Selasa, 21 Juli 2015

Kritik Pepatah


Kritik Pepatah
Oleh Abdul Haris Booegies



     Dalam kehidupan manusia, ungkapan-ungkapan hikmah selalu memberi ketenangan.  Bahkan, introspeksi diri.  Misalnya, “semut di seberang laut tampak, gajah di pelupuk mata tidak”.  Kalimat bernas ini elok direnungkan agar tidak mencampuri urusan orang lain.
     Dari sejumlah ungkapan bermakna, ada beberapa yang kurang afdal atau bebal.  Contohnya, “apalah arti sebuah nama”.  Frasa ini sangat terkenal.  Besar kemungkinan milik William Shakespeare.
     Nama sangat penting.  Nama manusia tidak boleh berkonotasi buruk.  Sedangkan nama perusahaan acap dikaitkan dengan etos kerja.  Hingga, nama mutlak memiliki arti bagi kehidupan.  Bukan nama asal-asalan dengan alasan apalah arti sebuah nama.
     Pepatah lain yang menyesatkan ialah “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.  Kegagalan itu tidak runtut dalam satu usaha.  Hari ini mencalonkan diri ketua RW, tetapi, gagal.  Besok gagal lagi.  Berkali-kali gagal, akhirnya jadi juga ketua RW.
     Kalau orang itu punya semangat, maka, saat gagal pertama, ia mesti mencari peluang lain.  Tersedia aneka profesi.  Kalau bidang yang ditempuh meraih hasil maksimal, ini jelas kesuksesan.  Bukan karena pernah gagal di bidang lain.
     Kegagalan yang dulu dirasakan, tetap kegagalan.  Sebab, tak memberi hasil.  Jadi, kegagalan tetap kegagalan, bukan kesuksesan yang tertunda.
     “Diam itu emas” merupakan pepatah popular.  Pepatah ini sering diperdengarkan kepada anak-anak agar bisa menahan diri atau tidak mencampuri urusan orang.
     Bagi sebagian gadis, diam pertanda mau.  Jika ia dilamar, lalu orangtuanya meminta persetujuan.  Sang gadis acap membisu.  Keheningan tanpa kata dari bibir gadis diartikan sebagai “setuju”.
     Diam sebagai emas sebenarnya tidak berlaku di semua peristiwa kehidupan.  Ketika Anda dituding maling, lalu bersikap diam.  Massa pasti kalap karena mengira Anda pencuri.  Sebab, tak bisa membela diri dengan alibi benar.  Akibatnya, Anda bonyok digebuk tanpa ampun.
     Dalam banyak kasus, diam bukan emas, tetapi, petaka.  Diam terkadang menimbulkan bencana mengerikan.  Hingga, ada yang berujar: “diam itu busuk”.
     “Cinta pada pandangan pertama”, merupakan ungkapan paling mashur di galaksi asmara.  Mitos ini dipercaya 1000 persen bahwa ada cinta pada pandangan pertama.  Padahal, mesti dipilah dulu.  Seseorang ditatap karena penampilannya menawan, wajahnya cantik atau tubuhnya molek.  Pandangan yang diarahkan akhirnya menimbulkan perasaan senang atau tertarik.  Bukan cinta!
     Kalau dikatakan pandangan pertama menimbulkan cinta, maka, mana dalilnya.  Dari mana rumusnya bahwa rasa tertarik di awal perjumpaan merupakan cinta.  Cinta timbul setelah akal menganalisis obyek yang dilihat.  Pada pertemuan berikut, cinta mungkin sudah bergiang di hati.  Sebab, orang yang diincar sesuai tipe yang dibutuhkan.
     Jadi, tak ada cinta pada pandangan pertama.  Pandangan pertama hanya memacu saling ketertarikan antara dua sejoli.
     Motivator biasa berkhotbah kepada audiens bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan.  Patut digarisbawahi kalau tak ada toko di dunia ini yang menjual kebahagiaan dalam bentuk barang.  Padahal, semua toko sebenarnya menjual kebahagiaan.
     Orang yang ke toko membeli barang pasti bahagia.  Sebab, mampu membeli.  Andai ia tak punya uang, maka, tak ada kebahagiaan dalam dirinya.  Ketika menerima gaji, tentu pegawai merasa bahagia.  Penulis-penulis di media pasti bahagia jika memperoleh honor.
     Membeli barang, berarti uang, menerima gaji berarti uang dan memperoleh honor berarti uang.  Semua tentang uang.  Murid dan siswa yang ke sekolah pasti bahagia jika diberi uang saku.  Bagaimana mungkin uang yang memberi kebahagian dinafikan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan.  Ada-ada saja!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People