Bom
Waktu
Sang
Moammar Khadafi
Oleh Abdul
Haris Booegies
Moammar Mohammad al-Khadafi,
tiba-tiba mengentak nurani dengan hasratnya untuk mengangkat diri
sebagai Khalifah Muslim “Fundamentalis dan Ekstrimis” di dunia
Islam. Niat pengangkatannya diucapkan dalam pidato Idul Fitri di
Tripoli pada 4 April 1992. Pernyataan itu merupakan imbauan kepada
Dunia Arab yang selama ini lemah menghadapi Dunia Barat. Apalagi,
Khadafi sekarang di ambang serangan Amerika, Inggris dan Perancis
sehubungan tuduhan peledakan dua pesawat komersial. Ancaman tiga
anggota tetap Dewan Keamanan PBB itu membuat Khadafi menyeru kaum
Muslim untuk “mengasah pedang” menyambut serangan pihak Barat.
Kejutan Khadafi untuk tampil
sebagai “Khalifah umat Islam” adalah bagian dari sensasi
pribadinya yang susul-menyusul berkepanjangan. Ia, misalnya, lebih
suka hidup dalam kemah di barak militer ketimbang tinggal di gedung
serba mutakhir. Pada September 1989, di Kedutaan Besar Libya di
Beograd, Yugoslavia, ia memasang tenda serta mendatangkan enam unta.
Sebab, Khadafi ogah menginap di hotel seperti peserta KTT Non Blok
lainnya. Sedangkan unta dihadirkan untuk menyenangkan Khadafi yang
doyan minum susu segar unta.
Dalam konferensi puncak kepala
negara Liga Arab, Khadafi pernah memakai sarung tangan untuk tangan
kanannya. Hal itu dilakukan bukan untuk menyaingi aksi Michael
Jackson di konser Victory. Ia rupanya tak sudi berjabat tangan
dengan kepala pemerintahan yang pernah bersalaman dengan orang
Israel.
Tukang kepruk (bodyguard)
Khadafi pun terdiri dari wanita muda nan cantik. Penampilan itu
membuat Khadafi makin macho (jantan). Dalam soal busana, ia
termasuk keren dan modis. Pasalnya, selalu mengikuti mode terbaru.
Pakaiannya nyaris tak pernah sama di berbagai pertemuan. Dalam
masalah perempuan, Khadafi sempat diisukan bakal menikahi Nabila,
putri Adnan Khashoggi.
Khadafi yang unik, pernah menyurat
kepada Ronald Reagan bahwa suku Indian Amerika itu keturunan Libya.
Ia juga mengaku menemukan bukti kalau sastrawan Inggris William
Shakespeare asli Arab. Nama sebenarnya penulis roman Romeo and
Juliet itu ialah Sheikh Zubair. Bahkan, negarawan itu mengakui
kata democracy bukan bahasa Yunani kuno, namun bahasa Arab.
Demo dari daimomah (pemerintahan). Sedangkan cracy
dari krasi (kursi).
Energi perilaku Khadafi yang
paling menggegerkan adalah saat mengutus Abdul Salam Jalloud, tangan
kanannya untuk menemui Perdana Menteri Cina, Chou En Lai. Tujuannya
ingin membeli perlengkapan nuklir. Ini akibat Israel berhasil
memiliki senjata nuklir. Hasratnya tidak bersambut. Selain Cina,
juga Uni Soviet (ketika itu), menolak Khadafi.
Kegemparan lain anak gurun itu
saat ia diberitakan sebagai nabi. Gosip tersebut bermula dari
wartawati Italia, Myrila Bianco yang menulis buku: “Khadafi, Rasul
Padang Pasir”.
Sosok yang banyak omong serta
penuh gaya itu, sempat pula menjengkelkan Anwar Sadat. Hingga,
Khadafi disebutnya manusia yang “100 persen gila”. Sadat juga
menggelari Presiden Libya itu dengan al-walad al-majnun (anak
edan). Sedangkan Reagan menjuluki Khadafi sebagai “anjing gila
dari Timur Tengah”.
Khadafi balik menyebut Ronbo
(paduan Ronald-Rambo) itu sebagai “setan gila”. Ketika Libya
dituding biang terorisme, Khadafi pun menunjuk jika Amerika
sebenarnya negara teroris nomor satu di dunia.
Pribadi keras maupun sifat
ugal-ugalan Khadafi, diikuti pula sikap low profile. Tatkala
ia mau dikucilkan oleh Reagan dari dunia internasional, Khadafi
ternyata menunggu kedatangan Presiden Amerika itu ke kemahnya di
Libya. Undangan ramah tersebut disampaikan Khadafi kepada lima
wartawati yang mewawancarainya di awal Januari 1986. Elemen serupa
terjadi untuk masalah Lockerbie yang alot. Ia bersedia
menemui George Bush supaya perselisihan antara kedua pihak dapat
diselesaikan. Niat Khadafi, yang diberitakan al-Ittihad,
koran Uni Emirat Arab pada 31 Maret 1992, tidak ditanggapi positif
oleh Amerika.
Tradisi plin-plan tersebut, sering
memusingkan orang untuk menebak Khadafi. Hal itu pula yang selalu
menggetarkan banyak kepala negara di muka bumi ini.
Sang Colonel in Action
Khadafi lahir pada 21 Juni 1949
kala Komando Tentara Poros Ervin Rommel dengan Divisi Panser Nazi
Jerman memukul mundur Brigade ke-8 tentara sekutu di Kota Sirte,
dekat Tobruk, Libya Utara. Di padang pasir sebelah selatan Kota
Sirte, dalam sebuah tenda besar di pemukiman Badui, tangis Khadafi
melengking. Ayahnya, Mohammad Abdel Salam bin Hammed alias Abu
Meniar (bapak belati), memberi nama Moammar yang artinya “ia yang
membangun”.
Ibunya bernama Aisha. Orangtua
Khadafi berasal dari suku Khadafi (Berber) yang taat pada ajaran
Islam. Khadafi merupakan satu-satunya anak lelaki dari empat
bersaudara.
Khadafi sudah membicarakan
revolusi di usia 14 tahun. Kemudian menggerakkan demonstrasi pro
Nasser dan anti Israel di Libya. Umur 18 tahun, ia membentuk
kelompok rahasia yang bertujuan mencopot Raja Idris, yang dilihatnya
cuma boneka Inggris. Semangat keislamannya yang diwarnai aliran
Sanusiyah telah membentuk pribadinya sebagai pemuda yang anti Barat.
Khadafi menyelesaikan pendidikan
Islam secara tradisional di sekolah dasar di Fezzan. Di sekolah
menengah di Musurata, ia dikeluarkan gara-gara kegiatan politik.
Pada 1962, Khadafi belajar sejarah di Universitas Libya. Sesudah
berhenti kuliah, ia masuk di Akademi Militer Kerajaan. Kemudian
diangkat menjadi letnan dua dalam Korps Sinyal pada 1965.
Prestasinya yang cemerlang mengantar Khadafi ke sekolah militer di
Beaconsfield, Inggris. Di sana, selama enam bulan ia menggeluti
bidang telekomunikasi. Pulang ke Tripoli, Khadafi segera terkenal
sebagai opsir muda yang berwatak keras. Apalagi, ia jauh dari aroma
alkohol serta petualangan seks.
Obsesinya untuk mendongkel Raja
Idris kembali menggebu. Di tengah malam menjelang September 1969,
beberapa perwira Libya yang menamakan diri Persatuan Perwira Merdeka
(Free Unionist Officers), meninggalkan barak di tengah Kota Tripoli.
Kelompok itu dipimpin Khadafi yang pangkatnya kapten satuan sandi.
Pukul tujuh pagi, mereka menguasai tempat strategis dan menahan
anggota kerajaan.
Junta militer yang mengakhiri
kekuasaan monarki Raja Idris itu mencatat beberapa kesuksesan.
Polisi serta tentara kerajaan yang masing-masing beranggotakan 20.000
dan 7.000 orang tidak berkutik. Jumlah orang yang ditawan pun
relatif sedikit. Bahkan, tak ada laporan mengenai pertumpahan darah.
Khadafi lalu mengumurnkan Republik
Arab Libya (al-Jamahiriyah al-Arabiya al-Libya as-Shabiya
al-Ishtirakiya atau Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriya)
sebagai negara non-blok, sosialis, antirasialisme serta berpegang
pada al-Qur’an.
Di negara baru yang bertipe
Sosialis Islam Arab itu, semua tempat maksiat ditutup. Pemeliharaan
istana-istana raja juga dihentikan. Kudeta tak berdarah itu
menempatkan pula Khadafi sebagai kepala negara termuda di dunia.
Makar terjadi, saat Raja Idris
sedang berobat ke Turki serta Yunani. Sesudah mendengar ada revolusi
di negerinya, Raja Idris yang sudah lapuk dikikis usia menyatakan
turun tahta. Ia menolak pulang ke istananya. Mantan penguasa Libya
itu akhirnya hidup dalam pengasingannya di Mesir. Mei 1983, ia wafat
di Negeri 1000 Piramida tersebut dalam umur 93 tahun.
Keberhasilan junta militer yang
dilancarkan Khadafi memperoleh dukungan luas. Maklum, rakyat sudah
berabad-abad dibelenggu keterbelakangan di bawah penjajahan Spanyol,
Amerika, Malta, Perancis, Jerman, Turki, Italia serta Inggris. Untuk
meremajakan Libya, Khadafi melakukan pembenahan dalam pemerintahan
secara cermat. Semboyannya ialah “membangun sosialisme yang
berdasarkan al-Qur’an”.
Dua hari sesudah kudeta, Khadafi
mendirikan Jam’iyah ad-Da’wah al-Islamiyah (Masyarakat Dakwah
Islam). Lalu Khadafi menaikkan pangkatnya menjadi kolonel. Ia
memperoleh pula kedudukan sebagai Ketua Dewan Revolusioner. Khadafi
juga mengambil jabatan Panglima Angkatan Bersenjata. Pada 1976,
jenjang kemiliterannya dinaikkan menjadi mayor jenderal, tetapi, ia
lebih suka dengan pangkat kolonel.
Setahun berikutnya, Khadafi
menjadi Presiden Libya. Putra padang pasir dari suku Berber yang
pangkat kaptennya tertunda karena pernah berselisih dengan atasannya
itu, akhirnya menjadi orang nomor satu Libya.
Sang Filsuf Revolusioner
Libya pernah
menjadi bagian Kerajaan Ottoman yang membentang dari Asia, Timur
Tengah, Afrika Utara dan Eropa. Kerajaan ini akhirnya jatuh ke
tangan imperealis Barat sesudah kekalahan Turki Usmani. Pada 29
September 1911, Italia memaklumkan perang terhadap Turki.
Pada
5 Oktober 1911, tentara Italia menjejakkan kaki di Tripoli. Libya
kemudian diserahkan oleh Turki ke Italia. Saat itu, 250.000 rakyat
Libya dibunuh.
Ketika
Perang Dunia II berkecamuk, Italia serta Jerman
bersekutu. Pada 1943, Jerman kalah oleh pasukan sekutu. Tentara
Inggris pun akhirnya masuk ke Libya seraya membentuk Pemerintah
Militer.
Sesudah Perang Dunia II reda pada
1946, maka, Amerika, Inggris, Perancis dan Rusia berunding di Paris
untuk menentukan nasib Libya. 21 November 1946, PBB mengeluarkan
resolusi agar Libya dimerdekakan. 24 Desember 1951, Libya menjadi
kerajaan konstitusional.
Pemimpin Gerakan Perjuangan
Sanusi, Mohammad Idris al-Mahdi as-Senussi dinobatkan rakyat sebagai
raja. Penguasa Libya ini adalah cucu Muhammad ibn Ali as-Sanusi,
penyebar mazhab Sanusiyah di Libya pada masa kekuasaan Turki Usmani.
Raja Idris yang disokong Amerika
serta Inggris, ternyata menjadikan Libya sebuah kerajaan sahara yang
korup. Birokrasi dan lembaga sekuriti yang tidak efisien tumbuh
subur. Ketidakstabilan negeri yang dikaruniai emas hitam (minyak)
itu, lalu memicu Khadafi menggelar makar. Pribadi keras Khadafi
untuk merebut kekuasaan, merupakan tempaan masa silam yang diselimuti
nafas perjuangan. Apalagi, pengorbanan keluarga Khadafi yang
anti-kolonial sangat mahal. Pamannya pernah meringkuk di penjara
kaum penjajah. Bahkan, kakeknya gugur dalam pertempuran melawan
pasukan Italia.
Khadafi dalam memegang tampuk
kekuasaan, tak gentar memberlakukan tangan besi. Ia termasuk
pemimpin radikal, yang tidak segan menggunakan kekerasan. Akibatnya,
intelektual Libya sering menentang kebijakannya. Tentu saja, itu
dianggap sebagai pembangkangan oleh Khadafi. Hingga, ia bertindak
tegas terhadap mereka. Kaki-tangan Khadafi akan mengejar mereka
untuk dihukum atas pembangkangannya.
Pada akhirnya, revolusi dan
kepemimpinan Khadafi banyak dipengaruhi pandangan politik Presiden
Mesir Gamal Abdel Nasser. Di benaknya, Nasser adalah tokoh idola
serta bapak rohani yang telah berhasil mengangkat citra bangsa Arab,
yang sudah lama diinjak-injak Eropa dan Amerila. Selain Nasser, juga
Nabi Muhammad merasuk dalam sukma Khadafi. Arkian, Presiden Libya
itu mempersembahkan filosofinya berupa “Teori Universal Ketiga”
(Fin Nazaariyyah as-Saalisah).
Konsep itu termuat dalam karya
Khadafi di Buku Hijau yang terdiri tiga jilid (Pemecahan Masalah
Demokrasi, Pemecahan Masalah Ekonomi, Basis Sosial Teori Universal
Ketiga). Buku hijau itu mirip manifesto politik.
“Teori Universal Ketiga”
merupakan pilihan lain sesudah kapitalisme, yang disebutnya menindas.
Sementara komunisme dianggapnya tidak bertuhan. Kapitalisme serta
komunisme tak mampu menjawab tantangan zaman. Saripati teori itu
adalah kebebasan individu. Khadafi menamakannya Sosialisme Islam.
Pasalnya, konsep itu menjadi garis tengah antara sosialisme Islam.
Dengan demikian, konsep itu menjadi garis tengah antara komunisme dan
kapitalisme. Sekalipun memberondong komunisme serta kapitalisme,
namun, alur gagasan Khadafi dalam buku tersebut masih mencerminkan
pikiran Karl Marx dan G.W.F. Hegel.
Keandalan mengolah renungan,
membuat rakyatnya menggelari Khadafi sebagai filsuf revolusioner yang
mentransfer ilmunya ke panggung politik. Khadafi kemudian menggali
pula akar sejarah bangsanya. Hingga, lahir ideologi jamahiriya.
Dalam “Revolusi Kebudayaan”
yang dilancarkan pada April 1973, Khadafi menghimbau rakyatnya untuk
menjauhi semua orang yang mempropagandakan ateisme, komunisme atau
kapitalisme. Ia menyerukan pula agar memberantas korupsi serta
birokrasi.
Pada 24 Februari 1979, Khadafi
menegaskan di depan mahasiswa Universitas Tripoli bahwa jihad mutlak
digunakan untuk melawan eksploitasi dan feodalisme. Melalui
“Revolusi Kebudayaan”, ia memperkenalkan pula konsep Jamahiriya
sebagai kombinasi antara Islam, nasionalisme Arab serta kebudayaan
Badui. Jamahiriya dianggap pula sebagai modernisasi ajaran
Sanusiyah yang sudah mengakar dalam masyarakat Libya.
Sang Teroris Humanis
Di mata Amerika, Khadafi adalah
dalang dan penasehat terorisme internasional. Ia dianggap manusia
barbar serta orang paling berbahaya di planet bumi. Dosa Khadafi
bagi Amerika teramat banyak bagai pasir. Ia, misalnya, membantu
al-Fatah Palestina dan pejuang Muslim Moro di Filipina Selatan.
Kemudian tentara IRA di Irlandia Utara, pengacau di Muangthai
Selatan, pemberontak Polisario yang ingin mendirikan negara di Sahara
Barat serta kelompok pembangkang di Aljazair, ikut pula dibantunya.
Khadafi pun turut menopang Front
Pembebasan Eritrea di Ethiopia dan gerilyawan Tunisia di masa
pemerintahan Habib Borguiba. Di Sudan, ia membiayai penentang
Presiden Jaafar Nimeiry. Proyek nuklir Pakistan juga mendapat
bantuan Libya. Selain itu, Nikaragua menerima pula persenjataan
Khadafi. Bahkan, ia mengirim 5.000 tentara Libya ke Chad untuk
menumbangkan Presiden Hissene Habre. Saat Idi Amin terjungkal,
Khadafi pun mengulurkan pertolongan seraya berusaha menggulingkan
Presiden Milton Obote.
Daftar dosa Khadafi kian
membengkak sesudah Amerika, Inggris serta Perancis menuduh Libya
sebagai otak dibalik peledakan pesawat Boeing 747 Pan Am 103 dan
DC-10 milik penerbangan Perancis UTA 772.
Kaitan antara pemboman pesawat
sipil Pan Am (21 Desember 1988) serta UTA (19 September 1989),
ditemukan pada 1991. Bermula ketika polisi Perancis yang bekerjasama
dengan Pemerintah Kongo mendapat bukti bahwa peledakan pesawat UTA di
Gurun Tenera, Nigeria, merupakan rancangan Libya untuk melumatkan
pesawat komersial Amerika. Scotland Yard juga menemukan bila ada
persamaan kepingan detonator pada puing-puing pesawat Pan Am dan di
reruntuhan pesawat UTA.
Detonator serupa berhasil disita
dari dua agen Libya di Senegal awal 1988. Sejak itu, Abdel Basset
Ali Meghari serta Lamen Khalifa Fhimah dilacak sebagai tersangka.
Hasil penyelidikan mengungkap
kalau Beghari dan Fhimah adalah anggota dinas intelijen Libya,
Jawahira. Desas-desus berhembus jika bahan peledak untuk
meremukkan Pan Am serta UTA diperoleh dari Frank Terpil, mantan
anggota badan intelijen Amerika. Terpil akrab dengan Ahmed Gaddaf
Addam, keponakan Khadafi yang sekarang Duta Besar Mesir. Kini,
Terpil diperkirakan bermukim di Filipina, Malaysia atau Thailand.
Tuduhan bahwa Libya mendalangi
peledakan dua pesawat yang merenggut 441 jiwa itu, disangkal
Khadafi. Pemimpin tertinggi Libya itu kemudian menyerahkan kasus
tersebut ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Walau
begitu, Amerika, Inggris serta Perancis tidak puas. Hingga, 31 Maret
1992, lahir resolusi No. 748 yang efektif berlaku pada 15 April 1992.
Revolusi itu mengimbau segenap
negara supaya menghentikan seluruh kegiatan penerbangan sipil dari
dan ke Libya. Kemudian membatasi kegiatan kantor maskapai
penerbangan Libya. Selain diharuskan agar tidak melayani penjualan
suku cadang pesawat-pesawat kepada Libya, juga diinginkan adanya
pembatasan jumlah personel serta kegiatan misi diplomat Libya. Lalu
tidak dibolehkan melakukan transaksi penjualan senjata. Bahkan,
menolak atau mengusir warga Libya yang sedang berada di negara-negara
anggota PBB.
Arnerika, Inggris dan Perancis
yang mensponsori resolusi itu, juga dikenal sebagai motor utama yang
mengeluarkan 12 resolusi untuk menekan Irak dalam krisis Teluk.
Sepuluh pendukung resolusi untuk menghukum Libya terdiri dari empat
anggota tetap DK PBB (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia) serta enam
anggota tidak tetap DK PBB (Australia, Belgia, Ekuador, Hungaria,
Jepang, Venezuela). Sedangkan yang abstain ialah Cina, India,
Maroko, Cape Verde dan Zimbabwe. Lima negara berkembang itu tidak
mendukung sanksi terhadap Libya karena mereka tidak yakin atas bukti
bahwa Libya berada di balik pemboman Pan Am serta UTA.
Dalam tapak perjalanan sejarah,
hubungan Libya dengan Amerika dan Inggris selalu tegang sejak Khadafi
tampil sebagai penguasa. Sebab, pada Maret 1970, pasukan Inggris
diusirnya dari pangkalan Tobruk serta el-Adem. Tiga bulan kemudian,
pangkalan Wheelus milik Amerika di Libya ditutup. Pangkalan itu
merupakan yang terbesar kepunyaan Amerika di luar negeri sesudah
pangkalan Subic di Filipina. Khadafi kemudian menyita harta dan
memulangkan 25.000 pemukim Yahudi serta Italia di Libya.
Dosa awal Libya itulah yang kini
menjadi “dendam Barat dendam sejarah” bagi Amerika dan Inggris.
Hingga, kedua negara itu saling membantu menyerang Libya. Akibatnya,
negeri Massdom tersebut pernah dilibas Amerika secara brutal. Ketika
itu, 18 pesawat pembom F-111 Amerika mengudara dari Inggris menuju
Libya pada 14 April 1986. Pembom taktis F-11 itu lalu dibantu
sejumlah pesawat tempur model FA-18 A7 serta A-8E dari kapal induk
Coral Sea milik Amerika untuk menyerang Tripoli serta Benghazi.
Kekuatan udara tersebut diberi Sandi El Dorado Canyon (Lembah El
Dorado).
Aneka bom seberat 226-906 kilogram
kemudian menghajar pelabuhan Sidi Bilal, markas tentara bandara
Tripoli, pangkalan udara militer Benina, barak al-Azziziyah dan barak
al-Juhahiriya. Serangan itu menewaskan 37 orang serta 93 lainnya
cedera. Amerika dalam misi yang menggunakan dua kapal induk kapal
perang, 155 pesawat tempur dan 14.700 pasukan itu, cuma kehilangan
satu pesawat F-111.
Kini, manusia sejuta langkah
tersebut kembali dibidik Amerika. Ia diwajibkan menyerahkan dua
warganya yang dituduh teroris. Masalahnya, kedaulatan Libya serta
kharisma Khadafi, bukan tirai yang mudah dikoyak. Desir darah para
pengembara Badui yang tersohor, telah terpatri dalam diri Khadafi.
Arkian, ledakan bom waktu pada 15 April 1992 yang bakal mengintainya,
sangat sulit menciutkan nyalinya. Ulah Khadafi rupanya lebih
menggetarkan nyali ketimbang resolusi-resolusi PBB yang didominasi
Barat. Sebab, kejutannya melebihi superstar apa saja di jagat
ini. Ia seorang megastar yang diapit predikat teroris maupun
humanis. Sebab, keangkerannya membongkar ketidakadilan dunia,
diimbangi pula ide berupa sosialisme Islam, yang akrab mendekap
orang-orang tertindas.
(Fajar,
Rabu, 15 April 1992)
Artikel ini menggunakan nama samaran
“Cenning Rara”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar