Permadi
Oleh Abdul Haris Booegies
Wailah bin al-Asqa mendengar Rasulullah bersabda: “Siapa yang mengunjungi tukang ramal kemudian menanyakan suatu hal, maka, tertutup taubat baginva selama 40 malam. Kalau ia percaya yang diucapkan oleh juru nujum, berarti orang itu kafir”.
Hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani tersebut, menunjukkan bahwa peramal, ahli nujum atau paranormal adalah manusia omong kosong yang berselimut laknat pedih. Mereka adalah kumpulan individu sakit. Dari komunitas yang sekarat itulah, “yang mulia tuan Permadi” datang.
Kehadirannya lantas menantang secara terbuka umat Islam dengan menuding Nabi Muhammad sebagai diktator yang gagal mewujudkan masyarakat adil makmur. Menurut Sukarnois yang suka berpakaian serba hitam tersebut, di masa pemerintahan Rasulullah terjadi perang, perpecahan maupun pembunuhan yang terus menerus.
Ceramah Permadi di hadapan Senat Mahasiswa UGM pada Maret dan April 1994 itu, sangat sombong, bernada sentimen, provokatif, tendensius serta punya pretensi tertentu.
Penghujatan Permadi terhadap aqidah Islamiyah, akhirnya membuat tokoh-tokoh Islam Indonesia mengutuknya. H Ismail Hasan Metareum SH, umpamanya, menegaskan bila ucapan brutal yang keluar dari mulut Permadi, memperlihatkan dirinya tidak beriman. Sementara KH Zainuddin MZ menganggap Permadi sudah keterlaluan. Lalu Ketua Syarikat Islam Jakarta H. Qa-Imoeddin Thamsy menyatakan jika Permadi adalah tokoh syirik nasional. Sedangkan KH Saad Syamlan menilai bahwa yang dicari Permadi selama ini hanya popularitas rendah. Ulama dari
pulau Madura tersebut, malahan menganggap kalau ada komponen otak Permadi yang terganggu. Di sisi lain, MUI mengeluarkan keterangan pers bahwa pernyataan Permadi tergolong sesat lagi menyesatkan (dhallun mudillun).
Permadi sebagai individu miring, sebenarnya sejak dulu sudah tidak stabil sistem organ tubuhnya. Kebengkokan Permadi bisa ditelusuri dalam artikel bertajuk Bung Karno, Jayabaya, dan Nostradamus (Tiara No. 7). Di majalah itu, ia menulis: “Beberapa tahun silam saya pun telah mengalami pengalaman spiritual yang hebat, tatkala “nyepi” di pertapaan Pringgodani di lereng Gunung Lawu, Yesus Kristus tclah menampakkan diri dengan membopong seorang bayi yang mengandung Nur Muhammad, disertai suara
menggelegar yang tak terbayangkan (suara
alam/Tuhan?)”
Tulisan Permadi tersebut sangat luar biasa kadar bohongnya. Sebab, ia mengaku melihat Yesus (Nabi Isa al-Masih) sedang menggendong bayi. Bahkan, bayi itu memiliki Nur Muhammad. “Dukun Gendeng” tersebut lebih nekat lagi tentang bunyi besar yang diklaimnya suara Tuhan.
Bila dibedah, maka, sebenarnya Permadi tidak punya rekomendasi tauhid untuk melihat Nur Muhammad. Karena, Permadi yang sudah menyuarakan idiom-idiom SARA (suku, agama, ras dan antar-golongan), cuma seorang penganut kebatinan batil. Permadi yang sekarang berpredikat preman politik, sangat jelas telah menyebarkan gosip murahan yang ceroboh dengan mengaku melihat Nur Muhammad yang suci dan agung.
Dari aneka ramalan Permadi, nyaris tidak ada yang bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Selain tidak andal, juga banyak yang berisi bualan belaka. Tatkala Evander Holyfield dan George Foreman bakal berlaga pada 20 April 1991, Permadi turut pula meramal. “Foreman akan memukul KO Holyfield paling lama pada ronde IV”.
Ramalan tersebut disesuaikannya dengan patron tahun wolak-waliking jaman. Nujuman Permadi kemudian terbukti sangat jitu meleset. Holyfield menang. Tahun wolak-waliking jaman pun mempertontonkan kekonyolan dalam mengantisipasi takdir manusia.
Kini, tiada lagi alasan bagi Permadi untuk bebas mengeluarkan ramalan-ramalan idiot. Permadi wajib mempertanggungjawabkan segala keburukan ucapannya yang mendiskreditkan Islam. Duplikasi Abu Lahab serta Abu Jahal di era moderen itu, mutlak menanggung semua akibat omongannya yang mengusik kedaulatan beragama umat Islam.
Permadi pada intinva juga harus malu tinggal di bumi Tuhan. Sebab, dengan menghina Nabi Muhammad, berarti ia mengejek Sang Khalik. Hingga, Permadi semestinya menyingkir pergi dari dunia. Silahkan cari tempat berteduh selain milik Allah. Tidak layak planet indah ini dihuni seorang paranormal yang seenaknya merendahkan martabat Rasul Allah. Tidak pantas jagat raga ini harus kotor oleh tukang nujum yang dengan congkak memancing emosi kaum Mukmin. Di sana -nun entah di mana- “yang mulia tuan Permadi” barangkali bisa menciptakan masyarakat adil makmur sambil hidup berdampingan dengan setan bercambang Salman Rushdie dan iblis betina Tasleema Nasrin.
“Tiadakah mereka mengetahui bahwa orang yang menentangAllah serta Rasul-Nya, berarti Neraka Jahanam baginya. Ia kekal di dalamnya. Itulah kehinaan yang besar” (at-Taubah: 63).
(PANJI MASYARAKAT NO. 824, TAHUN XXXV, 11-20 ZULQAIDAH 1415 H 11-20 APRIL 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar