Selasa, 07 Juni 2011

Semerbak Islam dalam Babad Tiongkok

Semerbak Islam dalam Babad Tiongkok
(Menyambut Tahun Baru Imlek 2559 7 Februari 2008)

Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Agama

Islam di nusantara diperkenalkan oleh komunitas bisnis dari Gujarat. Mereka berdomisili di barat laut serta selatan India. Data lain mengekspresikan kalau Islam Indonesia bersumber dari Tiongkok. Khalayak Tionghoa sebagai saudagar tulen, terkenal gigih berlayar dari satu pelabuhan ke bandar lain di penjuru dunia. Tiap singgah di suatu mandala, mereka juga menyebar syiar Islam.
Jalan sutera di Tiongkok menjadi bukti sahih bila insan Tionghoa berdarah niaga. Di jalur sutera, transaksi dagang terjalin di antara aneka etnis. Hingga, terajut komunikasi dengan pemeluk agama seperti Islam, Hindu, Budha, Taoisme, Manichaeisme maupun Nestorianisme.
Islam di Tiongkok bermula di Guangzhou (Kanton) pesisir selatan Tiongkok pada 25 Agustus 651 atau 2 Muharram tarikh ke 31 Hijriah. Orang Arab menamakan Guangzhou dengan Khanfu. Kala itu, Panglima Saad bin Abi Waqqas mengomandani kafilah menuju Tiongkok. Mereka diutus oleh Khalifah Usman bin Affan (577-656).
Saad lantas diterima oleh Kaisar Kao-Tsung (650-683) dari dinasti Tang. Saad menganugerahkan kepada Kao-Tsung salinan Alquran. Walau sang raja tidak mau memeluk Islam, namun, Saad diberi kebebasan mendakwahkan ajaran Nabi Muhammad. Penduduk Guangzhou menamakan Islam dengan yisilan jiao (agama murni). Lalu Nabi Muhammad mereka sebut Ma-hia-wu. Sedangkan Saad bin Abi Waqqas dipanggil Aibi Wankesu.
Saad kemudian mendirikan Mesjid Huaisheng. Kini, mesjid tersebut tetap anggun berdiri setelah melewati rentang waktu 13 abad. Mesjid itu dikenal pula sebagai mesjid raya Guangzhou atau Guangta.
Sesudah Saad, maka, Sayidina Syafi’i hijrah ke Tiongkok pada tahun 1070. Syafi’i atau Suo Fei Er diterima oleh Kaisar Song Shen Zong. Duta negeri Bukhari (Arabia) tersebut merupakan keturunan ke-11 Nabi Muhammad. Generasi Syafi’i lantas mendapat posisi terhormat di kerajaan. Bani Syafi’i yang paling mashur adalah Habib Cheng Ho alias Sam Po (1371-1433). Laksamada Muslim terbesar itu tertoreh sebagai keturunan ke-37 Nabi Muhammad.
Puncak kejayaan Islam Tiongkok bergemuruh di zaman dinasti Yuan (1260-1368). Dinasti bentukan Mongol tersebut menjalin kerjasama dengan Islam. Di masa Kubilai Khan, terhampar kota Islam bernama Gansu. Sementara kaum Muslim disebut bangsa Hui. Di sisi lain, suku Dong Xian yang beragama Islam termaktub paling banyak menjadi prajurit kerajaan. Di era keemasan itu, tercatat nama Sayid al-Ajall yang menjabat gubernur Yunan. Lalu Syekh Syamsuddin Umar (Sai Tien Chi) memangku kedudukan sebagai menteri ekonomi. Chu Yuan Chang yang mendirikan dinasti Ming, malahan ditengarai seorang Muslim sejati. Ming yang berarti terang-benderang diilhami nama Medinah al-Munawwarah (kota yang berlimpah cahaya).
Islam di Tiongkok enteng berbaur dengan Konfuzius. Di momen lain, juga bergemuruh budaya lokal. Imlek, umpamanya, merupakan tradisi agraris yang menjadi ungkapan terima kasih atas hasil usaha yang telah dilakukan.

Ikhtiar Positif
Secara elementer, Imlek bukan perayaan religius dalam kepercayaan Konfuzius. Imlek sekedar hari raya tradisional Tiongkok yang erat kaitannya dengan pertanian. Arkian, terkadang dinamakan nong li xin nian (tahun baru petani).
Di negeri Tirai Bambu, Imlek dinamakan chunjie atau sin cia (hari raya musim semi). Imlek di zaman pemerintahan Bin Kok (1912-1949), sempat dilarang. Sebab, dianggap usang sekaligus ketinggalan zaman.
He lek (penanggalan) Imlek didasarkan pada peredaran bulan dan matahari (sistem lunisolar). Penghitungan kalender tersebut bermula pada tanggal satu bulan pertama yang bertepatan dengan awal musim semi.
Kata “Imlek” (perayaan bulan) berasal dari dialek Amoi bahasa Hokkian selatan. Dalam bahasa Mandarin disebut yinli. Selain itu, kegiatan Imlek diistilahkan guo nian (memasuki tahun baru). Di Indonesia dinamakan konyan.
Pada tanggal 25-30, masyarakat Tionghoa mulai menata rumah, berbelanja serta memasak. Dalam mensyukuri nikmat, maka, berkumpul sanak-famili di malam pergantian tahun. Mereka berdoa sambil bersantap malam sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan (Thian). Rumah pun dipasangi chunlian (puisi berpasangan mengenai musim semi yang diletakkan di sisi kanan-kiri suatu benda). Kemudian ada nianhuayangliu, berupa rumah yang dikelilingi pohon persik dan sajak kuno). Pancaran lampion merah yang memantulkan cahaya memukau, ikut meramaikan suasana. Ada pula bunga sakura yang elok terpajang dalam ruangan. Sedangkan anak-anak terlihat girang memperoleh angpao yang di Beijing diistilahkan yasuiqian. (lukisan pohon
Tujuh hari sesudah Imlek, dilakukan King Thian Kong (sembahyang kepada Sang Pencipta) di kelenteng. Aspek itu menghendaki agar tahun baru yang dimasuki penuh dengan kebaikan. Pada dasarnya, jumlah hari perayaan Imlek mencapai 22 hari. Sepekan sebelum Imlek (tanggal 23 bulan 12) , diadakan sembahyang untuk Toa Pe Kong (Dewa Dapur) yang bernama Ciao Kun Kong. Dewa tersebut mengawasi sembari memperhatikan seluruh tingkah-polah penghuni rumah. Ciao Kun Kong lantas melaporkan perilaku seseorang kepada Thien sebagai penguasa langit.
Ciao Kun Kong yang berangkat ke langit wajib diantar dengan membakar hio (dupa) serta mercon. Lalu menghamparkan buah-buahan dan rangkaian devosi (persembahan) doa. Ritual itu dimaksudkan supaya Ciao Kun Kong cuma menyampaikan ikhtiar positif di hadapan Tuhan.

Jet Ekonomi
Di masa sekarang, spirit Imlek bergema di mana-mana. Apalagi, Tiongkok adalah negeri besar dalam wilayah, sejarah, budaya serta teknologi. Pada tahun 1330 sebelum Masehi, Iskandar Zulkarnain menjadi mitra Kaisar Chang dari dinasti Chang saat membangun dinding pertahanan. Tembok yang kini berada di luar kota Zhengzhou tersebut didesain buat merintangi gerombolan Ya’juj-Ma’juj. Tinggi tembok sekitar delapan meter. Sementara panjangnya mencapai tujuh kilometer.
Dewasa ini, Tiongkok yang berpenduduk 1,5 miliar merupakan negara paling spektakuler. Ekonominya melesat kencang bak naga terbang. Semua bermula pada tiga dekade silam ketika mayoritas ekonomi Tiongkok diswastakan. Mereka kemudian menfokuskan perdagangan asing. Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones) dibangun lebih 2000. Dengan demikian, hukum investasi diliberalisasi guna menarik modal asing. Singkat hikayat, Tiongkok akhirnya menjadi jet penggerak ekonomi global. Pada 2008-2009, volume perdagangan antara Tiongkok dengan ASEAN mencapai USD 200 miliar.
Selama periode 1978-2005, ekonomi Tiongkok tumbuh lebih sembilan persen. Bahkan, Tiongkok membuat Amerikka Serikat meradang. Pasalnya, kala AS menurunkan suku bunga seraya menggelontorkan dana ke pasar, maka, Tiongkok menaikkan suku bunga. Tiongkok tak sudi tunduk pada Paman Sam. Negara Tirai Bambu itu lebih berpijak pada kepentingan nasional daripada mengikuti kemauan AS.
Di bidang program luar angkasa, Tiongkok piawai pula. Mereka tengah menyiapkan roket Long March 5. Apalagi, fasilitas luar angkasanya di Pulau Wenchang dipandang ideal. Karena, dekat dengan titik ekuator. Alhasil, jarak tempuh satelit makin pendek sekaligus hemat energi.
Islam ibarat sekuntum mawar dalam babad Tiongkok pada zaman bahari. Sedangkan Imlek menjadi ritual terima kasih atas hasil yang diperoleh. Ekonomi Tiongkok yang menderu-deru merupakan implikasi dari rasa syukur. Siapa yang pandai berterima-kasih, niscaya memperoleh rezeki yang melimpah-ruah. Tiongkok telah membuktikannya dengan Imlek. “Gong Xi Fa Cai” (selamat dan semoga banyak rezeki).

(Tribun Timur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People