Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh
Surat
al-Imran
Dengan
Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Maha Pemurah
2. Allah. Tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Ia. Maha Kekal lagi berdiri
sendiri.
3. Ia menurunkan
kepadamu (wahai Nabi Muhammad) al-Qur’an yang mengandung kebenaran.
Mengesahkan Kitab-kitab Suci sebelumnya. Ia juga menurunkan Taurat
dan Injil.
4. Sebelum
al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia. Allah menurunkan
al-Furqan (pembeda yang hak dengan batil). Sungguh, orang
yang mengingkari ayat-ayat Allah akan dibalas siksa keras. Allah
Maha Perkasa. Ia berhak menghukum dengan siksa pedih kepada golongan
salah.
5. Sungguh, bagi
Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi di bumi dan di langit.
6. Ia yang
membentuk rupa kamu dalam rahim ibumu selaras kehendak-Nya. Tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Ia yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
7. Ia menurunkan
al-Qur’an kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Di dalamnya terkandung
ayat-ayat muhkamat (jelas dan tegas). Ayat muhkamat
merupakan isi utama al-Qur’an. Sementara lainnya ayat mutasyabihat
(samar-samar dan kiasan). Hingga, menimbulkan paham sesuai selera
hati. Manusia yang hatinya condong kepada kesesatan. Mereka
mengikuti ayat mutasyabihat. Mereka ingin menimbulkan
perselisihan. Interpretasi hakikinya pun dicari-cari sekehendak
hati. Padahal, tidak ada yang tahu takwilnya kecuali Allah. Insan
teguh dengan ilmu agama tinggi berkata: “Kami beriman kepada
al-Qur’an! Seluruhnya dari Tuhan kami”. Tidak ada yang mau
memetik pelajaran kecuali yang punya pikiran jernih (ulil albab).
8. Insan saleh
memanjatkan doa: “Ya Tuhan kami! Jangan condongkan hati kami pada
kesesatan sesudah Engkau membimbing kami. Curahkan kami kasih sayang
dari sisi-Mu. Engkau Tuhan yang melimpah-ruah karunia-Nya”.
9. “Tuhan
kami, Engkau menghimpun manusia di Hari Kiamat. Hari yang tak ada
keraguan terhadapnya”. Allah tidak pernah ingkar janji!
10. Sungguh,
tidak berguna harta benda orang kafir. Keturunan mereka pun tidak
kuasa menyelamatkannya dari azab Allah. Secuil pun mereka tidak
mampu menolak siksa Allah. Mereka merupakan bahan bakar api Neraka!
11. Keadaan
mereka sebagaimana kebiasaan kaum Fir’aun maupun orang-orang
sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Allah kemudian
menghukum gara-gara dosa-dosanya. Allah sangat keras siksa-Nya!
12. Katakan
(wahai Nabi Muhammad) kepada gerombolan kafir: “Kamu pasti akan
dikalahkan di dunia ini. Kemudian dihimpun pada Hari Kiamat untuk
digiring ke Neraka Jahanam. Tempat itu seburuk-buruk yang
disediakan”.
13. Telah ada
bukti bagi kamu. Kala dua pasukan saling berlaga. Satu pasukan
berperang di jalan Allah demi mempertahankan Islam. Sementara
pasukan lain dari kawanan kafir. Dengan mata kepala, pasukan kafir
melihat jumlah pasukan Muslim seolah dua kali lipat jumlahnya. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya kepada siapa Ia berkenan. Sungguh,
yang demikian itu menjadi peringatan. Hingga, menginsafkan manusia
yang punya daya nalar sembari memiliki mata hati.
14. Dijadikan
indah pada pandangan manusia. Kecintaan kepada sesuatu yang
didambakan nafsu semacam wanita-wanita dan putra-putri. Kemudian
harta-benda yang banyak bertimbun berupa emas dan perak. Kemudian
kuda pilihan, ternak dan sawah-ladang. Semua itu menjadi kesenangan
hidup di dunia. Ingat! Di sisi Allah tempat kembali terbaik berupa
Surga.
15. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Maukah saya kabarkan kepadamu yang lebih
baik dibandingkan dambaan nafsu?” Siapa bertakwa disediakan Surga.
Di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di sana. Mereka
dikaruniai pasangan-pasangan suci. Mereka pun memperoleh keridaan
besar dari Allah. Allah Maha Melihat semua hamba-Nya.
16. Para hamba
Allah berdoa: “Ya Tuhan kami! Kami sungguh beriman. Ampuni segala
dosa kami. Lindungi kami dari azab Neraka!”
17. Para hamba
Allah ialah orang sabar dalam menjunjung hukum Allah. Manusia yang
benar perkataan berikut perbuatannya. Insan yang taat terhadap
perintah Allah. Orang yang mendermakan hartanya di jalan Allah.
Kemudian yang memohon ampun sebelum fajar menyingsing.
18. Allah
bertitah kepada seluruh makhluk. Tidak ada Tuhan selain Ia!
Penegak keadilan di jagat raya. Para Malaikat bersama orang berilmu
juga mengakui demikian. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah. Ia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
19. Sungguh,
agama benar dan diridai Allah ialah Islam. Orang Yahudi dan Kristen
yang diberi Kitab. Mereka tidak berselisih tentang Islam sekaligus
enggan menerimanya. Perselisihan terjadi sesudah mereka memperoleh
pengetahuan sah tentang kebenaran Islam. Aspek itu akibat kedengkian
di antara mereka. Siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Ingat,
Allah sangat cepat dalam perhitungan.
20. Kalau mereka
membantah kamu (wahai Nabi Muhammad) tentang kebenaran Islam.
Katakan: “Aku berserah diri kepada Allah. Demikian pula yang
mengikutiku”. Bertanyalah kepada Yahudi dan Kristen yang diberi
Taurat dan Injil maupun ummi (musyrik Arab yang tidak punya
Kitab Suci): “Apakah kamu mau masuk Islam?” Kalau mereka memeluk
Islam. Mereka memperoleh petunjuk. Kalau berpaling, tentu
kewajibanmu sekedar menyampaikan ayat-ayat Allah. Allah Maha Melihat
semua hamba-Nya.
21. Orang yang
ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Kemudian membunuh para Nabi secara
semena-mena. Kemudian membunuh orang yang menyeru berlaku adil.
Sampaikan kepada mereka tentang azab pedih.
22. Mereka orang
yang sia-sia perbuatannya di dunia dan Akhirat. Mereka secuil pun
tidak tertolong.
23. Tiadakah kamu
perhatikan (wahai Nabi Muhammad). Sikap orang Yahudi yang diberi
sebagian Taurat? Mereka diseru supaya Kitab itu dijadikan hakim
mengenai pertikaian yang timbul di antara mereka. Sebagian di
antaranya berpaling. Mereka menolak kebenaran.
24. Mereka
sesumbar: “Api Neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa
hari yang dapat dihitung”. Mereka terperdaya oleh rekaannya
sendiri yang diselundupkan ke agamanya.
25. Bagaimana
keadaannya kalau kelak Kami kumpulkan mereka di Hari Kiamat. Hari
yang tidak diragukan kebenarannya! Kepada tiap orang diberikan
balasan atas apa yang diusahakan tanpa dirugikan.
26. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Allah Pemilik Kerajaan! Engkau beri
kerajaan kepada siapa Engkau berkenan. Engkau cabut kerajaan kepada
siapa Engkau kehendaki. Engkau anugerahkan kemuliaan kepada siapa
Engkau berkenan. Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam
genggaman-Mu segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
27. Engkau
masukkan malam ke dalam siang. Engkau masukkan siang kepada malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari benda mati. Engkau keluarkan yang
mati dari yang hidup. Engkau menghamparkan rezeki tanpa batas kepada
siapa Engkau berkenan”.
28. Tidak patut
komunitas beriman menjadikan gerombolan kafir sebagai teman atau
pelindung. Kemudian meninggalkan orang Mukmin. Siapa berbuat
begitu. Ia tidak memperoleh perlindungan dari Allah kecuali sekedar
menghindarkannya dari ketakutan akibat ulah gerombolan kafir. Allah
memperingatkan supaya kamu mengingat siksa-Nya. Kepada Allah jua
tempat kembali.
29. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Kalau kamu menyembunyikan sesuatu dalam
hatimu atau kamu tuturkan. Allah pasti tahu!” Allah tahu apa saja
yang ada di langit dan di bumi. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
30. Pada Hari
Kiamat, tiap orang memperoleh segala kebajikan yang telah
dilakukannya. Demikian juga kejahatan yang dilaksanakannya. Kala
itu, tiap pedosa berharap ada jarak yang jauh antara dirinya dengan
kejahatannya. Allah memperingatkan supaya kalian ingat kekuasaan-Nya
untuk menyiksamu. Camkan pula bahwa Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya.
31. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Kalau kamu mencintai Allah, ikutlah aku.
Allah pasti mengasihi dan mengampuni segala dosamu”. Allah Maha
Pengampun. Ia Maha Penyayang.
32. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Taatlah kepada Allah dan Rasul. Kalau kamu
membelot. Allah tidak suka orang ingkar”.
33. Allah memilih
Nabi Adam dan Nabi Nuh. Kemudian memilih keluarga Nabi Ibrahim
bersama kerabat Imran. Mereka melebihi segala umat di zaman
masing-masing.
34. Mereka
berkembang biak sebagai keturunan yang setengahnya berasal dari
setengah yang lain. Allah Maha Mendengar. Ia Maha Mengetahui.
35. Isteri Imran
berdoa: “Ya Tuhanku! Saya menazarkan kepada Engkau. Anak dalam
kandunganku menjadi hamba yang bebas dari segala urusan dunia.
Hingga, ia semata berkhidmat kepada Engkau (di Baitul Maqdis).
Kabulkan nazarku. Sungguh, Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
36. Tatkala
isteri Imran melahirkan. Ia berujar: “Ya Tuhanku! Saya melahirkan
seorang putri (padahal saya mengharapkan putra)”. Allah tahu benar
yang ia lahirkan. Tentu laki-laki tidak sama dengan perempuan.
“Saya menamakannya Maryam. Saya mohon perlindungan baginya dan
keturunannya dari setan terkutuk”.
37. Maryam yang
dinazarkan oleh sang ibu diterima secara baik oleh Tuhannya. Ia
dididik secara baik. Allah menyerahkan pemeliharaannya kepada Nabi
Zakariya.
Tiap Nabi
Zakariya menemui Maryam di mihrab. Ia temukan ada makanan. Nabi
Zakariya bersabda: “Hai Maryam! Dari mana kamu memperoleh
buah-buahan ini”. Maryam menjawab: “Dari Allah”. Sungguh,
Allah memberi rezeki kepada siapa Ia berkenan tanpa diduga.
38. Di situ Nabi
Zakariya memanjatkan doa kepada Tuhannya: “Ya Tuhanku! Berilah
saya keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sungguh, Engkau
memperkenankan segala doa”.
39. Jibril
berseru kepada Nabi Zakariya yang shalat di mihrab. “Allah
menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang kelahiran Yahya. Ia
membenarkan kalimat Allah. Ia menjadi panutan. Ia mampu menahan
diri dari nafsu syahwat. Ia termasuk Nabi dari golongan orang
saleh”.
[“Kalimat
Allah” ialah kun yang berarti jadilah. Ada
pula yang menafsirkan bahwa Nabi Yahya mempercayai kerasulan Nabi Isa
al-Masih. Ia pun membenarkan Kitab Suci.
Kun
dan Nabi Isa sesungguhnya sama. Sebab, dengan kata kun
itu Nabi Isa tercipta sebagaimana Nabi Adam].
40. Bertanya Nabi
Zakariya: “Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa memperoleh putera.
Uzur telah merayapi tubuhku. Isteriku pun mandul”. Allah
berfirman: “Begitulah Allah berbuat apa yang Ia kehendaki”.
41. Nabi Zakariya
bersabda: “Beri saya tanda (kalau isteriku mengandung)”. Allah
berfirman: “Kamu tidak dapat berkomunikasi dengan publik. Selama
tiga hari tiga malam kamu hanya berbicara dengan isyarat. Panjatkan
zikir sebanyak-banyaknya kepada Tuhanmu. Bertasbihlah memuji Allah
dengan shalat di waktu petang dan pagi”.
42. Simak (wahai
Nabi Muhammad) ketika Jibril berkata: “Hai Maryam! Allah memilih
dan mensucikanmu. Kamu diutamakan dengan kemuliaan melebihi wanita
lain di dunia yang semasa denganmu”.
43. “Hai
Maryam! Taatlah kepada Tuhanmu. Sujud dan rukuklah bersama orang
yang rukuk mengerjakan shalat”.
44. Peristiwa
semacam itu merupakan sebagian warta gaib yang Kami wahyukan kepadamu
(wahai Nabi Muhammad). Kala itu kamu tidak berada bersamanya.
Mereka melemparkan anak panah untuk mengundi. Siapa berhak
memelihara Maryam. Kamu juga tidak hadir di sana ketika mereka
bersengketa memperebutkan hak merawat Maryam.
45. Simak ketika
Jibril berkata: “Hai Maryam! Allah menyampaikan kabar gembira.
Kamu akan mengandung seorang putera. Ia diciptakan dari firman
Allah. Ia bernama al-Masih Isa putera Maryam. Sosoknya terkemuka di
dunia dan Akhirat. Ia individu yang didekatkan di sisi Allah.
46. Ia berbicara
dengan manusia sewaktu masih dalam buaian. Ketika dewasa, ia
termasuk insan saleh.
47. Maryam
berujar: “Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa punya anak! Tiada
lelaki pernah menyentuhku”. Allah berfirman dengan perantaraan
Jibril: “Begitulah Allah menciptakan apa yang Ia kehendaki. Kalau
Tuhan memutuskan sesuatu. Ia hanya bertitah: “Jadilah”. Ia pun
tercipta!
48.
Allah mengajarkan kepada Nabi Isa ilmu menulis dan hukum agama. Ia
juga diberi pemahaman isi Taurat dan Injil.
49. Ia dilantik
menjadi Rasul untuk bani Israil. “Saya datang kepadamu membawa
mujizat dari Tuhanmu. Saya membuat untuk kalian dari tanah liat
sebentuk burung. Ketika saya meniupnya. Ia menjadi seekor burung
atas izin Allah. Saya menyembuhkan tunanetra dan penderita kusta.
Dengan izin Allah, saya menghidupkan orang mati. Saya tahu apa yang
kamu makan atau simpan di rumahmu. Semua itu menjadi tanda
kerasulanku untuk kalian. Kalau kamu memang mau beriman!”
50. “Saya
diutus kepadamu untuk mengesahkan Taurat yang datang lebih dulu.
Saya menghalalkan bagimu sebagian yang diharamkan untuk kalian. Saya
juga datang membawa mujizat dari Tuhanmu. Bertakwalah kepada Allah
seraya mematuhiku”.
51. “Allah
adalah Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Ia. Inilah jalan lempeng”.
52. Ketika Nabi
Isa tahu keingkaran Yahudi. Ia bersabda: “Siapa yang mendukungku
demi menegakkan agama Allah?” Hawariyyun (para pengikut
setia) menjawab: “Kami pembela agama Allah! Kami beriman kepada
Allah! Saksikan hai Nabi Allah! Kami Muslim (berserah diri kepada
Allah)!”
53. “Tuhan
kami! Kami beriman kepada yang Engkau turunkan. Kami mengikuti
Rasul. Masukkan kami ke dalam golongan yang mengikrarkan kesaksian
tentang keesaan Allah”.
54. Yahudi kafir
merancang tipu daya (untuk membunuh Nabi Isa). Allah pun membalas
tipu dayanya. Allah sebaik-baik pembalas (dan penggagal segala
jenis) tipu daya.
55. Ingat
ketika Allah berfirman: “Hai Isa! Aku akan mengambilmu secara
sempurna. Kemudian mengangkatmu ke sisi-Ku. Aku sucikan kamu dari
kawanan kafir. Aku menjadikan pengikutmu lebih utama dibandingkan
begundal kafir sampai Hari Kiamat. Kepada Aku, kamu kembali.
Kemudian Aku memutuskan perkara-perkara yang kamu perselisihkan”.
56. “Kawanan
kafir akan Aku siksa dengan azab yang sangat keras di dunia dan di
Akhirat. Tiada penolong bagi mereka!”
57. Insan saleh
dan pengamal kebaikan akan disempurnakan pahalanya. Allah tidak suka
orang durjana.
58. Begitulah
kisah Nabi Isa yang Kami paparkan kepadamu (wahai Nabi Muhammad).
Hal itu merupakan sebagian keterangan yang membuktikan kebenaran.
Al-Qur’an (az-Zikr) ini sarat hikmah (pengetahuan hakiki
yang terpelihara).
59. Tamsil Nabi
Isa di sisi Allah seperti peristiwa Nabi Adam. Allah menciptakan
Nabi Adam dari tanah. Allah berfirman: “Jadilah”. Ia pun jadi.
60. Apa yang Kami
kisahkan merupakan kebenaran dari Tuhanmu. Jangan kamu termasuk
kelompok yang bimbang.
61. Kalau ada
yang membantahmu (tentang kisah Nabi Isa) sesudah datang pengetahuan
kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Katakan: “Mari kita mengumpulkan
anak-anak kami dan anak-anakmu. Isteri-isteri kami dan
isteri-isterimu. Diri kami dan kalian. Ayo melakukan mubahalah
(permohonan secara sungguh-sungguh kepada Allah). Kita mohon supaya
laknat Allah menimpa pendusta”.
[Mubahalah
adalah prosesi memohon kepada Allah supaya menjatuhkan laknat kepada
pihak yang berbohong].
62. Ini kisah
yang benar. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
63. Kalau mereka
berpaling dari kebenaran. Sungguh, Allah Maha Tahu siapa berbuat
kerusakan.
64. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Hai Ahl al-Kitab! Mari bersatu
kata. Kita tidak menyembah kecuali Allah. Kita tidak
mempersekutukan Ia dengan sesuatu. Tidak pula sebagian dari kita
menjadikan yang lain sebagai tuhan selain Allah. Kalau Ahl
al-Kitab enggan menerima. Ucapkan: “Saksikan bahwa kami
Muslim, individu yang berserah diri kepada Allah”.
65. Hai Ahl
al-Kitab! Mengapa kamu saling berselisih tentang agama Nabi
Ibrahim. Camkan kalau Taurat dan Injil diturunkan sesudah ia wafat.
Apakah kamu tidak menggunakan nalar?
66. Beginilah
kalian sebagai orang bebal! Saling berdebat menyangkut ihwal yang
kalian tahu lewat Taurat. Mengapa sekarang membantah hal yang kamu
tidak tahu? Ingat! Allah yang tahu hakikat sebenarnya. Kamu tidak!
67. Nabi Ibrahim
bukan Yahudi! Bukan pula Kristen! Ia berpedoman pada tauhid. Ia
Muslim! Bukan musyrik!”
68. Manusia yang
paling dekat kepada Nabi Ibrahim ialah pengikutnya. Kemudian Nabi
Muhammad bersama umatnya. Allah adalah pelindung sekaligus penolong
insan saleh.
69. Segolongan
Ahl al-Kitab berniat menyesatkan kamu. Mereka sebenarnya
hanya menyesatkan diri sendiri tanpa ia sadari (akibat buruknya).
70. Hai Ahl
al-Kitab! Mengapa kalian tiada jeda mengingkari ayat-ayat Allah!
Padahal kamu menyaksikan kebenarannya!
71. Hai Ahl
al-Kitab! Mengapa kamu mencampur-aduk kebenaran dengan
kebatilan. Kemudian menyembunyikan kebenaran. Padahal kamu tahu.
72. Sebagian
Ahl al-Kitab berkata kepada sesamanya: “Tunjukkan di pagi
hari seolah kamu beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan untuk
insan beriman. Kemudian tolak di senja hari! Hingga, kaum Mukmin
ragu agar murtad.
73. Mereka
kembali berujar: “Jangan percaya kecuali kepada pengikut agamamu
(Yahudi)”. Beritahu (wahai Nabi Muhammad): “Pedoman yang benar
ialah petunjuk Allah”. Mereka mengoceh lagi: “Jangan percaya
bahwa seseorang (Nabi Muhammad) akan diberi semacam apa yang
diberikan kepadamu. Jangan pula percaya bahwa mereka mampu
mengalahkan argumentasimu di sisi Tuhanmu!” Katakan (wahai Nabi
Muhammad): “Segenap karunia ada di sisi Allah. Tuhan memberikan
kepada siapa Ia berkenan. Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha
Tahu.
74. Allah
menentukan kenabian kepada siapa Ia berkehendak. Allah pemilik
karunia berlimpah.
75. Di antara Ahl
al-Kitab, ada yang kalau dititipkan kepadanya sejumlah besar
harta. Ia mengembalikan secara sempurna kepadamu. Di antara mereka
ada yang kalau kamu menitipkan kepadanya satu dinar. Ia tidak
mengembalikannya kecuali kalau ditagih terus-menerus. Mereka
berceloteh: “Tiada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi”.
Mereka doyan berkata dusta terhadap Allah. Padahal, mereka tahu
kalau dirinya pembohong.
[Ummi
di sini berarti tidak punya akses terhadap Taurat dan Injil.
Penyebaran kitab-kitab di masa itu sangat terbatas. Pengetahuan
Rasulullah tentang Taurat dan Injil berasal dari wahyu, bukan
berinteraksi dengan Taurat dan Injil].
76. Sebenarnya,
siapa menepati janji. Kemudian ia bertakwa. Sungguh, Allah
mengasihi pribadi takwa.
77. Siapa
menukar janjinya kepada Allah. Kemudian mencampakkan sumpah mereka
demi laba dunia yang secabik. Tiada ia memperoleh kenikmatan di
Akhirat. Allah tidak akan berkomunikasi dengan mereka. Tidak akan
menoleh kepadanya. Tiada pula disucikan dari dosa di Hari Kiamat.
Azab pedih justru menimpanya.
78. Di antara Ahl
al-Kitab ada rabi yang memutar-mutar
lidahnya membaca Taurat. Kalian pun mengira yang dibaca itu
sebagian dari Taurat. Padahal, bukan Taurat! Mereka terus-menerus
sesumbar: “Ini dari Allah!” Sebenarnya bukan dari Allah! Mereka
berceloteh dusta atas nama Allah. Mereka tahu kalau sebenarnya
dirinya berbohong.
79. Tidak pantas
figur yang oleh Allah diberikan Kitab Suci, Hikmah dan Kenabian.
Kemudian berkata kepada manusia: “Sembah saya! Jangan sembah
Allah!” Kalimat yang mesti ia ucapkan: “Jadilah penyembah
Allah. Sebab, kamu selalu mengajarkan sekaligus mempelajari isi
Kitab Allah”.
80. Tidak wajar
pula ia menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai tuhan.
Apakah patut ia menggiringmu menjadi kafir sesudah kamu menganut
Islam?
81. Ingat ketika
Allah mengambil ikrar setia para Nabi: “Apa saja Kitab dan Hikmah
yang Aku berikan kepadamu. Kalau datang di hadapanmu seorang Rasul
mengesahkan apa yang ada padamu. Percayalah kepadanya. Bantu ia
secara maksimal”. Allah berfirman lagi: “Apakah kamu setuju?
Apakah kamu menerima ikatan janji-Ku atas dasar demikian?” Mereka
menjawab: “Kami setuju!” Allah berfirman: “Kalau begitu
bersaksilah (wahai para Nabi). Aku bersama kalian di antara orang
yang bersaksi”.
82. Siapa
membelot sesudah sumpah setia itu. Mereka fasik (pelanggar perintah
Allah).
83. Apakah
mereka mencari agama selain dari Allah. Padahal, segala yang ada di
langit dan bumi berserah diri kepada Allah, baik sukarela atau
terpaksa. Kepada Allah mereka dikembalikan.
84. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Kami beriman kepada Allah. Beriman
terhadap apa yang diturunkan buat kami (al-Qur’an). Beriman kepada
apa yang diwahyukan untuk Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi
Yaqub dan anak-cucunya. Kemudian apa yang diberikan kepada Nabi
Musa, Nabi Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tiada
membedakan seorang pun di antaranya. Kepada Allah jua kami berserah
diri”.
85. Siapa
mencari agama selain Islam. Tiada akan diterima! Di Akhirat, ia
termasuk orang yang merugi.
86. Bagaimana
Allah akan membimbing suatu kaum yang kafir sesudah beriman.
Pengakuan telah dipersaksikan bahwa Rasul (Nabi Muhammad) itu benar.
Bukti-bukti terang pun telah datang kepada mereka. Kepada kaum
zalim, tiada petunjuk baginya dari Allah.
87. Hukuman yang
ditimpakan kepadanya ialah laknat Allah. Demikian pula laknat para
malaikat. Laknat sekalian manusia beriman!
88. Mereka kekal
di dalam Neraka! Tidak diringankan siksanya! Tidak pula diberi
jeda.
89. Berbeda
dengan orang yang taubat sesudah kafir. Ia mengoreksi diri.
Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
90. Mereka yang
kafir sesudah beriman. Kemudian makin bertambah keingkarannya.
Tidak diterima taubatnya. Mereka sengaja menempuh jalan sesat.
91. Orang kafir
yang mati dalam kekafiran. Tidak diterima seorang pun di antara
mereka, walau punya emas sepenuh bumi untuk menebus dirinya. Mereka
justru disediakan azab pedih tak terperi. Tiada seorang sanggup
menolongnya!
92. Kamu mustahil
mencapai hakikat kebajikan yang sempurna sebelum mendermakan sebagian
harta yang kamu cintai. Apa saja yang kamu sumbangkan, niscaya Allah
tahu.
93. Semua makanan
adalah halal untuk keturunan Israil kecuali yang diharamkan oleh Nabi
Yaqub bagi dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakan (wahai Nabi
Muhammad): “Kalau kalian bani Israil mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum Taurat diwahyukan, bawa Kitab Suci itu! Bacalah
kalau kamu orang yang benar”.
94. Siapa sesudah ini merekayasa dusta terhadap Allah. Mereka tertera sebagai manusia zalim.
94. Siapa sesudah ini merekayasa dusta terhadap Allah. Mereka tertera sebagai manusia zalim.
95. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Maha Benar Allah. Ikutlah agama Nabi
Ibrahim yang berasas kebenaran. Ia bukan musyrik!”
96. Rumah
pertama yang dibangun sebagai tempat ibadah manusia ialah Baitullah
di Mekah. Penuh berkah sekaligus menjadi petunjuk bagi alam semesta.
97. Di sana
terhampar tanda-tanda yang nyata. Di antaranya maqam
Nabi Ibrahim. Siapa masuk ke Baitullah, ia aman! Allah mewajibkan
manusia beribadah haji ke Baitullah. Kewajiban itu ditujukan kepada
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Siapa ingkar
tentang kewajiban haji, maka, Allah Maha Kaya. Ia tidak memerlukan
sesuatu dari alam raya.
[Maqam
merupakan batu dari Surga. Maqam
merupakan batu terbang yang dipakai Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail
untuk membangun Kabah. Maqam
bisa disaksikan sampai sekarang]
98. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Hai Ahl
al-Kitab! Mengapa kamu ingkari
ayat-ayat Allah! Padahal, Allah selalu menyaksikan apa yang kamu
kerjakan?”
99. Katakan
(wahai Nabi Muhammad): “Hai Ahl
al-Kitab! Mengapa kalian
menghalangi insan beriman dari agama Allah. Kamu menginginkan Islam
menyimpang. Padahal, kalian menyaksikan kebenaran Islam. Allah
tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.
100. Hai insan
saleh! Kalau kamu mengikuti sebagian orang Yahudi dan Kristen yang
diberi Kitab. Mereka menjadikan kamu kembali kafir!
101. Bagaimana
bisa kamu terjerumus pada kekafiran! Padahal, al-Qur’an dibacakan
kepadamu! Di tengah kalian ada Rasul-Nya (Nabi Muhammad). Siapa
berpegang teguh kepada agama Allah. Ia diberi petunjuk ke jalan
lurus.
102. Hai insan
saleh! Bertakwalah kepada Allah dengan ketakwaan yang benar. Jangan
kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim!
103. Teguhkan
diri kalian kepada tali Allah (agama Islam). Jangan terpecah-belah!
Ingat nikmat Allah kepadamu ketika dulu (di masa Jahiliyah) kamu
saling bermusuhan. Allah kemudian mempertautkan hatimu. Dengan
karunia Allah. Kalian pun bersaudara. Dulu (di era Jahiliah) kamu
berada di tubir jurang Neraka. Allah menyelamatkanmu. Demikianlah
Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya. Semoga kamu memperoleh
hidayah.
104. Sepatutnya
ada di antara kalian satu kelompok yang menyeru kepada kebaikan
(mengembangkan Islam). Menyuruh berbuat kebaikan dan melarang
kebatilan. Mereka yang berdakwah itu termasuk orang nan jaya.
105. Jangan kamu
serupa orang Yahudi dan Kristen. Mereka bercerai-berai dan
berselisih dalam agamanya sesudah datang bukti-bukti terang (yang
dibawa oleh Nabi-nabi Allah). Tersedia bagi mereka azab dahsyat.
106. Pada Hari
Kiamat ada roman putih berseri. Ada pula wajah hitam-legam yang
muram. Ditanya si muka gelap-pekat: “Mengapa kamu kafir sesudah
beriman? Kini, rasakan azab Neraka gara-gara kekafiranmu!”
107. Orang yang
putih berseri parasnya. Mereka berada dalam kasih sayang Allah.
Mereka kekal di dalam Surga.
108. Begitulah
keterangan Allah. Kami bacakan dengan benar kepadamu (wahai Nabi
Muhammad). Mustahil Allah bermaksud aniaya kepada semua makhluk-Nya.
109. Kepunyaan
Allah segala yang di langit dan bumi. Kepada Allah jua dikembalikan
segala urusan.
110. Kalian
penganut Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan demi kebaikan
manusia. Kamu menyuruh berbuat segala yang baik. Kemudian melarang
perkara buruk. Kalian beriman kepada Allah secara hakiki. Andai Ahl
al-Kitab (Yahudi dan Kristen) beriman, tentu itu baik baginya.
Di antara mereka ada yang beriman, tetapi, mayoritas pelanggar
perintah Allah.
111. Yahudi
bersama Kristen tidak dapat membahayakan kalian, kecuali menyakiti
perasaanmu dengan ejekan dan fitnah. Kalau memerangi kalian, mereka
pasti melarikan diri. Tiada kemenangan yang mereka rebut.
112. Mereka
selalu bergelimang kehinaan di mana saja berada, kecuali kalau
berpedoman pada agama Allah dan perjanjian dengan manusia. Mereka
ditimpa kemurkaan dari Allah. Bahkan, dililit kemiskinan. Semua
karena keingkarannya terhadap ayat-ayat Allah. Mereka pun membunuh
para Nabi tanpa alasan sah. Mereka pendurhaka, doyan menistai
hukum-hukum Allah.
113. Perangai
Ahl al-Kitab tidak sama. Di antara mereka ada yang teguh
pendiriannya. Mereka membaca al-Qur’an di malam hari atau kala
sujud dalam shalat.
114. Mereka
beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Mereka menyuruh berbuat baik.
Melarang perilaku keji. Kemudian bergegas dalam pelbagai kebajikan.
Mereka termasuk orang saleh.
115. Kebajikan
apa saja yang dikerjakan. Mereka tidak dihalangi menerima pahalanya.
Allah Maha Tahu keadaan individu takwa.
116. Di sisi
orang kafir, tidak berfaedah baginya harta maupun anak-anaknya.
Semua itu tidak dapat menyelamatkannya dari azab Allah, walau secuil.
Mereka penghuni Neraka! Di sana kekal keberadaannya!
117. Tamsil
harta yang mereka belanjakan dalam kehidupan dunia ini serupa bayu
dingin. Angin itu kemudian mendera tanaman kaum yang menganiaya diri
sendiri. Kerusakan pun terjadi. Bukan Allah yang menganiayanya!
Mereka sendiri yang menganiaya dirinya.
118. Hai insan
saleh, jangan menjadikan orang non-Islam sebagai teman terpercaya.
Mereka tiada henti menggelontorkan bencana kepada kamu. Mereka
menginginkan kesusahan bagimu. Begitu nyata kebencian lewat
mulutnya. Apa yang tersembunyi dalam hatinya lebih buruk lagi.
Sungguh, telah Kami terangkan pembeda antara kawan dengan lawan
kepadamu. Andai kamu mau menggunakan akal.
119. Beginilah
jadinya. Kamu mencintai mereka. Padahal, mereka tidak menyukaimu.
Kamu percaya kepada semua Kitab Allah. Sementara mereka tidak
beriman kepada al-Qur’an. Kalau bertemu kamu, mereka berceloteh:
“Kami beriman”. Kalau berkumpul dengan konco-konconya. Mereka
menggigit ujung jari gara-gara geram bercampur benci terhadap kamu.
Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Mampuslah bersama amarahmu!”.
Sungguh, Allah tahu benar segala isi hati.
120. Kalau
terjadi kebaikan padamu. Mereka merasakan gejolak perih di hatinya.
Kalau bencana menimpamu. Mereka bersorak gembira. Kalau kamu sabar
dan bertakwa, niscaya tipu muslihat mereka tidak sedikit pun
membahayakanmu. Sungguh, Allah tahu segala yang mereka perbuat.
121. Kenang
(wahai Nabi Muhammad) ketika kamu berangkat di pagi hari. Kamu
tinggalkan keluargamu (di Medinah) demi mengantar kaum Mukmin ke pos
masing-masing untuk berlaga (di Perang Uhud). Camkan, Allah Maha
Mendengar. Ia Maha Tahu.
122. Ingat
ketika dua golongan di antara kalian pada Perang Uhud. Mereka hampir
kehilangan semangat meneruskan perjuangan lantaran takut. Padahal,
Allah melindungi keduanya. Kepada Allah saja komunitas Mukmin
sepatutnya berserah diri.
123. Sungguh,
Allah telah menolongmu dalam perang Badar. Padahal, kamu lemah
lantaran berjumlah minim. Bertakwalah kepada Allah. Semoga kamu
bersyukur (atas kemenangan itu).
124. Ingat (wahai
Nabi Muhammad) ketika kamu memompa semangat kaum Mukmin: “Apakah
tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kalian dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan dari langit?”
125. “Tentu
cukup. Kalau kamu sabar dan bertakwa. Kemudian musuh menyerbu kamu
secepat kilat. Allah pasti membantumu dengan lima ribu malaikat
pilihan”.
126. Allah
menjadikan bantuan pasukan Malaikat itu sebagai kabar gembira bagimu.
Hingga, tenteram hatimu. Ingat bahwa pertolongan yang membuahkan
kemenangan itu berasal dari Allah. Ia Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
127. Allah
membantumu dalam Perang Badar guna membinasakan sebagian begundal
kafir. Mereka terhina dengan kekalahan. Mereka pun pulang. Kecewa
dalam harapan.
128. Tiada secuil
campur tanganmu (wahai Nabi Muhammad) dalam urusan para pedosa.
Apakah Allah menerima taubat atau mengazabnya. Mereka benar-benar
orang zalim.
129. Kepunyaan
Allah yang ada di langit dan di bumi. Tuhan mengampuni kepada siapa
Ia berkenan. Ia menyiksa yang Ia kehendaki. Allah Maha Pengampun.
Ia Maha Penyayang.
130. Hai insan
saleh. Jangan memungut riba secara berlipat ganda. Bertakwalah
kepada Allah supaya kamu memperoleh keberuntungan.
131. Pelihara
dirimu dari api Neraka. Disediakan untuk orang kafir.
132. Taatlah
kepada Allah dan Rasul. Semoga kamu memperoleh kasih sayang Tuhan.
133. Bergegaslah
mengerjakan perbuatan baik demi memperoleh ampunan dari Tuhanmu.
Kemudian
mengharap Surga yang seluas langit dan bumi. Disiapkan bagi insan
takwa.
134. Pelaku
takwa ialah yang mendermakan hartanya kala senang atau susah. Mereka
menahan amarah sembari memaafkan. Allah mengasihi individu yang
berbuat kebaikan.
135. Orang yang
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri. Mereka
kemudian ingat Allah. Kemudian memohon ampun atas dosa-dosanya.
Siapa gerangan yang mengampuni dosa selain Allah? Kemudian tidak
melanjutkan perbuatan keji ketika mereka sadar dan tahu akibat
buruknya.
136. Balasan
bagi mereka ialah ampunan dari Tuhannya. Kemudian anugerah berupa
Surga yang dialiri sungai-sungai. Mereka kekal di sana. Hal itu
sebaik-baik pahala bagi orang yang beramal.
137. Pernah
berlaku sebelum kamu kejadian-kejadian berdasarkan aturan-aturan
Allah. Berkelanalah di permukaan bumi. Perhatikan bagaimana akibat
kalau orang mendustakan Rasul-rasul.
138. Al-Qur’an
ini adalah penerangan bagi seluruh manusia. Petunjuk dan pelajaran
bagi orang bertakwa.
139. Jangan
bersikap lemah (dalam mempertahankan dan menegakkan Islam)! Jangan
pula bersedih hati (terhadap masalah yang menimpamu)! Derajatmu
paling unggul berkat kamu Mukmin.
140. Kalau di
Perang Uhud kamu terluka. Gerombolan kafir pun kena luka di Perang
Badar. Begitulah hari-hari di dunia (ada kemenangan dan kekalahan).
Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka memperoleh
pelajaran). Hingga, nyata apa yang diketahui Allah tentang orang
yang tetap beriman atau sebaliknya. Kemudian digugurkan sebagian di
antara kalian sebagai syuhada. Ingat, Allah tidak suka orang zalim.
Derajat
Terjemahan
Terjemahan
al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya. Bukan al-Qur’an sejati
yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad. Al-Qur’an selalu
berbahasa Arab klasik. Tidak dinamakan al-Qur’an kalau
firman-firman Allah itu disadur ke bahasa Bugis atau Perancis.
Soalnya, terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud
al-Qur’an. Alih bahasa tiada mungkin sepadan dengan makna hakiki
yang dimaksud Allah. Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas,
puitis sekaligus sarat makna. Sementara aneka bahasa yang digunakan
dalam terjemahan tidak efektif dan efisien.
Terjemahan
al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi
dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak
hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit. Terjemahan
al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan. Dengan demikian,
posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.
Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Terjemahan
al-Qur’an tidak pernah serupa. Terjemahan selalu tampil beda.
Aspek itu menunjukkan bahwa terjemahan tidak bisa setara dengan
al-Qur’an. Sebab, Kalam Ilahi itu punya irama dalam teks,
kejelasan makna, sintaks kalimat dan penggunaan kata.
Terjemahan
al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk mustahil.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa terjemahan harfiah repot akibat
membutuhkan persyaratan yang berat direalisasikan. Terjemahan
harfiah sulit karena ada mufradaat (sinonim) per huruf antara
bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kemudian ada tanda baca
yang sama pada bahasa penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa
al-Qur’an. Tanda baca itu minimal mirip. Selain itu, terjemahan
secara harfiah menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa
penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kesamaan itu mencakup kalimat,
sifat atau tambahan-tambahannya.
Terjemahan
harfiah diharamkan ulama lantaran makna yang dikandungnya kurang
sempurna. Hingga, jauh dari maksud al-Qur’an.
Walau rumit,
tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam
al-Qur’an. Mereka berusaha selaras dengan wahyu. Sebab, khawatir
mengaburkan makna. Mereka menjaga interpolasi pikiran.
Terjemahan
tidak lepas pula dari platform sastra. Terjemahan berdimensi puitis
itu diperkaya dengan nuansa keindahan bahasa si penerjemah. Dalam
kasus ini, penerjemah bisa digolongkan sebagai figur liberal. Sebab,
menyuntikkan semangat bahasa ibu si penerjemah ke dalam terjemahan.
Mereka tidak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab. Penerjemah
semacam ini menggunakan kebebasan dengan kata-kata pilihan.
Di berbagai
bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis. Ada pula sekedar
informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik sastrawi. Tiap kalimat
tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an. Spirit yang diemban
ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tidak membosankan
disimak.
Pada
akhirnya, seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi itu
meresap di kalbu. Tiada seorang pun ingin menampilkan terjemahan ala
kadarnya. Elemen itu pula yang membuat semua terjemahan mutlak
dilengkapi di sisi kanan atau atasnya al-Qur’an tulen yang
berbahasa Arab. Hingga, jika ada yang salah atau keliru, maka,
pembaca segera menengok al-Qur’an asli.
Terjemahan
apa saja terasa sempurna kalau dilampiri al-Qur’an sejati. Sebab,
al-Qur’an berbahasa Arab itu mampu berpengaruh secara psikologis
terhadap pembacanya, walau ia tidak paham bahasa Arab.
Di luar
negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an
yakni kata nahnu. Dhamir nahnu berarti kita atau kami.
Dalam ilmu Nahwu, nahnu bisa diterjemahkan kita, kami, saya
atau yang lain tergantung konteks kalimat. Dalam bahasa Arab,
istilah dan kata tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sebagai
contoh, kata antum (kalian). Antum sering dipakai
untuk menyapa lawan bicara sekalipun hanya satu orang. Tidak dipakai
kata anta (kamu). Penggunaan antum yang plural
dianggap lebih sopan sembari mengharagai lawan bicara.
Di
Indonesia, orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan.
Kamu, Anda dan tuan memiliki rasa bahasa yang berbeda. Kamu biasa
digunakan untuk lawan bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.
Anda dipakai untuk lawan bicara yang dituakan. Sementara tuan untuk
orang yang dimuliakan. Anda dan tuan dalam sosio-linguistik Arab
bermakna ta’zim alias kata beradab terhadap lawan bicara
yang punya derajat tinggi atau kepada khalayak.
“Kami”
adalah sebutan Allah untuk diri-Nya. Dalam bahasa Arab, ada jamak
kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a
ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata ganti orang pertama
plural. Sementara jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim li
nafsih) menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat atau
bermakna keagungan atas dirinya.
Allah
menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya
berjumlah banyak. Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur,
pemelihara, pemaaf, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta.
Allah tidak tidur! Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa
insan beriman.
“Semua
makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya. Tiap waktu Ia
sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman:
29).
Ketika
membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci.
Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah.
“Aku ini Allah. Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah
sendiri memaklumatkan kalau nama-Nya tiada lain Allah. Allah
merupakan nama diri (proper name) dari Zat Maha Kuasa. Dalam
kaidah bahasa Arab, kata Allah bentuknya ism jamid. Kategori
itu menjabarkan kalau kata Allah bukan ism yang diambil dari
kata kerja. Dengan demikian, tidak bisa diubah dalam bentuk apa pun!
Ini berbeda dengan kata rabbun (Tuhan). Rabbun
bentuknya ism mustaq yang terambil dari kata kerja rabba,
rabbi atau tarbiyatan.
Terkutuklah
sekawanan agen Thaghut (sesembahan paling nista) berlabel
Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan
selain Tuhan”.
Abdul Haris
Booegies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar