Etika
Facebook
Oleh Abdul
Haris Booegies
Facebook
di zaman kini telah menjadi bagian pokok dalam kehidupan. Facebook
merupakan elemen manusia untuk berinteraksi. Facebook bukan
sekedar alat untuk berkomunikasi, tetapi, menjadi wadah buat
menyimpan data berupa teks, foto atau video. Facebook juga
menjadi hiburan berkat kaya aplikasi permainan. Bahkan, dipakai
berselancar mencari aneka informasi.
Facebook
yang makin identik dengan kehidupan modern, tentu punya aturan main.
Facebook bukan sekedar main pencet keyboards atau
sapuan ringan di atas layar sentuh. Facebook mirip kehidupan
nyata.
Beberapa
aspek harus menjadi perhatian khusus Facebookers.
1. Ketika
seseorang mengomentari status kita, berarti mesti pula direspons
dengan komentar atau ikon jempol. Bila tidak ditanggapi, maka, ia
boleh jadi tak sudi lagi menengok status kita.
Merespons
komentar teman atau kenalan akan menghangatkan persahabatan. Ia
pasti tidak bosan untuk mengomentari terus status kita. Sebab,
merasa jerih-payah dan waktunya dihargai. Kalau ada yang malas
menanggapi, berarti cepat atau lambat statusnya kering dari tanda
suka serta komentar.
2. Komentar yang
ditulis harus sesuai status. Sebagai contoh, status membahas baju
indah yang dikenakan Vera. Komentar mesti fokus ke baju Vera. Tak
diperkenankan ke persoalan korupsi. Soalnya, Vera bisa dianggap
membeli baju dari hasil korupsi ayahnya.
3. Jika ada dua
atau lebih yang mengomentari status kita, maka, jangan menyampaikan
komentar bersifat pribadi kepada seorang di antaranya. Pasalnya,
yang lain kemungkinan merasa disepelekan atau tersinggung. Komentar
bersifat pribadi wajib dikirim lewat pesan.
4. Jangan pernah
menulis status atau komentar yang memojokkan orang atau kelompok
lain. Maklum, jemaah Facebook beragam karakter. Kicauan
tidak senonoh di dunia maya dapat berakibat fatal di dunia nyata.
5. Jangan
mengumbar masalah dalam rumah ke Facebook. Mencela orangtua,
kakak dan adik sangat tak etis. Orang yang membacanya pasti memiliki
penilaian teramat buruk.
6. Problem cinta
sangat dominan dicurahkan di Facebook. Cinta membuat Facebook
semarak bak gemuruh penonton seisi stadion merayakan gol kemenangan.
Harap
dicamkan bahwa kekasih yang sekarang dipuja-puji belum tentu besok
tetap hadir dalam kehidupan. Tiada cinta abadi kecuali dalam novel
atau film. Mempertontonkan cinta di Facebook secara vulgar
bisa menjadi bibit pertengkaran. Semua karena pacar baru
mengungkit-ungkit masa silam yang pernah tertera di Facebook.
Pepatah kuno bersabda “mulutmu harimaumu”. Pepatah
ultra-mutakhir Majalah LEKTURA berbunyi “statusmu takdirmu”.
7. Orang yang
sudah berkeluarga, terlebih berusia di atas 40-an, agar tidak asal
bunyi. Apakah tak risih menulis status: “Akooh cakit, neh.
Pala pucing n tenggorokan gatel”. Dua mantan pacarnya sontak
berkomentar: “Duh…keciannya” serta “gitu ajjh koq
repot”.
8. Jangan
merepotkan teman dengan menulis status seadanya. Sebagai contoh:
“Lalala…lala…lala”. Status semacam ini tergolong sampah.
Teman yang membacanya boleh jadi tersiksa. Harap diingat bahwa
Facebookers yang melongok beranda miliknya tidak mengharap
status sampah. Bila ada yang terpaksa mengomentari status sampah,
pasti karena ingin balas budi. Sebab, penulis status sampah tersebut
pernah mengomentari statusnya.
Status
sampah lain seperti: “Mandi dulu ah…”. Ini menyebalkan
gara-gara teman merasa dipaksa membaca sesuatu yang tak berarti.
Hingga, suasana mendadak kurang nyaman. Sebaiknya menulis status
yang dapat mempererat persahabatan. Sebagai misal: “Ingat, besok
ultah Nani”.
9. Status tidak
boleh membingungkan. Sebagai umpama: “Akhirnya ditemukan”, “lega
rasanya” atau “lama tak jumpa”. Kalimat ini berdiri sendiri.
Tidak punya kaitan dengan status sebelumnya, apalagi isu nasional
yang hangat dibincangkan di jejaring sosial. Kalau dibaca pasti tak
dipahami lantaran tidak ada keterangan lebih lanjut.
Setelah
ditelusuri, penulis status itu rupanya kehilangan dompet. Tatkala
menemukannya, ia pun menulis: “Akhirnya ditemukan”.
Di lain
kesempatan, tersua status: “Lega rasanya”. Sesudah diusut,
ternyata kekasihnya batal dijodohkan oleh sang ortu. Sementara “lama
tak jumpa” ditorehkan karena ia baru saja bertemu sahabat lamanya.
Status
seyogyanya ditulis lengkap dan singkat. “Dompetku yang hilang
akhirnya ditemukan”. “Lega rasanya karena pacar batal menikah”.
“Bertemu kawan lama setelah lama tak jumpa”. Great.
10. Facebook
yang baik jelas harus ramai dengan ikon jempol serta komentar.
Kadang pesan dan pemberitahuan juga bertumpuk. Dengan demikian,
sebaiknya pesan serta pemberitahuan cepat dilihat supaya semua
dibalas. Menunda melihatnya acap membuat satu atau dua pesan
terlewati.
11. Jangan
mengirim permintaan pertemanan tanpa melampirkankan foto profil.
Mengirim permintaan pertemanan tanpa foto profil dinilai kurang
sopan. Apalagi jika dikirim ke orang yang belum dikenal.
12. Kala
mengirim pesan kepada rekan lama, maka, sebaiknya memperkenalkan
diri. Arkian, penerima pesan bisa langsung tahu. Penerima pesan
mesti pula aktif. Bila menerima pesan minus keterangan diri, ia
harus mengecek pengirimnya. Siapa tahu si pengirim tiada lain kawan
karib.
13. Jangan
mencantumkan nomor telepon di Facebook. Penipuan lewat SMS
dengan modus operandi tercanggih dapat menimpa kalau nomor telepon
tertatah di profil.
Nomor
telepon yang terpampang gampang merusak kenyamanan sekaligus
meluruhkan kesehatan. Sebagai contoh, tiba-tiba di tengah malam
suara telepon melengking. Terdengar suara dari telepon: “Thanks
atas konfirmasinya”. Apa kata dunia jika ada Facebookmania
iseng begitu. Tidur terusik, hati pun menggerutu.
Etika di
Facebook mutlak dijunjung agar persahabatan kian bermakna.
Keunikan di Facebook ialah semua sederajat. Penduduk Facebook
yang diberkahi Mark Zuckerberg memiliki posisi sama. Tua muda maupun
pria wanita disatukan dalam kebersamaan. Kekuasaan tiap orang
berimbang. Hatta, saat orang merasa disepelekan atau tersinggung,
maka, ia berpeluang membatalkan tanda suka atau menghapus komentar.
Ia malahan tidak rugi bila membatalkan pertemanan mengingat masih
banyak yang antre untuk menjadi sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar