(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh. Naskah ini tidak bertujuan komersial)
91. Surah asy-Syams
(Sang Surya)
1. Demi mentari di pagi hari yang berkilau cemerlang.
2. Demi rembulan kala mengiringi matahari.
3. Demi siang bila menampakkan sang surya.
4. Demi malam bila terselubung kegelapan.
5. Demi langit dan yang membinanya.
6. Demi bumi dan yang membentangkannya.
7. Demi sukma manusia dan yang menyempurnakan kejadiannya.
8. Allah mengilhamkan kepada sukma. Jalan kepada kejahatan dan ketakwaan.
9. Sungguh, beruntung orang yang mensucikan diri (dengan iman dan kebajikan).
10. Alangkah rugi manusia yang mengotori jiwanya.
11. Kaum Tsamud mendustakan (Rasul Allah). Tingkah durhaka mereka melampaui batas.
12. Tatkala bangkit orang terjahat di antara mereka (untuk membunuh unta dari Surga).
13. Rasul Allah (Nabi Saleh) bersabda: “Jangan usik unta betina dari Allah ini! Biarkan ia minum!”
14. Mereka mendustakan (Nabi Saleh). Unta itu digorok! Allah kemudian membinasakan mereka akibat dosa-dosanya. Allah memusnahkannya sampai rata dengan tanah!
15. Allah tiada hirau terhadap akhir hidup mereka.
Derajat Terjemahan
Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya. Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad. Al-Qur’an selalu berbahasa Arab. Tidak dinamakan al-Qur’an kalau firman-firman Allah itu disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an. Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit. Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an. Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami). “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya. Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak. Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta. Allah tidak tidur! Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
“Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya. Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci. Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah. “Aku ini Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah. Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.
Abdul Haris Booegies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar