Konyol ala Santri
Oleh Abdul Haris Booegies
Tak terbayang oleh siapa pun di luar pondok. Tidak juga kau, kalau di Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM, santri mempunyai sifat konyol level lima. Banyak hal yang tak diperhitungkan akal waras, kiranya lazim di kampus.
Santri IMMIM terikat secara sosial. Sepiring sependeritaan sekaligus seakhlak seilmu. Tidak berarti santri yang setutur-seiring betul-betul sepakat dalam kebersamaan. Sebab, ada saja santri yang menyeleneh. Berperilaku biasa bagi dirinya, namun, aneh bin ajaib bagi rekan lain.
Sandal Terbalik
Saat saya kelas I pada 1980, ada santri kelas III bermental pantang malu. Di kampus, santri terbiasa melihat ikhwan memakai sandal jepit berbeda warna serta ukuran. Biasalah, ada kolega suka mencoleng sandal yang bukan miliknya. Sesudah menggunakannya, ia tak mengembalikan, melainkan menaruh di mana saja sesuka hati. Akibatnya, pemilik asli sering kelabakan jika tiba-tiba hendak ke suatu tempat.
Syahdan di suatu siang, santri kelas III bermental pantang malu ini berniat kabur ke kota. Santri yang ingin melarikan diri biasanya tergesa-gesa. Ketepatan waktu mutlak dikalkulasi agar tak tertangkap basah ketika pergi tanpa izin meninggalkan pondok.
Santri yang terdesak oleh waktu ini akhirnya memakai alas kaki apa saja. Tatkala berada di atas mikrolet (petepete), seorang ibu memperhatikan santri bersangkutan. Ia heran dengan sandal jepit yang dikenakannya. Warna tali berlainan, alas yang satu pun tipis karena aus.
"Dik, sandalmu terbalik".
"Tidak, Bu. Memang begitu", jawab santri ini secara mantap tanpa menoleh ke ibu yang menegurnya. Chuaks.
Susu Sedikit
Kala saya kelas II pada 1981, sebagian santri geger. Ada pula yang terpingkal-pingkal. Pasalnya, beredar cerita kurang lazim. Seorang santri meminta susu ke sohibnya. Santri yang diminta susunya mengelak. "Susu di lemariku tinggal sedikit. Tinggal dua kaleng".
Jawaban ini terasa abnormal di kuping. Biasanya orang mengatakan; "tinggal sedikit, tinggal setengah kaleng". Ini justru tinggal dua kaleng! Bagaimana logikanya? Betul-betul kekonyolan khas anak IMMIM. Chuaks.
Santri Pop Style
Pada era 80-an, cowok-cowok keren doyan memamerkan dada dengan membiarkan bagian atas kemeja terbuka. Dua kancing atas sengaja tak dikatup. Gaya ini kerap terlihat dipraktikkan oleh pegawai, karyawan, mahasiswa dan siswa, terlebih preman terminal.
Santri IMMIM tidak ketinggalan dengan mode ini. Rata-rata santri kota membiarkan dua kancing baju bagian atas terbuka. Ini pemandangan lumrah bila di kelas atau di kamar.
Sewaktu saya kelas VI, ada kawan yang tampil lebih ekstrem. Ia hanya mengatup satu kancing bajunya di bagian bawah. Jadi, bukan cuma dada yang tampak, tetapi, perut kerempengnya pun terpampang. Sepertinya ia berprinsip, "tak berbeda tak dikenang".
Tidak diketahui secara pasti, apakah ini embrio Tamalanrea pop style atau rongsokan peradaban. Santri ini seolah mengira dirinya tampil macho serta chic seraya siap hangout di kelas. Isunya, ia juga pengguna bedak Kelly.
Sejumlah sejawat agak risau dengan aksi mengatup satu kancing bagian bawah. Maklumlah, tampang santri dari pedalaman ini pas-pasan, hanya versi fotokopi. Tak segemerlap warna asli. Chuaks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar