Dendam Bilal
Puisi Abdul Haris Booegies
Malam merayap di Badar
Bilal menatap tajam
Ke gunung di depannya
Di balik gunung itu
Umayyah bin Khalaf tergelak-gelak
Tawanya berderai bak gulungan ombak
Para pemuka Quraisy hanyut dalam dendang riang
“Ini malam penuh berkah
Lata, Uzza dan Manat mencintai kita”
Bilal menengadah mencari rembulan
Cahayanya bersembunyi di balik mendung
Bilal menyepak sebongkah batu
Ia pandang batu itu
Dengan batu
Umayyah menyiksanya
Perut ditindih batu sebesar domba jantan di terik ganas
matahari
Kulit Bilal terkelupas
Nafas tersengal-sengal
Penglihatan gelap
Tenggorokan kering
Nama Tuhan
Ia kuduskan
“Ahad…Ahad…Ahad…
Engkau Tuhanku yang Esa”
Bilal memejamkan mata
“Umayyah
Besok hari pembalasanku
Momen paling celaka bagi hidupmu”
Wajah Bilal digempur amarah
Dari langit tercurah tetes-tetes hujan
Bilal terlelap di sisi tenda sang Maharasul
Penantian tiba
Bilal melabrak pemuja berhala
Ia menyusuri medan perang
Mencari Umayyah
Bilal melihat
Sosok itu masih angkuh di tengah kehinaan pasukan paganisme
“Umayyah
Dendamku ingin kuakhiri
Serahkan nyawamu
Badar lapangan sempit bagi pedangku
Di hatimu
Rasa takut membuat Badar seluas angkasa
Kau mustahil lari
Pedangku merindukan darahmu”
Umayyah gusar
“Budak terkutuk berkali-kali!”
Bilal maju
Bagai singa menerjang kijang
“Umayyah
Sepotong hidupku kau rampas
Kau menodai kehormatanku sebagai manusia”
Pedang Bilal menusuk jantung Umayyah
“Ini harga bagi kecongkakanmu memandang warna
kulit manusia”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar