Minggu, 06 Januari 2013

Bom Waktu Moammar Khadafi

Bom Waktu
Sang Moammar Khadafi

Oleh Abdul Haris Booegies

     Moammar Mohammad al-Khadafi, tiba-tiba mengentak nurani dengan hasratnya untuk mengangkat diri sebagai Khalifah Muslim “Fundamentalis dan Ekstrimis” di dunia Islam. Niat pengangkatannya diucapkan dalam pidato Idul Fitri di Tripoli pada 4 April 1992. Pernyataan itu merupakan imbauan kepada Dunia Arab yang selama ini lemah menghadapi Dunia Barat. Apalagi, Khadafi sekarang di ambang serangan Amerika, Inggris dan Perancis sehubungan tuduhan peledakan dua pesawat komersial. Ancaman tiga anggota tetap Dewan Keamanan PBB itu membuat Khadafi menyeru kaum Muslim untuk “mengasah pedang” menyambut serangan pihak Barat.
      Kejutan Khadafi untuk tampil sebagai “Khalifah umat Islam” adalah bagian dari sensasi pribadinya yang susul-menyusul berkepanjangan. Ia, misalnya, lebih suka hidup dalam kemah di barak militer ketimbang tinggal di gedung serba mutakhir. Pada September 1989, di Kedutaan Besar Libya di Beograd, Yugoslavia, ia memasang tenda serta mendatangkan enam unta. Sebab, Khadafi ogah menginap di hotel seperti peserta KTT Non Blok lainnya. Sedangkan unta dihadirkan untuk menyenangkan Khadafi yang doyan minum susu segar unta.
     Dalam konferensi puncak kepala negara Liga Arab, Khadafi pernah memakai sarung tangan untuk tangan kanannya. Hal itu dilakukan bukan untuk menyaingi aksi Michael Jackson di konser Victory. Ia rupanya tak sudi berjabat tangan dengan kepala pemerintahan yang pernah bersalaman dengan orang Israel.
      Tukang kepruk (bodyguard) Khadafi pun terdiri dari wanita muda nan cantik. Penampilan itu membuat Khadafi makin macho (jantan). Dalam soal busana, ia termasuk keren dan modis. Pasalnya, selalu mengikuti mode terbaru. Pakaiannya nyaris tak pernah sama di berbagai pertemuan. Dalam masalah perempuan, Khadafi sempat diisukan bakal menikahi Nabila, putri Adnan Khashoggi.
      Khadafi yang unik, pernah menyurat kepada Ronald Reagan bahwa suku Indian Amerika itu keturunan Libya. Ia juga mengaku menemukan bukti kalau sastrawan Inggris William Shakespeare asli Arab. Nama sebenarnya penulis roman Romeo and Juliet itu ialah Sheikh Zubair. Bahkan, negarawan itu mengakui kata democracy bukan bahasa Yunani kuno, namun bahasa Arab. Demo dari daimomah (pemerintahan). Sedangkan cracy dari krasi (kursi).
      Energi perilaku Khadafi yang paling menggegerkan adalah saat mengutus Abdul Salam Jalloud, tangan kanannya untuk menemui Perdana Menteri Cina, Chou En Lai. Tujuannya ingin membeli perlengkapan nuklir. Ini akibat Israel berhasil memiliki senjata nuklir. Hasratnya tidak bersambut. Selain Cina, juga Uni Soviet (ketika itu), menolak Khadafi.
      Kegemparan lain anak gurun itu saat ia diberitakan sebagai nabi. Gosip tersebut bermula dari wartawati Italia, Myrila Bianco yang menulis buku: “Khadafi, Rasul Padang Pasir”.
Sosok yang banyak omong serta penuh gaya itu, sempat pula menjengkelkan Anwar Sadat. Hingga, Khadafi disebutnya manusia yang “100 persen gila”. Sadat juga menggelari Presiden Libya itu dengan al-walad al-majnun (anak edan). Sedangkan Reagan menjuluki Khadafi sebagai “anjing gila dari Timur Tengah”.
      Khadafi balik menyebut Ronbo (paduan Ronald-Rambo) itu sebagai “setan gila”. Ketika Libya dituding biang terorisme, Khadafi pun menunjuk jika Amerika sebenarnya negara teroris nomor satu di dunia.
      Pribadi keras maupun sifat ugal-ugalan Khadafi, diikuti pula sikap low profile. Tatkala ia mau dikucilkan oleh Reagan dari dunia internasional, Khadafi ternyata menunggu kedatangan Presiden Amerika itu ke kemahnya di Libya. Undangan ramah tersebut disampaikan Khadafi kepada lima wartawati yang mewawancarainya di awal Januari 1986. Elemen serupa terjadi untuk masalah Lockerbie yang alot. Ia bersedia menemui George Bush supaya perselisihan antara kedua pihak dapat diselesaikan. Niat Khadafi, yang diberitakan al-Ittihad, koran Uni Emirat Arab pada 31 Maret 1992, tidak ditanggapi positif oleh Amerika.
      Tradisi plin-plan tersebut, sering memusingkan orang untuk menebak Khadafi. Hal itu pula yang selalu menggetarkan banyak kepala negara di muka bumi ini.

Sang Colonel in Action
      Khadafi lahir pada 21 Juni 1949 kala Komando Tentara Poros Ervin Rommel dengan Divisi Panser Nazi Jerman memukul mundur Brigade ke-8 tentara sekutu di Kota Sirte, dekat Tobruk, Libya Utara. Di padang pasir sebelah selatan Kota Sirte, dalam sebuah tenda besar di pemukiman Badui, tangis Khadafi melengking. Ayahnya, Mohammad Abdel Salam bin Hammed alias Abu Meniar (bapak belati), memberi nama Moammar yang artinya “ia yang membangun”.
      Ibunya bernama Aisha. Orangtua Khadafi berasal dari suku Khadafi (Berber) yang taat pada ajaran Islam. Khadafi merupakan satu-satunya anak lelaki dari empat bersaudara.
      Khadafi sudah membicarakan revolusi di usia 14 tahun. Kemudian menggerakkan demonstrasi pro Nasser dan anti Israel di Libya. Umur 18 tahun, ia membentuk kelompok rahasia yang bertujuan mencopot Raja Idris, yang dilihatnya cuma boneka Inggris. Semangat keislamannya yang diwarnai aliran Sanusiyah telah membentuk pribadinya sebagai pemuda yang anti Barat.
      Khadafi menyelesaikan pendidikan Islam secara tradisional di sekolah dasar di Fezzan. Di sekolah menengah di Musurata, ia dikeluarkan gara-gara kegiatan politik. Pada 1962, Khadafi belajar sejarah di Universitas Libya. Sesudah berhenti kuliah, ia masuk di Akademi Militer Kerajaan. Kemudian diangkat menjadi letnan dua dalam Korps Sinyal pada 1965. Prestasinya yang cemerlang mengantar Khadafi ke sekolah militer di Beaconsfield, Inggris. Di sana, selama enam bulan ia menggeluti bidang telekomunikasi. Pulang ke Tripoli, Khadafi segera terkenal sebagai opsir muda yang berwatak keras. Apalagi, ia jauh dari aroma alkohol serta petualangan seks.
      Obsesinya untuk mendongkel Raja Idris kembali menggebu. Di tengah malam menjelang September 1969, beberapa perwira Libya yang menamakan diri Persatuan Perwira Merdeka (Free Unionist Officers), meninggalkan barak di tengah Kota Tripoli. Kelompok itu dipimpin Khadafi yang pangkatnya kapten satuan sandi. Pukul tujuh pagi, mereka menguasai tempat strategis dan menahan anggota kerajaan.
      Junta militer yang mengakhiri kekuasaan monarki Raja Idris itu mencatat beberapa kesuksesan. Polisi serta tentara kerajaan yang masing-masing beranggotakan 20.000 dan 7.000 orang tidak berkutik. Jumlah orang yang ditawan pun relatif sedikit. Bahkan, tak ada laporan mengenai pertumpahan darah.
      Khadafi lalu mengumurnkan Republik Arab Libya (al-Jamahiriyah al-Arabiya al-Libya as-Shabiya al-Ishtirakiya atau Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriya) sebagai negara non-blok, sosialis, antirasialisme serta berpegang pada al-Qur’an.
      Di negara baru yang bertipe Sosialis Islam Arab itu, semua tempat maksiat ditutup. Pemeliharaan istana-istana raja juga dihentikan. Kudeta tak berdarah itu menempatkan pula Khadafi sebagai kepala negara termuda di dunia.
      Makar terjadi, saat Raja Idris sedang berobat ke Turki serta Yunani. Sesudah mendengar ada revolusi di negerinya, Raja Idris yang sudah lapuk dikikis usia menyatakan turun tahta. Ia menolak pulang ke istananya. Mantan penguasa Libya itu akhirnya hidup dalam pengasingannya di Mesir. Mei 1983, ia wafat di Negeri 1000 Piramida tersebut dalam umur 93 tahun.
      Keberhasilan junta militer yang dilancarkan Khadafi memperoleh dukungan luas. Maklum, rakyat sudah berabad-abad dibelenggu keterbelakangan di bawah penjajahan Spanyol, Amerika, Malta, Perancis, Jerman, Turki, Italia serta Inggris. Untuk meremajakan Libya, Khadafi melakukan pembenahan dalam pemerintahan secara cermat. Semboyannya ialah “membangun sosialisme yang berdasarkan al-Qur’an”.
      Dua hari sesudah kudeta, Khadafi mendirikan Jam’iyah ad-Da’wah al-Islamiyah (Masyarakat Dakwah Islam). Lalu Khadafi menaikkan pangkatnya menjadi kolonel. Ia memperoleh pula kedudukan sebagai Ketua Dewan Revolusioner. Khadafi juga mengambil jabatan Panglima Angkatan Bersenjata. Pada 1976, jenjang kemiliterannya dinaikkan menjadi mayor jenderal, tetapi, ia lebih suka dengan pangkat kolonel.
      Setahun berikutnya, Khadafi menjadi Presiden Libya. Putra padang pasir dari suku Berber yang pangkat kaptennya tertunda karena pernah berselisih dengan atasannya itu, akhirnya menjadi orang nomor satu Libya.

Sang Filsuf Revolusioner
      Libya pernah menjadi bagian Kerajaan Ottoman yang membentang dari Asia, Timur Tengah, Afrika Utara dan Eropa. Kerajaan ini akhirnya jatuh ke tangan imperealis Barat sesudah kekalahan Turki Usmani. Pada 29 September 1911, Italia memaklumkan perang terhadap Turki.
      Pada 5 Oktober 1911, tentara Italia menjejakkan kaki di Tripoli. Libya kemudian diserahkan oleh Turki ke Italia. Saat itu, 250.000 rakyat Libya dibunuh.
      Ketika Perang Dunia II berkecamuk, Italia serta Jerman bersekutu. Pada 1943, Jerman kalah oleh pasukan sekutu. Tentara Inggris pun akhirnya masuk ke Libya seraya membentuk Pemerintah Militer.
Sesudah Perang Dunia II reda pada 1946, maka, Amerika, Inggris, Perancis dan Rusia berunding di Paris untuk menentukan nasib Libya. 21 November 1946, PBB mengeluarkan resolusi agar Libya dimerdekakan. 24 Desember 1951, Libya menjadi kerajaan konstitusional.
      Pemimpin Gerakan Perjuangan Sanusi, Mohammad Idris al-Mahdi as-Senussi dinobatkan rakyat sebagai raja. Penguasa Libya ini adalah cucu Muhammad ibn Ali as-Sanusi, penyebar mazhab Sanusiyah di Libya pada masa kekuasaan Turki Usmani.
      Raja Idris yang disokong Amerika serta Inggris, ternyata menjadikan Libya sebuah kerajaan sahara yang korup. Birokrasi dan lembaga sekuriti yang tidak efisien tumbuh subur. Ketidakstabilan negeri yang dikaruniai emas hitam (minyak) itu, lalu memicu Khadafi menggelar makar. Pribadi keras Khadafi untuk merebut kekuasaan, merupakan tempaan masa silam yang diselimuti nafas perjuangan. Apalagi, pengorbanan keluarga Khadafi yang anti-kolonial sangat mahal. Pamannya pernah meringkuk di penjara kaum penjajah. Bahkan, kakeknya gugur dalam pertempuran melawan pasukan Italia.
      Khadafi dalam memegang tampuk kekuasaan, tak gentar memberlakukan tangan besi. Ia termasuk pemimpin radikal, yang tidak segan menggunakan kekerasan. Akibatnya, intelektual Libya sering menentang kebijakannya. Tentu saja, itu dianggap sebagai pembangkangan oleh Khadafi. Hingga, ia bertindak tegas terhadap mereka. Kaki-tangan Khadafi akan mengejar mereka untuk dihukum atas pembangkangannya.
      Pada akhirnya, revolusi dan kepemimpinan Khadafi banyak dipengaruhi pandangan politik Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Di benaknya, Nasser adalah tokoh idola serta bapak rohani yang telah berhasil mengangkat citra bangsa Arab, yang sudah lama diinjak-injak Eropa dan Amerila. Selain Nasser, juga Nabi Muhammad merasuk dalam sukma Khadafi. Arkian, Presiden Libya itu mempersembahkan filosofinya berupa “Teori Universal Ketiga” (Fin Nazaariyyah as-Saalisah).
      Konsep itu termuat dalam karya Khadafi di Buku Hijau yang terdiri tiga jilid (Pemecahan Masalah Demokrasi, Pemecahan Masalah Ekonomi, Basis Sosial Teori Universal Ketiga). Buku hijau itu mirip manifesto politik.
      “Teori Universal Ketiga” merupakan pilihan lain sesudah kapitalisme, yang disebutnya menindas. Sementara komunisme dianggapnya tidak bertuhan. Kapitalisme serta komunisme tak mampu menjawab tantangan zaman. Saripati teori itu adalah kebebasan individu. Khadafi menamakannya Sosialisme Islam. Pasalnya, konsep itu menjadi garis tengah antara sosialisme Islam. Dengan demikian, konsep itu menjadi garis tengah antara komunisme dan kapitalisme. Sekalipun memberondong komunisme serta kapitalisme, namun, alur gagasan Khadafi dalam buku tersebut masih mencerminkan pikiran Karl Marx dan G.W.F. Hegel.
      Keandalan mengolah renungan, membuat rakyatnya menggelari Khadafi sebagai filsuf revolusioner yang mentransfer ilmunya ke panggung politik. Khadafi kemudian menggali pula akar sejarah bangsanya. Hingga, lahir ideologi jamahiriya.
      Dalam “Revolusi Kebudayaan” yang dilancarkan pada April 1973, Khadafi menghimbau rakyatnya untuk menjauhi semua orang yang mempropagandakan ateisme, komunisme atau kapitalisme. Ia menyerukan pula agar memberantas korupsi serta birokrasi.
      Pada 24 Februari 1979, Khadafi menegaskan di depan mahasiswa Universitas Tripoli bahwa jihad mutlak digunakan untuk melawan eksploitasi dan feodalisme. Melalui “Revolusi Kebudayaan”, ia memperkenalkan pula konsep Jamahiriya sebagai kombinasi antara Islam, nasionalisme Arab serta kebudayaan Badui. Jamahiriya dianggap pula sebagai modernisasi ajaran Sanusiyah yang sudah mengakar dalam masyarakat Libya.

Sang Teroris Humanis
      Di mata Amerika, Khadafi adalah dalang dan penasehat terorisme internasional. Ia dianggap manusia barbar serta orang paling berbahaya di planet bumi. Dosa Khadafi bagi Amerika teramat banyak bagai pasir. Ia, misalnya, membantu al-Fatah Palestina dan pejuang Muslim Moro di Filipina Selatan. Kemudian tentara IRA di Irlandia Utara, pengacau di Muangthai Selatan, pemberontak Polisario yang ingin mendirikan negara di Sahara Barat serta kelompok pembangkang di Aljazair, ikut pula dibantunya.
      Khadafi pun turut menopang Front Pembebasan Eritrea di Ethiopia dan gerilyawan Tunisia di masa pemerintahan Habib Borguiba. Di Sudan, ia membiayai penentang Presiden Jaafar Nimeiry. Proyek nuklir Pakistan juga mendapat bantuan Libya. Selain itu, Nikaragua menerima pula persenjataan Khadafi. Bahkan, ia mengirim 5.000 tentara Libya ke Chad untuk menumbangkan Presiden Hissene Habre. Saat Idi Amin terjungkal, Khadafi pun mengulurkan pertolongan seraya berusaha menggulingkan Presiden Milton Obote.
      Daftar dosa Khadafi kian membengkak sesudah Amerika, Inggris serta Perancis menuduh Libya sebagai otak dibalik peledakan pesawat Boeing 747 Pan Am 103 dan DC-10 milik penerbangan Perancis UTA 772.
      Kaitan antara pemboman pesawat sipil Pan Am (21 Desember 1988) serta UTA (19 September 1989), ditemukan pada 1991. Bermula ketika polisi Perancis yang bekerjasama dengan Pemerintah Kongo mendapat bukti bahwa peledakan pesawat UTA di Gurun Tenera, Nigeria, merupakan rancangan Libya untuk melumatkan pesawat komersial Amerika. Scotland Yard juga menemukan bila ada persamaan kepingan detonator pada puing-puing pesawat Pan Am dan di reruntuhan pesawat UTA.
      Detonator serupa berhasil disita dari dua agen Libya di Senegal awal 1988. Sejak itu, Abdel Basset Ali Meghari serta Lamen Khalifa Fhimah dilacak sebagai tersangka.
      Hasil penyelidikan mengungkap kalau Beghari dan Fhimah adalah anggota dinas intelijen Libya, Jawahira. Desas-desus berhembus jika bahan peledak untuk meremukkan Pan Am serta UTA diperoleh dari Frank Terpil, mantan anggota badan intelijen Amerika. Terpil akrab dengan Ahmed Gaddaf Addam, keponakan Khadafi yang sekarang Duta Besar Mesir. Kini, Terpil diperkirakan bermukim di Filipina, Malaysia atau Thailand.
      Tuduhan bahwa Libya mendalangi peledakan dua pesawat yang merenggut 441 jiwa itu, disangkal Khadafi. Pemimpin tertinggi Libya itu kemudian menyerahkan kasus tersebut ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Walau begitu, Amerika, Inggris serta Perancis tidak puas. Hingga, 31 Maret 1992, lahir resolusi No. 748 yang efektif berlaku pada 15 April 1992.
      Revolusi itu mengimbau segenap negara supaya menghentikan seluruh kegiatan penerbangan sipil dari dan ke Libya. Kemudian membatasi kegiatan kantor maskapai penerbangan Libya. Selain diharuskan agar tidak melayani penjualan suku cadang pesawat-pesawat kepada Libya, juga diinginkan adanya pembatasan jumlah personel serta kegiatan misi diplomat Libya. Lalu tidak dibolehkan melakukan transaksi penjualan senjata. Bahkan, menolak atau mengusir warga Libya yang sedang berada di negara-negara anggota PBB.
      Arnerika, Inggris dan Perancis yang mensponsori resolusi itu, juga dikenal sebagai motor utama yang mengeluarkan 12 resolusi untuk menekan Irak dalam krisis Teluk. Sepuluh pendukung resolusi untuk menghukum Libya terdiri dari empat anggota tetap DK PBB (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia) serta enam anggota tidak tetap DK PBB (Australia, Belgia, Ekuador, Hungaria, Jepang, Venezuela). Sedangkan yang abstain ialah Cina, India, Maroko, Cape Verde dan Zimbabwe. Lima negara berkembang itu tidak mendukung sanksi terhadap Libya karena mereka tidak yakin atas bukti bahwa Libya berada di balik pemboman Pan Am serta UTA.
      Dalam tapak perjalanan sejarah, hubungan Libya dengan Amerika dan Inggris selalu tegang sejak Khadafi tampil sebagai penguasa. Sebab, pada Maret 1970, pasukan Inggris diusirnya dari pangkalan Tobruk serta el-Adem. Tiga bulan kemudian, pangkalan Wheelus milik Amerika di Libya ditutup. Pangkalan itu merupakan yang terbesar kepunyaan Amerika di luar negeri sesudah pangkalan Subic di Filipina. Khadafi kemudian menyita harta dan memulangkan 25.000 pemukim Yahudi serta Italia di Libya.
      Dosa awal Libya itulah yang kini menjadi “dendam Barat dendam sejarah” bagi Amerika dan Inggris. Hingga, kedua negara itu saling membantu menyerang Libya. Akibatnya, negeri Massdom tersebut pernah dilibas Amerika secara brutal. Ketika itu, 18 pesawat pembom F-111 Amerika mengudara dari Inggris menuju Libya pada 14 April 1986. Pembom taktis F-11 itu lalu dibantu sejumlah pesawat tempur model FA-18 A7 serta A-8E dari kapal induk Coral Sea milik Amerika untuk menyerang Tripoli serta Benghazi. Kekuatan udara tersebut diberi Sandi El Dorado Canyon (Lembah El Dorado).
      Aneka bom seberat 226-906 kilogram kemudian menghajar pelabuhan Sidi Bilal, markas tentara bandara Tripoli, pangkalan udara militer Benina, barak al-Azziziyah dan barak al-Juhahiriya. Serangan itu menewaskan 37 orang serta 93 lainnya cedera. Amerika dalam misi yang menggunakan dua kapal induk kapal perang, 155 pesawat tempur dan 14.700 pasukan itu, cuma kehilangan satu pesawat F-111.
      Kini, manusia sejuta langkah tersebut kembali dibidik Amerika. Ia diwajibkan menyerahkan dua warganya yang dituduh teroris. Masalahnya, kedaulatan Libya serta kharisma Khadafi, bukan tirai yang mudah dikoyak. Desir darah para pengembara Badui yang tersohor, telah terpatri dalam diri Khadafi. Arkian, ledakan bom waktu pada 15 April 1992 yang bakal mengintainya, sangat sulit menciutkan nyalinya. Ulah Khadafi rupanya lebih menggetarkan nyali ketimbang resolusi-resolusi PBB yang didominasi Barat. Sebab, kejutannya melebihi superstar apa saja di jagat ini. Ia seorang megastar yang diapit predikat teroris maupun humanis. Sebab, keangkerannya membongkar ketidakadilan dunia, diimbangi pula ide berupa sosialisme Islam, yang akrab mendekap orang-orang tertindas.

(Fajar, Rabu, 15 April 1992)

Artikel ini menggunakan nama samaran “Cenning Rara”




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People