komunis oleh para “pembangkang kontra revolusi”, bakal melemahkan sendi kemandirian bangsa.  Bahkan, melenyapkan Empat Prinsip Utama (sizhi jiben yuance) yang meliputi jalan sosialis, kepemimpinan demokratik rakyat, kepemimpinan Partai Komunis China (PKC) maupun Marxisme-Leninisme-Mao Zedong.  Negara yang bersangkutan pun akan terpecah-belah.  Hingga, AS pasti datang dengan tangan terbuka lebar sekali guna membantu negara pecahan tersebut.
     Pada 11-19 Oktober 1992, berlangsung Kongres ke-14 PKC di Beijing yang dihadiri 1989 orang delegasi.  Saat itu, Sekjen PKC Jiang Zemin menekankan pembangunan ekonomi.  Ia memaparkan bahwa untuk mencapai superioritas atas negara kapitalis, maka, negara sosialis semacam China tak boleh ragu mengadopsi sistem dari luar.  Apalagi, perkembangan ekonomi China dalam program reformasi (gaige) dan keterbukaan (kaifang) yang dirumuskan Deng Xiaoping pada 13 Desember 1978, kian bergelora.
     Selama 20 tahun terakhir, nilai perdagangan China akhirnya meningkat dari 38 miliar dollar AS pada 1980 menjadi 850 miliar dollar AS pada 2003.
     Pada hakikatnya, penduduk China yang mencapai 1,3 miliar jiwa merupakan modal besar.  Karena, menjadi tenaga kerja murah bagi investor.  Selain itu, China memberi para investor beberapa insentif.  Contohnya, preferensi dalam penggunaan listrik, air, transportasi serta komunikasi.  Bahkan, penggunaan tanah selama 90 tahun.
     Pesatnya pertumbuhan ekonomi China, menghadirkan banyak peluang bisnis bagi Indonesia.  Pada 2004, nilai perdagangan Indonesia dengan China mencapai 13,5 miliar dollar AS.  Selama lima tahun ke depan, nilai tersebut diprediksi menjadi 37,8 miliar dollar AS.
    

Pusat Baru Ekonomi

    Muhibah Presiden SBY ke Tiongkok beberapa bulan silam, punya arti penting dan dampak besar.  Apalagi, kedua pemerintahan sepakat mendorong perdagangan, investasi serta turisme.
     Kini China mengucurkan pinjaman kepada Indonesia sebesar 100 juta dolar AS sekaligus hibah 30 juta renminbi.
     Napoleon Bonaparte benar bahwa China merupakan raksasa yang terlelap.  “Biarkan ia tidur.  Sebab, jika terbangun, ia bakal mengubah dunia”.
     Sekarang, China sudah bangun dengan memberi warna pada perekonomian dunia.  Akibatnya, AS bersama sekutunya ketar-ketir.  Karena, ekonomi China menggurita ke mana-mana. 
     Pergerakan ekonomi China yang terus menggeliat itu, memaksa AS dan Uni Eropa memutar otak mencari jurus jitu.  Apalagi, mereka kewalahan menghadapi masalah tekstil serta produk tekstil (TPT) China.
     Di masa yang bersamaan, AS justru mengalami defisit perdagangan dengan China yang mencapai 162 miliar dollar AS pada 2004.  Defisit itu terjadi gara-gara masuknya pengiriman produk Hongkong lewat China. 
     Kongres AS akhirnya menekan Beijing sepanjang tahun ini.  Sebab, kebijakan mata uang China mengakibatkan defisit dagang AS membumbung tinggi.  Bahkan, memaksa hilangnya lapangan kerja manufaktur di negeri Paman Sam.
     AS kemudian memaksa China mengambangkan yuan.  Pada 21 Juli 2005, Peoples Bank of  China (Bank Sentral China) akhirnya mengoreksi renminbi menjadi 8,11 yuan per dollar AS.  Sebelumnya, mata uang China mencapai 8,2765 per dollar AS.  Revaluasi yuan, juga berarti adanya hasrat China meliberalisasi nilai mata uangnya.                                                                                               
     Kini, China tinggal menunggu hitungan waktu buat menjadi pusat baru ekonomi dunia.  Apalagi, naluri dagang serta semangat (gung ho) rakyat China yang selalu get things done. 
     Lawatan ke China dijuluki Presiden SBY sebagai kunjungan belajar sekaligus menambah teman.  Ihwal tersebut senada dengan petuah: “Tuntutlah pengetahuan sampai ke negeri Tiongkok”.


(Pedoman Rakyat, Rabu, 21 Desember 2005)

Ekonomi Indonesia Pasca KTT AA 2005

Ekonomi Indonesia Pasca KTT AA 2005

Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Ekonomi
     Sudah 50 tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KTT AA) yang digelar pada 18-24 April 1955, berlalu.  “Dasasila Bandung” yang disepakati 29 negara peserta konferensi, justru melempem.                                                                                         
     Komitmen yang dibuat 50 tahun silam oleh pendahulu bangsa, tak merekat kokoh.  Kerja sama antarnegara di dua benua yang dihuni sekitar 4,6 miliar jiwa atau 73 persen dari jumlah penduduk dunia, macet tak berbekas.
     “Tidak dapat disangkal bahwa semangat Asia Afrika selama lima puluh tahun telah mengalami erosi” (“Tajuk” Harian Fajar, 26 April 2005).
     Negara-negara di kawasan itu gagal membangun sosio-ekonomi serta budaya.  Padahal, “Dasasila Bandung” yang lahir dari Konferensi Asia Afrika 1955, berhasil mendorong puluhan bangsa terbebas dari kolonialisme.  Alhasil, lahir 155 negara. 
     Di era globalisasi neo-liberalisme ini, “Dasasila Bandung” diperlukan guna membentuk tatanan dunia.  Sebab, dalam komitmen tersebut, termaktub penekanan aspek saling menghargai persamaan hak maupun derajat.  Kemudian penyelesaian sengketa secara damai, non-intervensi, menjunjung tinggi keadilan sekaligus kewajiban internasional.  Selain itu, digarisbawahi pula soal peningkatan kepentingan dan kerja sama.                                                                            
     “Dasasila Bandung” merupakan ajang memupuk solidaritas di antara sesama negara Asia afrika yang sebagian besar termasuk marjinal.  “Dasasila Bandung” juga bisa menjadi crackdown (serangan keras) dalam menghadapi modal negara asing.  Hingga, warga Asia Afrika berkesempatan merasakan kebebasan bergerak, kemandirian berekspresi serta kemerdekaan menentukan nasib sendiri.
     Dalam konteks tantangan global, maka, komitmen Asia Afrika adalah alat yang valid sekaligus instrumen efektif.  Apalagi, problem besar yang dihadapi yakni kelaparan, kebodohan, wabah penyakit, rasa takut dan pembangunan.
     Saat ini, negara Asia yang sukses hanya Jepang bersama China.  Jepang dengan spirit samurai sanggup sejajar dengan Amerika Serikat (AS) serta negara-negara Eropa.
     Sementara China tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang melejit bak meteor.  Tetesan rezeki dalam pergerakan ekonomi China selama triwulan pertama 2005, mencapai 9,5 persen.  Bahkan, China menargetkan menjadi negara stabil dan makmur dengan tingkat pendapatan per kapita sekitar 3.000 dollar AS pada tahun 2020.
     Fenomena yang menakjubkan tersebut, lahir berkat kebijakan dasar negeri Tirai Bambu.  China berpegang pada prinsip keterbukaan dengan berpartisipasi aktif dalam perekonomian dunia.  Alhasil, peningkatan ekonomi China yang pesat membuat AS serta Uni Eropa mendapat pesaing tangguh.
     China dan Jepang malahan menjadi mitra perdagangan terbesar.  Pada 2004, nilai perdagangan kedua negara mencapai 167 miliar dollar AS.  Jepang menginvestasikan lebih dari 20.000 proyek di China dengan nilai lebih 32 miliar dollar AS.
     Di ASEAN, volume perdagangan Tiongkok diperkirakan mencapai 200 miliar dollar AS sebelum tahun 2010.  Khusus di Indonesia, hubungan dagang serta investasi dengan The Great China ditargetkan 20 miliar dollar AS dalam tiga tahun.

Kekayaan Maritim

     Jepang dan China sukses meraup laba dalam perekonomian dunia.  Sedangkan Indonesia justru terpuruk dalam nestapa tak berujung.  Karena, perekonomian Indonesia menghadapi banyak permasalahan struktural.
     Selama enam dasawarsa, negeri ini cuma berkutat dengan kemiskinan serta pinjaman luar negeri.  Uluran tangan dari sumber-sumber finansial tak pernah berhenti.  Republik dengan penduduk sekitar 220 juta jiwa ini, doyan mengemis tanpa rasa malu.  Hingga, utang Indonesia menggelegak-membuih mencapai 144,5 miliar dolar AS.
     Pada esensinya, bantuan utang yang berbentuk proyek, hanya dinikmati oleh kalangan elite pejabat.  Bantuan riil yang diterima rakyat cuma sebagian kecil.  Di samping harus rela menerima tetesan subsidi yang telah disunat kanan-kiri, juga rakyat dibebani pajak.  Gejala itu akhirnya membuat kehidupan masyarakat makin berat.  Akibatnya, penduduk miskin Indonesia mencapai 110 juta orang atau 49,5 persen, jika standar garis kemiskinan Bank Dunia (dua dollar AS per hari), dijadikan tolok ukur.
     Kemiskinan yang melanda Indonesia erat terkait dengan mutu kelembagaan ekonomi.  Struktur tersebut kian mengenaskan lantaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sudah tertatih-tatih memotivasi pertumbuhan ekonomi.  Sementara pergerakan sektor swasta belum maksimal.
     Pada 2006, pembayaran utang Indonesia baik pokok maupun bunga akan jatuh tempo.  Pembayaran itu mencapai 61,3 triliun rupiah.  Dengan membayar kewajiban tersebut, berarti beban belanja negara meningkat menjadi 463,3 triliun rupiah di tahun 2006. 
     Persoalan utama ekonomi Indonesia adalah tingginya inflasi serta lemahnya struktur keuangan perusahaan.  Inflasi mencapai sembilan persen.  Fenomena berupa inflasi yang tinggi itu terjadi akibat rendahnya produktivitas.  Hal tersebut diperparah lagi oleh pungutan liar yang merajalela bak kawanan hama.  Sedangkan suku bunga pinjaman mencapai 12 persen.
     Secara geografis, Indonesia bukan negara melarat.  Sebab, letaknya strategis di persimpangan jalur lalu lintas internasional.  Lantas tercatat pula sebagai satu-satunya negara kepulauan terbesar di dunia.
     Lautnya melimpah dengan ikan.  Nilai ekonomi total dari produk perikanan dan produk bioteknologi perairan Indonesia ditaksir mencapai 82 miliar dollar AS per tahun.  Kekayaan maritim yang menggiurkan itu, ternyata tidak dinikmati rakyat Indonesia.  Karena, banyak nelayan dari negara sekitar Nusantara leluasa mencuri ikan di wilayah Indonesia.  Akibatnya, kerugian negara mencapai empat miliar dollar AS sebelum terbentuknya Dewan Maritim Indonesia maupun Departemen Kelautan dan Perikanan pada akhir 1999.
     Gejala tersebut memperlihatkan kalau Indonesia betul-betul negeri para maling.  Sebab, di republik ini bercokol pelbagai kegiatan ekonomi haram.  Misalnya, penyelundupan BBM, pelelangan gula ilegal, illegal logging serta illegal fishing.

Kesejahteraan Global

     “Dasasila Bandung” yang kembali bergiang di tahun ini, merupakan tonggak penting, terutama bagi Indonesia.  KTT AA 2005 adalah wahana dalam meracik kemitraan strategis.  Hingga, berpeluang meningkatkan kesejahteraan rakyat, merancang perdamaian sekaligus mempererat hubungan antarbangsa.  Apalagi, sebanyak 108 negara dan 26 organisasi internasional menghadiri konferensi yang berlangsung pada 22-23 April 2005. 
     Ihwal krusial berupa tujuan normatif yang teridentifikasi pada KTT AA 2005 ialah kerja sama di bidang ekonomi.  Apalagi, total GDP negara-negara Asia Afrika berkisar 9,3 triliun dollar AS.
     Kini, bangsa Indonesia telah lelah hidup dalam keseharian yang kecut.  Perjuangan bagi martabat manusia layak dikedepankan.  Tata pemerintahan yang baik (good governance) mutlak digapai.  Karena, dengan pemerintahan yang bersih, niscaya ekonomi bakal terlecut.  Sejak 1998, kusam-masai permasalahan ekonomi tak pernah tuntas.  Pemerintah silih berganti mengutak-atik program, namun, nasib rakyat tak jua membaik.
     Jepang pernah kolaps gara-gara bom di Hiroshima serta Nagasaki.  China pun sempat terkapar oleh ideologi isolasi.  Kedua raksasa Asia itu kemudian berubah total dalam hitungan tahun.  Jepang bersama China akhirnya melaju kencang di bidang ekonomi sesudah menata kebijakan-kebijakannya.
     Indonesia pantas berharap banyak dari “Dasasila Bandung” guna menata ekonomi yang morat-marit.  Sebagai tuan rumah Konferensi Asia Afrika, Indonesia mesti dinamis, pragmatis dan visioner dalam menggagas ekonomi.  Apalagi, kondisi perekonomian secara global tumbuh 3,8 persen pada 2004
     Momentum tersebut merupakan ajang dalam membangun nilai rupiah yang tak putus jatuh bangun.  Sebab, kurs rupiah yang melemah selama ini, telah menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Alhasil, memangkas pendapatan secara riil.                                                                                                                     
     Pada awal 2005, investor dari dalam serta luar negeri terkesan optimistis terhadap Indonesia.  Karena, aktivitas ekonomi mengalami peningkatan yang cukup signifikan.  Bahkan, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,5 persen.  Sementara inflasi hanya tujuh persen.    
     Sebagai negara yang berada di persimpangan jalur lalu lintas internasional, maka, Asia Afrika jelas menghendaki lahirnya Indonesia Baru.  Suatu perwujudan negara yang punya dinamika ekonomi kuat demi merebut kemakmuran hakiki.

Cetak Biru Ekonomi Funky Indonesia

Cetak Biru Ekonomi Funky Indonesia

Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada 2006 yang sejenak lagi tiba dari dimensi waktu, Indonesia harus membayar utang sebesar Rp 91,6 triliun.  Ironisnya, kas keuangan negeri ini justru cekak total.
     Kekayaan bersih (ekuitas) pemerintah terpampang negatif sebesar Rp 497,2 triliun per 31 Desember 2004.  Ketiadaan duit kas negara itu gara-gara utang yang dibayar sangat besar.  Utang keseluruhan mencapai Rp 1.349 triliun.  Sementara aset cuma Rp 851,9 triliun.
     Banyak pihak lantas berteriak-teriak supaya pemerintah menghentikan penambahan utang.  Selain tidak efektif, juga kekayaan negeri ini sesungguhnya teramat besar.  Penambahan utang baru, malahan selalu salah sasaran.  Sebab, digerogoti banyak tikus berdasi yang lincah-gemulai berkelit menghindari hukum.
     Tanpa utang pun, negeri ini bisa lebih digdaya dibandingkan China, Jepang, Korea Selatan atau Taiwan.  Hal itu berkat kekayaan alam Nusantara yang besar.  Hingga, tak aneh jika gas alam Indonesia menyemarakkan kota-kota di Jepang, Korsel serta Amerika Utara.  Bahkan, di China, batu bara Nusantara menggerakkan pembangkit-pembangkit listrik.
     “Negeri ini dikaruniai berbagai jenis sumber energi fosil (minyak mentah, gas, dan batu bara) maupun nonfosil (panas bumi, tenaga air, tenaga surya).  Sumber daya minyak bumi 86,9 miliar barel, gas 384,7 triliun kaki kubik, batu bara 57 miliar ton” (Kompas, 14 Desember 2005).
     Kalau kekayaan alam tersebut dikekola baik, niscaya Indonesia sanggup berdiri tegak di antara negara-negara maju.  Negeri ini tak bakal dipandang sebelah mata lagi sebagai negara dunia ketiga yang terbelakang (less-developed countries).
     Dengan dukungan pemanfaatan sumber daya energi yang melimpah, otomatis Indonesia mampu mewujudkan diri sebagai ranah bertabur triliunan rupiah.  Walau dikaruniai kekayaan alam, tetapi, Indonesia tetap terkapar tanpa daya.  Dari hari ke hari, malahan kian  buntung dengan stamina yang loyo.
     Angka pertumbuhan produk domestik bruto per kapita yang dihitung berdasarkan purchase power parity, tak sanggup melampaui negara-negara Asia dari ras kuning.  Periode 1978-2004, China menorehkan angka sebesar 370 persen dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 6,1 persen.  Jepang pada periode 1950-1973, membubuhkan pertumbuhan 460 persen dengan rata-rata tiap tahun 8,2 persen.  Taiwan pada periode 1958-1987, menggoreskan pertumbuhan 600 persen dengan rata-rata 7,1 persen.  Sedangkan Korsel mencatat pertumbuhan ekonomi yang impresif.  Pada periode 1962-1990, Negeri Ginseng itu tercatat mengantongi angka sebesar 680 persen dengan rata-rata 7,6 persen per tahun.

Iklim yang Payah

     Macetnya perekonomian Indonesia lantaran birokrasi yang tidak business friendly.  Akibatnya, investor tak sudi menengok pasar Indonesia.  Di samping itu, korupsi merajalela dari Sabang sampai Merauke.
     Menjelang tahun 2006, tantangan ekonomi Indonesia makin seronok.  Dari sisi eksternal, rintangan datang berupa lemahnya pertumbuhan ekonomi global.  Lalu terjadi peningkatan suku bunga internasional.  Kemudian fluktuasi harga minyak mentah dunia.
     Sementara tantangan internal berupa kurangnya pembenahan sektor riil semacam usaha kecil menengah (UKM).  Lantas inflasi serta suku bunga yang tidak kondusif.  Fase tersebut terjadi lantaran terpicu oleh peningkatan suku bunga pasar uang di Amerika Serikat. 
     Hambatan lainnya ialah kemiskinan yang tiada henti meningkat.  Lalu pengangguran yang terus-menerus membengkak parah.  Kemudian daya beli masyarakat yang lemah.  Lantas investasi yang masih menanti ke mana arah angin bertiup alias wait and see.  Selain itu, Indonesia pun tetap lembek tanpa daya saing di pasar global.
     Ketidakmampuan dalam berkompetisi tersebut, diperkuat laporan “Doing Business in 2006: Creating Jobs” yang dilansir World Bank dan International Finance Corporation.  Risalah yang dikeluarkan pada September 2005 itu, mengukuhkan Indonesia berada pada rangking 115 dari 155 negara yang diteliti.  Survei tersebut membuktikan bila iklim berbisnis di Indonesia payah total.
     Kendati ekonomi semrawut, namun, rasa optimistis tetap digaungkan dalam menyambut tahun depan.  “Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2006 akan tumbuh dalam kisaran 5-5,7 persen.  Inflasi tahunan masih 18 persen pada kuartal pertama 2006.  Sementara kredit perbankan akan tumbuh 15-20 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan 2005” (Republika, 16 Desember 2005). 
     Pelaku industri asing tak berinvestasi di Indonesia akibat minimnya kepastian hukum.  Lalu beban pajak yang berat.  Kemudian soal kepabeanan yang tidak transparan.  Lantas problem perburuhan yang acap muncul.  Di samping itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tidak kompetitif.
     Tanpa investor mancanegara, berarti mesin industri tak menderu-deru secara bertalu-talu di Tanah Air.  Padahal, industri menjadi roh bagi roda pertumbuhan ekonomi.
     Jika sebuah industri berdiri di suatu kawasan, maka, warga di sekitarnya bakal ikut menikmati hasil mesin proyek yang berderak kencang.  Karena, industri menyerap tenaga kerja.  Fenomena tersebut bermakna mengurangi armada pengangguran.  Tingkat kemiskinan pun terkikis.  Sebab, industri memberi banyak pilihan kerja selama produksi berlangsung.

Cepat Sekaligus Meriah

     Ekonomi Indonesia mesti bergerak cepat menangkap peluang.  Apalagi, dewasa ini penduduk dunia terjangkit virus remote control.  Pola itu tergambar ketika orang sedang menonton acara televisi.  Kalau program yang disiarkan tidak menarik, otomatis dalam hitungan detik tontonan sudah berganti.  Karena, pemirsa leluasa memencet remote control untuk mencari siaran yang memukau, merangsang dan memberi secuil gairah hidup.
     Bila ekonomi tak tampil menarik dengan kebijakan yang business friendly, niscaya investor mengalihkan dananya ke negara lain.  Ihwal tersebut mirip dengan cerita sekilas remote control yang sanggup mengabaikan acara-acara tertentu.
     Sekarang, yang harus disiapkan sebagai cetak biru (blue print) ekonomi Indonesia pada 2006, yakni penampilan funky (riang-ceria).  Di akhir tarikh ini, roda perekonomian seyogyanya berdandan ala Cable News Network (CNN) dan Music Television (MTV).  CNN mewakili kecepatan.  Sedangkan MTV mengusung kemeriahan.
     Cetak biru ekonomi funky ala CNN dan MTV yakni mendikte pasar dengan keunggulan nyata.  Skema itu tentu secara realita akan memuaskan pribadi, imperium bisnis serta negara.  Sebab, ekonomi funky merumuskan pengembangan infrastruktur sebagai magnet bagi modal asing.  Komposisi tersebut bakal melahirkan agenda yang menstimulasi pertumbuhan ekonomi secara besar-besaran.  Apalagi, jika diisi visi yang berorientasi ekspor (export-led industrialization strategy).
     Tanpa mendandani diri dengan ekonomi funky, berarti kinerja ekonomi terus-menerus buruk pada 2006.  Karena, momok seperti meningkatnya secara drastis harga minyak dunia, kenaikan suku bunga dan batalnya modal asing masuk, tetap bergentayangan sebagai resiko yang bagai bom jihad kelompok radikal.
     Kalau ekonomi tahun depan macet, maka, ke mana negeri ini mencari fulus guna membayar utang?  Bagaimana melunasi beban utang sebesar Rp 91,6 trilun?
     Tanpa merealisasikan ekonomi funky di era neo-liberalisme global, niscaya Indonesia tetap berkubang dalam inflasi yang kronis sekaligus neraca transaksi berjalan yang terus-menerus defisit.  Sebab, mekanisme yang dominan adalah sistem primitif.  Bukan ekonomi funky!


(Pedoman Rakyat, Kamis, 29 Desember 2005)

Kala Koruptor Masuk Surga

Kala Koruptor Masuk Surga
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial
     Ada perasaan putus asa menatap Indonesia.  Negara dengan wilayah yang sangat luas ini, rasanya tetap sama dengan masa di tahun 60-an.  Kemiskinan merajalela tidak terbendung.  Sementara bahan kebutuhan pokok membumbung tinggi tak terjangkau.
     Kalau 40 tahun silam, republik ini sibuk mengganyang Partai Komunis Indonesia (PKI), sekarang Indonesia terhuyung-huyung melabrak koruptor.  Holocoust (pembasmian) terhadap antek-antek PKI memakan jutaan jiwa nyawa.  Pulau Buru malahan nyaris tenggelam gara-gara sisa-sisa kaum tanpa tuhan tersebut diasingkan ke sana.
     Saat ini, Indonesia menabuh genderang perang terhadap populasi aktivitas korupsi.  Sarang penyamun ini telah menjadi negeri kleptokratik yang mengerikan sekali.  Sepak terjang koruptor tidak sekedar menggerogoti nadi perekonomian.  Sebab, selain merusak bisnis global, korupsi juga menjadi lawan tangguh bagi demokrasi.  
     Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika berada di Selandia Baru berkomentar: “Saya sudah punya datanya”.  Sepekan kemudian, pada 13 April 2005, Presiden di Istana Negara mengemukakan bahwa: “Tahun 2005 ini merupakan tahun penataan birokrasi dan tahun pembersihan”.
     “Dalam waktu dekat kita akan keluarkan instruksi baru.  Inpres No. 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi itu masih generik.  Instruksi yang akan datang lebih tajam”, tambahnya.
     Presiden terkesan risau lantaran koruptor makin jadi-jadi.  Ibarat pepatah, tua-tua keladi, kian tua makin bersantan.  Presiden lantas mencontohkan bahwa orang yang terlibat dalam kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), ternyata tengah membuka bisnis di negara tempatnya bersembunyi.  Mereka berbisnis dengan modal uang rakyat Indonesia yang diselewengkan.
     Kendati Presiden bertekad bulat melibas penyelewengan di departemen, termasuk di TNI serta Polri, tetapi, penyelesaiannya jelas masih sangat panjang.  Apalagi, modus operandi koruptor kian canggih.  Penggelapan duit yang dilakukan sangat halus.  Karena, mereka memiliki teknik dan seni tinggi untuk menggasak uang rakyat sampai triliunan rupiah.  Alhasil, di mana-mana orang mempraktikkan tata cara korupsi yang elegan di segala medan.
     Di tiap sisi Indonesia, bergentayangan orang melakukan korupsi.  Praktik pencurian telah melembaga di dalam pelbagai korps.  Korupsi terdistribusi vertikal di antara jaringan sesama instansi.                             
     Gubernur, wali kota, bupati bersama anggota DPRD beramai-ramai terlibat aksi korupsi.  Sedangkan rumus korupsi tingkat tinggi adalah kolusi antara bisnis dengan lembaga pemerintah.  Fenomena itu membuat swasta enteng membobol Bank BNI, Bank Global, BRI, BHS serta BDNI.  Dalam mengurus SIM dan KTP pun, selalu tergiang bertalu-talu uang pelicin, uang lelah, uang rokok atau uang siluman.

Aksi Nihil

     Lembaga-lembaga dunia yang menilai indeks korupsi suatu negara selalu menempatkan Indonesia di urutan teratas.  Umpamanya, International Country Risk Guide (ICRG), Transparency International (TI), World Bank (WB), International Management Development (IMD) serta World Economic Forum (WEF).
     Korupsi sangat susah diberantas di bumi Pertiwi.  Apalagi, korupsi di kampung maling ini selalu diikuti aksi berikut.  Koruptor yang diadili, misalnya, bakal mencoleng lagi dana negara untuk membayar jasa pengacara.  Korupsi baru tersebut memperlihatkan adanya lingkaran setan yang tak kunjung usai.  Hingga, virus maut itu cuma memelaratkan keadaan bangsa.
     Selama ini, orang mafhum jika megakorupsi melibatkan sindikasi dari kawanan raksasa yang sudah kenyang menikmati kekayaan negara selama bertahun-tahun.  Mereka merupakan koruptor licik yang didukung kekuasaan politik-ekonomi berlapis-lapis.  Akibatnya, mereka tidak bisa dijangkau hukum (untouchable by law).
     Pada hakikatnya, pemberantasan korupsi masih sekedar wacana.  Ihwal tersebut mengingatkan pada Orde Baru sebagai biang segenap aksi korupsi.  Kala itu, pejabat yang diberi laporan soal ketimpangan, selalu berkilah semanis madu: “akan ditampung”.  Padahal, pejabat Orde Baru tidak menampung, namun, membuangnya ke keranjang sampah. 
     Di masa itu, keteladanan moral dalam praktik kekuasaan negara betul-betul hilang.  Sebab, terjadi kebangkrutan akhlak para pejabat publik dalam mengelola negara.  Korupsi tidak hanya dikerjakan secara personal, tetapi, dengan cara kolektif.  Mereka berpartisipasi secara sukarela mengikis harta negara.  Alhasil, korupsi menjadi sistematik.  Karena, mewabah di tiap benak masyarakat.   
     Kini, perlawanan terhadap korupsi yang didengungkan terasa memekakkan telinga.  Aksi nyata masih nihil.  Gejala tersebut ibarat NATO (no action talk only) alias bicara terus tanpa ada aksi.  Padahal, korupsi yang menggurita takkan hilang dengan retorika.
    

Penjara di Daerah Rawan

     Dalam menggempur korupsi, maka, masyarakat bersama aparat maupun institusi terkait mutlak menyalakan nyali.  Sebab, dibalik koruptor tersembunyi kekuatan (syaukah) mematikan.  Mereka punya massa liar dengan tingkat kemarahan (al-ghodhab) tinggi yang siap menebar teror.  Apalagi, perangkat hukum Indonesia masih lemah.  Padahal, republik ini adalah negara hukum sebagaimana tercantum dalam konstitusi.                                                                                              
     Orang bilang, tak ada keadilan di Indonesia kecuali pengadilan.  Akibatnya, koruptor gampang melenggang lolos melarikan diri ke luar negeri setelah puas mencuri uang dari laci negara.
     Di China, hidup koruptor tidak tenteram.  Karena, mereka dikejar-kejar oleh pemerintah.  Begitu tertangkap, gerombolan perampok elite itu langsung dihadapkan dengan hukuman fisik mematikan.  Di negeri Tirai Bambu tersebut, sekitar sepuluh koruptor dieksekusi mati tiap hari.  Di Vietnam pun koruptor dihukum mati sebagai bentuk keseriusan membasmi korupsi.  Hingga, birokrasi di kedua negara itu lebih normal.  Dampak positif yang dirasakan China bersama Vietnam adalah laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
     Rumus mematikan yang diterapkan oleh China dan Vietnam layak diadopsi Indonesia.  Pada 16 Maret 2005, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terhormat, sukses besar meniru adu premanisme parlemen Taiwan serta Jepang.  Jadi, apa salahnya menengok China dan Vietnam sebagai referensi positif.  Sebab, tanpa hukuman berat, berarti wabah korupsi bakal makin parah.  Apalagi, sudah menjadi kewajaran dalam aktivitas sehari-hari.  Efek negatif yang ditinggalkan para koruptor yakni timbulnya ekonomi biaya tinggi.
     Di samping hukuman fisik seperti di China serta Vietnam, maka, koruptor sebaiknya dipertaruhkan pula di daerah rawan bencana.  Koran Media Indonesia (10 April 2005) memuat sebuah e-mail yang menghendaki agar dibangun penjara khusus buat koruptor.  Penjara tersebut mesti dibangun di daerah yang berpotensi dilanda gempa dan tsunami.
     Bila terjadi gempa atau tsunami, otomatis para koruptor mati menggelepar tergencet reruntuhan bangunan penjara.  Kalau ada koruptor selamat, berarti harus segera dicarikan daerah rawan bencana yang lain.  Alhasil, koruptor itu bisa mati secepatnya tanpa sempat diselamatkan oleh setan!

Dari Buaya Jadi Buya

     Menggarong duit negara di Indonesia dianggap elok.  Karena, selain pengadilan bisa alot, juga hukuman cuma berbentuk kurungan jasmani di penjara.  Para koruptor tidak pernah dieksekusi seperti ditembak mati atau digantung sampai lidahnya keluar menjulur menjijikkan.
     Saat masa pengadilan tengah berlangsung, koruptor berkesempatan merenungkan hari-hari sesatnya.  Lalu mendekatkan diri kepada Sang Khalik.  Ia akhirnya menapak jalan spiritual dengan memoles diri serta lingkungannya dengan balutan nilai-nilai agamis.                                                              
     Uang hasil korupsinya telah ludes 50 persen.  Sisanya dipakai untuk membayar jasa pengacara sebesar 40 persen.  Honor pengacara yang tinggi pernah membuat William Shakespeare meletupkan kecemburuan dengan berseru: “let’s kill all the lawyers”.                                                                                         
     Sementara 10 persen sisa duit koruptor dibelikan karpet dan jam dinding dari Mekah buat beberapa mesjid.  Sedekah untuk yatim piatu, pengemis serta anak jalanan.  Koruptor pun menyumbang ke badan sosial dan sanggar seni.  Kemudian membayar massa guna menggelar demonstrasi bagi pembebasannya.  Lantas membiayai sekelompok ustaz yang sudah membantunya dalam pertaubatan dengan menghibahkan ongkos naik haji.
     Koruptor yang bersangkutan terlihat sadar.  Akhlakul mazmumah (kelakuan tercela) sebagai koruptor telah ditanggalkan.  Ia menyesali diri gara-gara selama ini terjebak dalam zalim binafsih (menganiaya diri sendiri).  Sekarang, ia mengejar kebaikan (sabiq bil khairat) seraya mengharapkan berkah (lit-tabarruk) demi menggapai perilaku terpuji (akhlakul karimah).
     Kehampaan jiwa (spiritual vacuum), banyak berbuat dosa (fasik) serta kesewenang-wewenangan (abus de droit) selama ini, membuatnya mengalami neurosis noogenic (penyakit hidup tak berguna).  Kini, semuanya berubah berkat samhah (kelapangan) dan sahlah (kemudahan) yang menuntunnya meniti shirathal mustaqim (jalan yang lempang).                                                                                       
     Di bumi Allah, ia berjalan penuh rasa rendah diri (murakkab naqs).  Sebab, ia sudah memahami rumus muraqabatullah (Allah mengetahui semua perbuatan yang terang-terangan sekaligus tersembuyi).  Tangannya tak lepas dari tasbih digital.  Al-Quran seluler yang melantunkan suara merdu Imam Masjidil-Haram Syeikh Abdul Rahman as-Sudais serta Syeikh Asy-Syuraim, selalu ditentengnya.  Tiap hari mulutnya mengumandangkan istighfar.  Bibirnya komat-kamit melafalkan ayat suci: “Dialah Tuhanku.  Tiada Tuhan selain Allah.  Kepada-Nya saya berserah diri.  Dan hanya kepada Allah saya bertaubat” (ar-Ra’d: 30).
     Di malam-malam dingin yang mencucuk tulang, ia mendirikan shalat tahajjud.  Dulu ia buaya, sekarang menjadi buya.  Sang korup telah bermetamorfosis sebagai sufi.  Dari tikus yang doyan mengutil hasil keringat rakyat, menjadi insan kamil (manusia sempurna) yang sarat husnul khuluq (akhlak yang baik).  Dari burung nazar pemakan uang haram yang imannya tak pernah naik kelas, menjadi homo religius (mutadayyin), yang selalu sujud di hadapan Penguasa Semesta yang bertahta di Arasy. 

Allah Menerima Taubat

     Di China, peluang koruptor masuk Surga teramat sempit.  Karena, belum sempat mereka bertaubat, tiba-tiba algojo maut sudah di depan mata.
     China tidak pernah membiarkan koruptor hidup nyaman.  Sejak pemerintahan Presiden Zhu Rong Ji, para koruptor diuber-uber persis pencuri ayam di Indonesia.  Begitu dibekuk, mereka langsung diadili untuk dieksekusi.
     Di Indonesia, koruptor diperlakukan bak gusti penguasa.  Dengan perlakuan istimewa tersebut, koruptor akhirnya sanggup mengeluarkan seluruh jurus rayuan gombalnya supaya selamat.  Apalagi, koruptor memang bukan orang biasa.  Mereka adalah manusia pilihan yang memiliki intellectual quotient (IQ).  Dangerous desires yang berleleran dalam otaknya dapat menghasilkan seni tingkat tinggi guna mencoleng duit negara.
     Walau dibombardir serangan berat berupa demonstrasi serta hujatan nista dari media massa, namun, mereka tak surut sejengkal.  Rintangan dibahas secara prima agar ada peluang lolos.  Tanpa terasa, aksi koruptor itu justru terkesan menghibur, binal sekaligus logis.  Apalagi, proses hukumnya berakhir kabur atau absurd.
     Tidak heran jika banyak koruptor ongkang-ongkang kaki sembari berlenggak-lenggok mengitari arah angin bertiup.  Bahkan, di Sumatera Selatan, tak sedikit tersangka korupsi tidak ditahan.  “Sejak 2004 sampai awal 2005, LBH memantau banyak tersangka korupsi yang diperiksa aparat kejaksaan atau kepolisian tidak ditahan dengan berbagai alasan” (Republika, 18 April 2005).                                                                                                                                    
     Para koruptor punya prinsip pembelotan aturan dalam menggarong uang lewat modus operandi yang sangat halus dan nyaris tak terdeteksi sekaligus teridentifikasi.  Sebab, insan korup tersebut memiliki kecermatan, perencanaan yang krusial, pijakan strategi jitu serta moralitas Macchiavelli.  Mereka malahan punya doktrin, koneksi raksasa, standar pergaulan, etos tinggi, inovasi impresif dan daya cipta dalam memproduksi tindak penyelewengan.  Mereka lihai bak belut dalam mengeruk keuntungan dari hak orang lain tanpa merasa berdosa.
     Begitulah hikayat koruptor di Indonesia.  Mereka tahu bila Allah itu Maha Pemaaf.  Nabi Muhammad bersabda: “Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, niscaya Allah mengampuninya”.  Hingga, untuk membersihkan dosa-dosanya, koruptor langsung duduk bersimpuh dengan linangan air mata yang membasahi sajadah dalam taubatan-nashuha (sadar untuk tidak lagi melakukan perbuatan tercela).
     “Maka, pencuri yang bertaubat setelah melakukan kejahatan.  Lalu memperbaiki dirinya.  Niscaya Allah menerima taubatnya.  Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (al-Maaidah: 39).

(Pedoman Rakyat, Jumat, 1 Juli 2005)

Shalat Dwibahasa

Shalat Dwibahasa

Oleh Abdul Haris Booegies
Pemerhati Masalah Agama
     Umat Islam Indonesia tiba-tiba geger.  Semua bermula dari Mochammad Yusman Roy.  Mantan petinju dari Sasana Sawunggaling tersebut, menggagas shalat dua bahasa; Arab dan Indonesia.
     Shalat ala Roy pada esensinya tak berbeda dengan shalat umum.  Keganjilan shalat pengasuh Pondok I’tikaf Jama’ah Ngaji Lelaku, itu, gara-gara bacaan ayatnya disisipi terjemahan bahasa Indonesia.
     Kala membaca surat al-Fatihah, misalnya, ia juga mengartikannya ayat per ayat.  Shalat model baru tersebut, tentu menarik gereget lanskap minat.  Ketika diperiksa di kantor Kepolisian Wilayah Malang, pada 6 Mei 2005, Roy meradang.  Apalagi, setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang memvonis ajarannya sesat.  “Itu semena-mena”, sembur Roy yang padepokan pengajiannya terletak di Jalan Sumberwaras Timur 136, Desa Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
     Shalat yang dilakukan Roy bersama sekitar 300 pengikutnya, jelas bertentangan dengan ajaran Islam.  Nabi Muhammad bersabda: “Shalat tidak patut dicampuri dengan perkataan manusia sedikit pun.  Shalat tiada lain tasbih, takbir sekaligus membaca al-Quran”.
     Shalat bukan hasil daya cipta makhluk bumi berbasis pikiran kreatif serta solutif.  Shalat bukan gerakan penyembahan hasil paduan antara filsafat dengan teknologi.  Gerakan dan bacaan shalat bukan proyek rasional-kalkulatif manusia.  Shalat berasal dari sisi Allah!
     Ayat-ayat suci al-Quran diterima Rasulullah di dunia.  Sementara shalat diterima langsung di Arasy.  Perintah dari Tahta Agung nan Mulia di pucuk langit ketujuh tersebut, lalu dibawa Nabi Muhammad ke bumi buat umatnya.
     Seluruh gerakan shalat mengandung makna inspiratif.  Apalagi, shalat berarti memasuki wilayah super-conscious (ilahiah).                                                                                      
     Robert H Schneider, Direktur Institute for natural Medicine and Prevention di Amerika Serikat (AS), memaparkan jika meditasi memperpanjang umur.  Kalau meditasi buatan manusia saja bisa menambah usia, niscaya shalat memiliki lebih banyak lagi manfaat.  Alhasil, sanggup membangkitkan mekanisme perbaikan tubuh secara prima.

Bahasa Kubur

     Seorang yang murtad pernah berkisah bahwa ia repot menjalankan ibadah-ibadah dalam Islam.  Sebab, bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab yang tidak dimengertinya.
     Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak paham bahasa Inggris.  Walau tidak tahu bahasa Inggris, namun, kaki mereka bakal mengentak-entak lantai bila mendengar alunan suara Mariah Carey atau Avril Lavigne.  Bahkan, pinggul bergoyang-goyang, tangan menari-nari sembari kepala dioleng-olengkan ke kanan-kiri jika terdengar musik reggae yang dilantunkan Bob Marley.
     Di Mesir, pernah dilakukan penelitian terhadap al-Quran.  Beberapa orang Islam serta non-Muslim diperdengarkan ayat-ayat al-Quran.  Kelompok itu dipilah agar ada yang mendengar al-Quran beberapa ayat saja.  Kemudian ada yang agak banyak.  Grup terakhir sengaja diberi porsi yang lebih banyak.
     Survei membuktikan kalau orang yang banyak mendengar al-Quran punya kekuatan fisik yang tinggi.  Sedangkan yang cuma sedikit mendengar al-Quran, ternyata kondisi jasmaninya tidak prima.  Ihwal tersebut menegaskan bila ayat al-Quran yang berbahasa Arab memiliki sugesti sekaligus daya besar.
     Dengan hanya mendengar ayat al-Quran saja, fisik sudah fit.  Hingga, tak perlu meneguk minuman suplemen.  Karena, al-Quran itu the real joss atau the magic in life.
     Jika ada yang murtad dengan alasan al-Quran susah dipahami, berarti terjadi anomali dalam diri yang bersangkutan.  Lagu-lagu Bob Marley saja leluasa membuat orang bersemangat.  Padahal, lirik nyanyiannya tidak mengandung petunjuk hakiki.
    Selain itu, bahasa Arab bukan bahasa kacangan, kampungan atau bahasa alam kubur.  Apalagi, tata bahasa serta perbendaharaan katanya luar biasa mengagumkan.  Dari sudut sejarah, bahasa Arab adalah sang juara.  Hal itu terjadi lantaran di dunia ini ada empat bahasa yang pernah gemilang.  Keempat bahasa tersebut yakni Sansekerta, Latin, Yunani dan Arab.
     Di masa sekarang, bahasa Sansekerta telah jadi mumi.  Sukar ditemukan ada kampung di planet ini yang menggunakan bahasa Sansekerta sebagai bahasa pergaulan.  Sementara bahasa Latin nasibnya la yamutu wala yahya (hidup segan mati tak mau).  Bahasa Latin memang masih dipakai, tetapi, khusus untuk menamakan binatang-binatang serta tumbuh-tumbuhan.  Hanya saja, penamaan dalam bahasa Latin itu,  sulit diucapkan sekaligus dihafal anak-anak yang belajar biologi.  Sedangkan bahasa Yunani dipakai cuma di negara Yunani.  Dulu, bahasa Yunani identik dengan ilmu dan filsafat.
     Sementara bahasa Arab terus berkembang maju tanpa mau mati-mati.  Padahal, ia tumbuh di daerah gersang serta tandus di Timur Tengah.  Kini, peminat bahasa Arab makin bertambah.
     Rahasia bahasa Arab sampai selamat sentosa mengarungi zaman adalah kemampuannya mempertahankan keaslian.  Kalau saja Rasulullah hadir di milenium ketiga ini, niscaya ia dapat berkomunikasi dengan umat Islam.  Padahal, rentang waktu yang digunakan mencapai hampir 15 abad.
     Sedangkan bila William Shakespeare (1564-1616) hadir saat ini, maka, ia akan bingung.  Sebab, bahasa Inggris yang digunakan pengarang Romeo and Juliet, Julius Caesar, Hamlet, Othello, Macbeth dan King Lear tersebut, sudah berubah.  Dramawan serta penyair besar yang berasal dari abad ke-17 itu, susah memahami bahasa Inggris abad ke-21.
     Presiden AS George W Bush jika berjumpa presiden pertama AS George Washington (1732-1799), pasti sama-sama puyeng kalau berkomunikasi.  Karena, bahasa Inggris mereka telah jauh berbeda.

Hak Tuhan  

     Hikmah shalat berbahasa Arab adalah supaya terwujud kesatuan dan persatuan.  Orang Perancis bila bersua dengan saudara seimannya dari kampung-kampung di Sulawesi Selatan, bisa langsung akrab sesudah shalat berjamaah.
     Andai orang Perancis tersebut menjadi imam, lantas membaca al-Quran dalam bahasa Perancis, maka, makmum bakal gelisah serta waswas.  Sebab, boleh jadi pilihan bahasa Perancisnya kurang tepat dalam memberi makna ayat-ayat Allah.  Akibatnya, shalat berjamaah dengan imam Perancis itu bukan komunikasi transendental yang tepat sasaran.  Karena, terjadi kegundahan hati dan kewaspadaan di antara jemaah.
     Nabi Muhammad bersabda: “Jika shalat imam rusak, maka, rusak pula shalat orang yang di belakangnya (makmum)”.
     Kreasi Roy terhadap shalat, dalam kacamata hak intelektual, jelas melanggar hak paten.  Alhasil, polisi yang menciduknya seraya mengerangkengnya termasuk tindakan benar serta terpuji.
     Di sisi Allah, Roy yang merintis aktivitas ajaran shalatnya sejak 20 tahun silam, terbukti melakukan penentangan atas hak Tuhan.  Apalagi, shalat merupakan ibadah maghdah (murni) dengan petunjuk jelas.
     Ketika ditangkap, bekas preman dan bodyguard tersebut meradang akibat merasa dizalimi.  “Itu semena-mena”, semburnya dengan nada yang begitu emosional.  Roy yang pernah meng-KO lawannya di atas ring dalam 59 detik, lupa kalau sebenarnya ia lebih semena-mena.  Tanpa rasa berdosa, Roy melakukan desain sesat terhadap shalat secara bebas sesuai dengan seleranya.
     Saat MUI mengeluarkan fatwa haram perihal praktik shalatnya, Roy mencak-mencak.  Ia menilai bila kemerdekaannya dalam menjalankan ibadah telah dipasung.  Roy tak mengerti jika shalatnya justru lebih meresahkan umat Islam.  Hingga, kaum Muslim merasa ibadah shalatnya dicoreng-moreng.
     Pada dasarnya, shalat ala Roy cuma ekspresi abnormal di alam yang sarat fenomena sinis.  Alhasil, kehadirannya wajib ditepis total sampai musnah tuntas.  Rasulullah bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat saya shalat”.

Terjemahan Surah al-Adiyat versi Abdul Haris Booegies

(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh)
100. Surah al-Adiyat
(Kuda Perang nan Gesit)
1.    Demi kuda perang yang tangkas melaju sembari mendengus.
2.    Ia mencetuskan api dari pijakan kuku kakinya.
3.    Ia menyerang musuh secara mendadak di waktu fajar.
4.    Debu pun terhambur beterbangan.
5.    Ia merangsek ke tengah kumpulan musuh.
6.    Sungguh, manusia sangat ingkar.  Tidak bersyukur kepada Tuhannya.
7.    Manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya.
8.    Ia sangat kikir gara-gara cinta terhadap harta.
9.    Apakah ia tak tahu (bagaimana rupa) ketika dibangkitkan segala yang ada di dalam kubur.
10.  Diperlihatkan apa yang terpendam di dalam hati.
11.  Tuhan pada hari itu Maha Tahu tentang (balasan bagi) mereka.





Derajat Terjemahan

     Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad.  Terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
     Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian firman Allah dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami).  “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak.  Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta.  Allah tidak tidur!  Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
     “Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci.  Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah.  “Aku ini Allah.  Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah.  Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies

Terjemahan Surah adh-Dhuha versi Abdul Haris Booegies

(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh.  Naskah ini tidak bertujuan komersial)
93. Surah adh-Dhuha
(Kemilau Pagi)
1.    Demi cahaya pagi nan cemerlang.
2.    Demi malam bila sunyi-sepi.
3.    Tuhanmu (wahai Muhammad) tidak meninggalkan kamu!  Tuhan pun tidak membencimu (sebagaimana tuduhan kaum musyrik).
4.    Sungguh, akhir keadaanmu lebih baik dibandingkan permulaan.
5.    Tuhanmu pasti memberikan anugerah kepadamu.  Kamu pun berpuas hati.
6.    Tuhan mendapati kamu yatim piatu.  Ia pun melindungimu.
7.    Tuhan mendapati kamu bingung mencari risalah kebenaran.  Ia lalu memberikan hidayah (al-Qur’an).
8.    Tuhan mendapati kamu miskin.  Ia pun menganugerahkan kekayaan.
9.    Jangan kamu menghardik anak yatim.
10.  Orang yang meminta (bantuan), jangan kamu bentak.
11.  Nikmat Tuhanmu yang Ia anugerahkan seyogianya kamu terus sebut (dengan bersyukur).


Derajat Terjemahan

     Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad.  Terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
     Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian firman Allah dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami).  “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak.  Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta.  Allah tidak tidur!  Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
     “Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci.  Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah.  “Aku ini Allah.  Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah.  Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies

Terjemahan Surah al-Lail versi Abdul Haris Booegies

(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh)
92. Surah  al-Lail
(Malam)
1.    Demi malam bila menyelubungi (cahaya)
2.    Demi siang bila terang benderang.
3.    Demi Sang Pencipta (makhluk-makhluk) dari jenis jantan dan betina.
4.    Sungguh, ikhtiar kamu saling berbeda.
5.    Ada yang mendermakan (harta di jalan Allah) seraya bertakwa.
6.    Ia mengakui ada pahala terbaik (berupa Surga).
7.    Kami akan memudahkannya memperoleh kesenangan (Surga).
8.    Sebaliknya orang kikir yang merasa puas dengan dirinya sendiri.
9.    Ia mendustakan pahala terbaik.
10.  Kami menyiapkan baginya kemalangan.
11.  Hartanya tiada berfaedah baginya kalau ia binasa.  Ia terjerumus (dalam siksa)
12.  Tanggungan Kami untuk memberi petunjuk.
13.  Sungguh, Kami menguasai Akhirat dan dunia.
14.  Kami mengingatkan kamu dengan Neraka.  Api berkobar yang membumbung.
15.  Penghuninya hanya orang paling celaka!
16.  Mereka mendustakan kebenaran dan ingkar.
17.  Sebaliknya, orang paling takwa dijauhkan dari Neraka.
18.  Mereka mendermakan hartanya (di jalan Allah) demi menyucikan diri dan hartanya.
19.  Tiada seorang pun memberikan nikmat kepadanya.  Penghargaan patut dihaturkan.
20.  Ia (mendermakan harta) demi mengharap ridha Tuhannya yang Maha Tinggi.
21.  Ia kelak berpuas hati (di Akhirat).



Derajat Terjemahan
     Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad.  Terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
     Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian firman Allah dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami).  “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak.  Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta.  Allah tidak tidur!  Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
     “Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci.  Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah.  “Aku ini Allah.  Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah.  Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies

Terjemahan Surah al-Alaq versi Abdul Haris Booegies

(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh)
96.  Surah al-Alaq
(Segumpal Darah)

1.    Baca (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (seluruh makhluk).
2.    Ia menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.    Baca!  Tuhanmu Maha Pemurah.
4.    Ia mengajar manusia dengan perantaraan pena dan tulisan.
5.    Ia mengajar manusia.  Mengajar apa yang tiada mereka tahu.
6.    (Manusia tidak bersyukur) mereka justru melampaui batas.
7.    Ia merasa dirinya serba cukup
8.    Sungguh, hanya kepada Tuhanmu tempat kembali.
9.    Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang.
10.  (Melarang) seorang hamba yang akan shalat?
11.  Bagaimana pendapatmu kalau yang melarang berpijak pada kebenaran?
12.  Ia menyuruh orang bertakwa (tidak berbuat syirik)
13.  Bagaimana pendapatmu kalau yang melarang justru mendustakan (risalah Nabi Muhammad).  Ia ingkar!
14.  Tiadakah ia tahu bahwa Allah melihat segala perbuatannya.
15.  Jangan berlaku durhaka!  Kalau tidak berhenti!  Kami jambak ubun-ubunnya (kemudian menyeretnya ke Neraka).
16.  Ubun-ubun pendusta yang berlumur dosa.
17.  Suruh ia panggil konco-konconya (minta pertolongan).
18.  Kami kelak memanggil malaikat Zabaniyah, algojo Neraka.
19.  Jangan kamu (wahai Muhammad) mematuhi mereka.  Sujud dan dekatkan dirimu kepada Allah.

Derajat Terjemahan

     Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad.  Terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
     Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian firman Allah dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami).  “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak.  Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta.  Allah tidak tidur!  Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
     “Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci.  Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah.  “Aku ini Allah.  Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah.  Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies

Amazing People