Senin, 28 Januari 2013

Ilmu dan Teknologi

Ilmu dan Teknologi
Mitos Masa Depan
Pembangunan Bangsa
Oleh Abdul Haris Booegies

      Bumi, terpilih sebagai “Planet of the Year” untuk tahun 1988. Mengapa mesti planet biru ini memperoleh kehormatan dari majalah paling bergengsi Amerika Serikat, Time? Ada dua indikasi yang menyentuh sampai planet ini disorot. Alasan pertama karena Bumi yang telah dihuni lebih lima miliar anak manusia, makin mencemaskan. Pada abad mendatang, jumlahnya diramalkan berlipat dua mencapai 90 persen. Mereka menumpuk di negara-negara berkembang yang miskin.
      Laju pertumbuhan penduduk tercepat selama tiga puluh tahun ke depan akan dialami bangsa-bangsa Afrika. Kenya bakal melonjak dari 23 juta jiwa menjadi 97 juta jiwa. Sedangkan Nigeria akan meningkat tajam, dari 112 juta jiwa menjadi 274 juta jiwa.
      Ironis, karena penghuni Bumi yang terbagi oleh perbedaan bangsa, negara, agama (ideologi) serta posisi dalam waktu, terbelah dalam tiga kelompok. Pertama, manusia zaman silam. Jumlahnya, sekitar 70 persen dari segenap umat manusia. Golongan ini menggantungkan hidup dari perburuan dan pertanian. Kedua, manusia masa kini. Jumlahnya ditaksir 24 persen. Kelompok ini dianggap sebagai masyarakat industrial yang menjalani kehidupan modern. Mereka dibentuk oleh mekanisme serta pendidikan massa. Ketiga, manusia masa depan. Jumlahnya kira-kira tiga persen. Manusia yang sudah menjalani kehidupan masa depan itu, terlihat pada pusat-pusat utama perubahan teknologi dan budaya di Santa Monica, California, Cambridge, Massachusetts, New York, Chicago, Dallas, Paris, Frankfurt, London serta Tokyo. Ihwal ini sebagaimana diungkap futurolog keturunan Yahudi-Polandia, Alvin Toffler dalam buku Kejutan Masa Depan (Future Shock).
      Meski merupakan persentase kecil dari penduduk Bumi sekarang, namun, manusia masa depan telah menjadi suatu bangsa internasional (international nation). Mereka dinilai sebagai agen kemajuan umat manusia, warga negara dini masyarakat dunia superindustrial.
      Indikasi kedua mengapa Bumi menjadi pilihan untuk dibicarakan karena filter Bumi kian memprihatinkan. Lapisan ozon yang terbentuk dari diatonik oksigen (02) di atmosfir Bumi, makin menipis akibat gas chlorofluorokarbon (CFC). Menurut Sherwood dan Rowland, pakar kimia dari Universitas California Amerika, bahwa kadar CFC di atmosfir tahun 1974 adalah 1,8 bagian per miliar (ppb). Kini, kadar CFC sudah 3,5 ppb. Di akhir 1989, bakal menjadi 5 ppb.
      CFC yang kian mencemari atmosfir tersebut akhirnya merobek ozon yang berfungsi menyerap ultraviolet serta radiasi inframerah, penentu struktur temperatur atmosfir. Ulah CFC ini bukan cuma mencemaskan para ilmuwan dan pencinta lingkungan, tetapi, juga politisi. Bahkan, seniman ikut gusar. Demi mengatasi efek negatif CFC, masyarakat internasional akhirnya bersidang di Montreal, Kanada, pada 1987. Pertemuan itu menghasilkan Protokol Montreal, yang berperan sebagai perangkat hukum penting guna mengatur ozon.
      Kegaduhan oleh ledakan penduduk yang diperkirakan mencapai delapan miliar di tahun 2020. Disusul kengerian atas rusaknya ozon, telah menyeret para ilmuwan agar menemukan ilmu pamungkas. Hingga, umat manusia tidak menjadi nisan bagi kuburnya sendiri. Selain itu, tak kepanasan di tengah banjir lantaran Kutub Utara serta Kutub Selatan mencair.
      Keandalan berpikir manusia yang sistematis, analitis, mendalam dan jangka panjang, berhasil menghasilkan ilmu. Ilmu melahirkan teknologi, cara-cara ilmiah untuk menghasilkan barang maupun jasa. Teknologi merupakan pilihan tepat yang mampu membangun peradaban manusia. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebab, terkandung dalam diri serta cara-cara hidup dalam masyarakat. Sekalipun teknologi tergantung pada lingkungan, namun, tak tergolong universal.
      Di samping dipengaruhi lingkungan fisik seperti geografi dan lingkungan biotik, ilmu serta teknologi dipengaruhi pula budaya, termasuk kondisi sosial, ekonomi, politik dan agama. Ilmu serta teknologi tumbuh dan berkembang pesat, melebihi daya serap otak manusia yang punya sistem memori berupa tahap rekaman, penyimpanan serta penggunaan. Biarpun begitu, akal mustahil bisa memahami seluruh produk ilmu dan teknologi. Kendati sudah dipakai atau menjadi obyek. Manusia pada hakikatnya terfragmentasi dengan ilmu. Arkian, tidak utuh lagi. Demikian juga alam lingkungan.
      Kemajuan teknologi, lantas menimbulkan lecutan-lecutan mengejutkan ke berbagai bidang ilmu serta teknologi. Dalam tiga puluh tahun saja, telah berlalu beberapa generasi komputer. Pertama, teknologi tabung hampa, disusul teknologi transistor. Kemudian muncul chip berupa LSI. Inilah yang sekarang diaplikasikan dalam komputer.
      Era mendatang, ilmu dan teknologi makin sarat dengan ”kebingungan” yang berseliweran. Istilah-istilah semacam technotronic, masyarakat teknokrasi, teknostruktur dalam masyarakat post-industri serta tentang kultus teknologi, akan akrab di telinga. Masa depan, jelas penuh shock, ketidakpastian dan kecemasan karena lingkungan yang begitu gesit berubah.
      Percepatan yang menjadi ciri masyarakat Gelombang Ketiga (The Third Wave) di era Informasi abad Ruang Angkasa, akhirnya mengilhami beberapa futurolog dengan gagasan-gagasan bombastis. Kolumnis asal Swiss, Henri Frederic Amiel menyimpulkan empat dimensi berkat kemajuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang kian konsumtif. Keempat persepsi tersebut yakni (1) kegunaan menggeser keindahan, (2) industri menghapus seni, (3) politik ekonomi mengubur agama, (4) ilmu hitung menelan puisi.
      Ilmu serta teknologi sebagai jasa yang meringankan kerja manusia tiada lain sebuah wujud yang memberi keseimbangan hidup. Kemajuan teknologi memberi angin segar dalam kehidupan. Maklum, membentuk kualitas diri buat menjangkau masa depan yang sarat kejutan dan penuh ketidakpastian. Bukan hal muskil jika para ilmuwan meramal bahwa sekitar tahun 2050, bakal diadakan Olimpiade Antarplanet pertama di Armstrong, Ibu Kota Bulan. Ada pula Astropolis, kota ruang angkasa pertama. Bandar ini akan diresmikan sebagai kota pengekspor listrik serta produksi-produksi ruang angkasa. Manusia malahan dapat berkomunikasi lewat telepon dengan roh orang mati yang beratnya 200 gram.
      Mengingat pentingnya ilmu dan teknologi di masa datang, maka, produk yang tercipta dari kedalaman serta kejernihan kreativitas berpikir itu, harus “disetubuhi” sampai tak menimbulkan keruwetan dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi mesti dirangkul, dipeluk serta dicumbu untuk menghalau penderitaan Bumi bersama isinya.
      Patut diduga keras bahwa hanya ilmu dan teknologi yang bisa menyingkirkan 30 juta anak yang hidup di jalan-jalan di kota- kota Dunia Ketiga. Lebih dari itu, ilmu serta teknologi diharap sanggup mengikis 50 persen penduduk kota-kota Dunia Ketiga yang bermukim di daerah buruk (slums). Pasalnya, mampu menghasilkan produk pangan, sandang, pangan dan energi yang memadai. Hasil ini, tentu dapat pula mengurangi angka 50 ribu orang, sebagian besar anak-anak yang meninggal saban hari gara-gara penyakit yang berkaitan dengan lingkungan buruk.
      Manusia masa depan jelas dihadapkan pada perkara pelik yang banyak variatifnya. Alhasil, keragaman kondisi guna mengatasi masalah manusia masa depan, membutuhkan keuletan seleksi informasi, analisis informasi serta pengambilan keputusan serba cepat dan tepat. Dengan demikian, pendidikan harus bisa mengajarkan solusi.
      Di Amerika Serikat, pengembangan suku cadang untuk manusia sudah pula digalakkan. Ratusan warga Amerika menyatakan memperoleh manfaat besar berkat pengembangan suku cadang tersebut lewat operasi serta percobaan-percobaan medis. Semua dilakukan oleh dokter, peneliti dan pakar biologi. “Kita sedang menuju ke arah keandalan untuk mengganti hampir tiap organ serta tulang dalam tubuh dengan buatan manusia”, kata Donald E. O’Neill, wakil presiden perusahaan farmasi Warner-Lambert Company.
      Manusia masa depan yang hidup di era informasi dan zaman robot sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor supraorganis. Mereka pun terkait dengan ikhtiar-ikhtiar pembangunan. Di abad supermutakhir itu, yang dipandang sebagai “final” dari kreativitas manusia, pembangunan telah disusupi alam lingkungan seperti pertanian, pertambangan, industri, konsentrasi perumahan, jaringan lalu lintas yang makin luas, cepat serta padat. Selain itu, peningkatan kesehatan masyarakat. Kemudian pembangunan pertahanan dan persenjataan. Di samping faktor tersebut, juga kemajuan kedokteran, pemakaian zat-zat sintesis, algeni serta penyelidikan samudera dan angkasa teramat mempengaruhi evolusi manusia.
      Kemajuan ilmu serta teknologi di masa depan memungkinkan pula pembuatan manusia photocopy. Temuan-temuan baru di bidang biologi, biokimia, mikrobiologi dan genetika, sudah melebarkan alternatif terhadap manusia photocopy itu. Para pakar bioteknologi tidak rumit lagi mengutak-atik rekayasa genetik via teknik DNA-Rekombinan. Hatta, manusia cacat enteng “direparasi” dengan mengganti alat tubuhnya. Hingga, muncul “species baru”, manusia bionic (biology electronic). Impian perihal Steve Austin (The Six Million Dollar Man) pun jadi nyata. Herkules modern telah lahir yang kekuatannya bukan berasal dari dewa, melainkan perkembangan teknologi.
      Di Eropa, Amerika serta Uni Soviet, kini dibangun reaktor nuklir fusi “Tokamak”, yang dapat menyediakan banyak energi bagi masyarakat di masa datang. “Tokamak” bisa menghasilkan medan magnet sangat kuat dalam ruang reaksi demi membakar atom-atom deuterium dan tritium yang memproduksi panas serta sinar.
      Hasil-hasil teknologi inilah yang sanggup membangun masyarakat masa depan. Soalnya, keluhan dan kengerian mampu diatasi cuma dengan “menyetubuhi” ilmu serta teknologi. Negara-negara maju semacam Amerika, Perancis, Jerman, Kanada, Inggris, Italia dan Jepang, tak terlalu pusing dengan masyarakatnya. Sebab, ilmu dan teknologi yang mereka miliki sanggup menjawab tantangan lapangan kerja serta kekurangan gizi. Jadi, mitos ilmu dan teknologi, yang punya kebenaran ideal sekaligus memiliki dimensi serta kekuatan normatif guna mengatur dan mempersatukan masyarakat, mesti dihidupkan di tiap lembah mana saja di dunia ini. Walhasil, kedamaian serta kesejahteraan senantiasa menaungi penduduk Bumi yang kian melonjak dan bergolak.

(Pedoman Rakyat, Jumat, 2 Februari 1990)











































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People