Selasa, 26 Juli 2011

Bulan Suci Ramadhan

Ramadhan
Oleh Abdul Haris Booegies
      Perputaran arah jarum jam berikut pergantian siang malam yang merupakan kendaraan zaman dalam mengarungi kehidupan, terasa makin cepat lajunya.  Dari pergeseran waktu yang kencang
itulah, berkilau suatu bulan dalam kalender Islam yang dinamakan Ramadhan.
     Di bulan utama tersebut, kebesaran Allah menaungi makhluk semesta alam.  Sebab, al-Khalik  mengampuni dosa, mengabulkan doa, melipat-gandakan pahala kebaikan serta menghentikan siksa.  Tuhan juga menerima taubat, ketaatan menjalankan perintah dan amal sedakah.  Bahkan, Surga yang merindukan kaum Mukmin, dibuka lebar pintunya. Sementara shalawat serta tasbih para Malaikat pun dipersembahkan kepada jemaah Muslim.  Di sisi lain, pintu-pintu kesesatan jahanam ditutup rapat.  Sedangkan setan dan iblis durhaka dirantai erat.
     Di zaman klasik tempo doeloe, Ramadhan tertoreh sebagai bulan tempat diturunkannya kitab-kitab suci.  Shuhuf Nabi Ibrahim, misalnya, bergema penuh takzim ke bumi pada malam pertama Ramadhan. Taurat di malam keenam, Zabur pada malam keduabelas serta Injil di malam kedelapan belas.  Sementara al-Furqan pada keindahan malam keduapuluh satu.
     Kedatangan Ramadhan selalu dirindukan oleh segenap pengikut Rasulullah.  Pasalnya, menyambut bahagia bulan mulia tersebut, membuat api neraka haram menjilat jasad komunitas Islam.  Selain itu, bulan ibadah, berkah dan rahmat tersebut, menjadi landasan reformasi bagi kaum Mukmin untuk mewujudkan diri sebagai insan kamil.  Ramadhan malahan berperan sebagai alat komunikasi transendental kepada Allah yang paling tinggi kadar pahalanya.  Di samping menjadi penghubung antara Sang Khalik dengan hamba, Ramadhan berfungsi pula sebagai wadah komunikasi interpersonal, antarpribadi (sosial) serta lingkungan.
     Ramadhan yang setara dengan seribu bulan, merupakan karunia Ilahi yang sangat besar bagi umat Islam.  Di bulan Ramadhan, berlimpah pahala bisa dipetik.  Sedangkan dosa-dosa terpelanting ke lorong pekat nan pengap.  Himpunan balasan perbuatan kotor itu didera sampai raib oleh aura kebaikan.
     Kiraaman Kaatibin (malaikat pencatat) lantas diperintahkan hanya memonitor kebaikan umat Nabi Muhammad.  Allah sendiri justru menghapus dosa-dosa sekaligus membebaskan 600.000 budak tiap jam dari desah maut neraka yang mestinya disiksa sampai Lailatul Qadar.
     Ramadhan yang identik dengan puasa, merupakan cahaya bagi orang Islam dalam melintasi kegilaan kehidupan fana, kegelapan alam kubur dan kedahsyatan kiamat.  Ramadhan pun menjauhkan manusia dari geliat malapetaka yang merajalela di seantero jagat raya.  Arkian, kedatangan bulan suci tersebut, senantiasa dinanti berjuta penyembah al-Khalik.  Apalagi, Ramadhan sanggup memberi kehangatan iman serta takwa.
     Di bulan Ramadhan, kaum Mukmin leluasa bercinta lebih seru dengan penguasa Kerajaan Arasy.  Bulan pengampunan dan kasih sayang tersebut, malahan dapat mengontrol hawa nafsu yang berdimensi destruktif dalam pergaulan lokal serta global.  Aspek itu mampu terwujud berkat puasa di bulan suci menjernihkan jasmani dan rohani dari tuntutan biologis, belenggu emosi, kembara imajinasi liar serta aroma hegemoni material.
     Ramadhan pada intinya adalah momen bagi terciptanya basis ketauhidan dalam menghadapi tabrakan konflik kehidupan.  Dengan kemantapan aqidah, maka, lolongan persoalan pelik yang resah gelisah, bisa diatasi.  Hatta, nuansa kehidupan keseharian dan keagamaan bakal serasi laksana suatu pergelaran orkestra yang tiap instrumennya terdengar harmonis. Keseimbangan tersebut, pada akhirnya akan memperkokoh kesatuan tiap individu Muslim dalam menghalau bara nafsu bejat.  Ketegaran yang bagai gelombang perkasa dalam menerjang tantangan itu, bakal menciutkan anasir-anasir yang berhasrat melecehkan Otoritas Kebenaran.
     Ramadhan yang sarat dengan kesucian, kebahagiaan serta kontrol selera, adalah super-ritual ubudiyah yang cuma menjadi milik umat Islam.  Bahkan, puasa yang berarti meninggalkan kelezatan dunia berupa makan, minum dan sanggama, merupakan kendaraan golongan Mukmin menuju ke Taman Firdaus. Apalagi, di Surga terdapat pintu Arrayyaan, yang khusus diperuntukkan buat hamba yang menunaikan puasa.  Fase tersebut menunjukkan bahwa derajat orang-orang yang berpuasa sangat tinggi di sisi Tuhan.  Alhasil, Allah sendiri yang membalas pahalanya.
     Ramadhan yang penuh keagungan akan menjadi titik sentral dalam memacu umat manusia guna menyembah Sang Khalik secara total-optimal. Para makhluk berakal wajib mempersembahkan sembah sujud ke hadirat Ilahi serta salam sejahtera kepada Rasulullah.  Sebab, Ramadhan sebagai pusaka lestari dari kemilau syiar Islam, adalah roda yang mempererat ukhuwah sesama hamba Tuhan dari zaman Anbiya (para Nabi) sampai era berlumur tragedi masa kini.  Dengan demikian, rasa kebersamaan iman dengan golongan manusia takwa di zaman lampau, tetap abadi.  Apalagi, Ramadhan bisa menetralkan hitungan waktu dan lapis peristiwa demi kesinambungan ummatan wahidah dengan kaum yang saleh di masa silam.    
     “Hai insan beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu.  Semoga kalian bertakwa kepada Tuhan” (al-Baqarah: 183).

(PANJI MASYARAKAT NO. 817, 1-10 RAMADHAN 1415 H 1-10 PEBRUARI 1995)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People