Reformasi Akhlak Pesantren
Oleh Abdul Haris Booegies
Apa yang paling mengesankan dari Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM setelah berpuluh tahun tamat? Di pesantren sejumlah artefak serta prasasti masih bisa ditemukan.
Pertanyaan "apa yang paling berkesan", tentu tergantung pada pribadi masing-masing. Walau kesan tersebut dipengaruhi suasana hati, namun, ada ikhwal paling mengesankan yang tak lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas.
Tentu saja hal yang begitu mengesankan ialah rasa syukur bisa tamat. Sulit dicerna akal waras, ada bocah setamat SD langsung masuk pesantren. Ditempa bagai pendekar yang hendak membalas dendam. Sebab, aturan di pesantren teramat ketat. Tidak sedikit santri yang benjol-benjol lantaran dihukum gara-gara melakukan pelanggaran. Akibatnya, terlantar di tengah jalan. Nasibnya pedih, menjelma santri murtad.
Santri berpendirian sekokoh karang yang dirajam ombak, berhasil tamat usai melewati 2.190 hari. Ini berarti mereka menjalani kristalisasi selama 52.560 jam. Bak berlian, santri pun bercahaya setelah digosok dan dipoles selama enam tahun.
Pesantren merupakan sebuah pedepokan pendidikan yang mengubah pribadi santri. Di pesantren, karakter santri bermetamorfosis secara instan dalam hitungan hari. Sebab, ada reformasi akhlak. Sebagai contoh, santri berpisah dengan orangtua. Ini membuat sifat manja redup. Ketergantungan kepada orangtua terkikis. Reformasi akhlak ini berjalan dengan cara bangun subuh. Tidak pandang bulu, anak pejabat atau anak jelata! Mereka wajib shalat Shubuh di masjid. Siapa yang membangkang, akan dihukum sampai benjol.
Aturan tegas pesantren yang berdimensi revolusi bakal mengubah perilaku santri. Ini sebuah reformasi akhlak yang tidak disadari. Santri pun secara perlahan memiliki peradaban baru. Mereka mandiri sekaligus punya gaya hidup baru.
Alumni Pesantren IMMIM dengan reformasi akhlak akan mewarnai kehidupan secara global. Tentu ini butuh waktu sebagaimana santri memerlukan masa enam tahun sebelum bersyukur berkat tamat di pesantren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar