Kamis, 03 Mei 2012

Terjemahan Surat al-Imran versi Abdul Haris Booegies



Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh

Surat al-Imran
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Maha Pemurah

1. Alif Lam Mim
2. Allah. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Ia. Maha Kekal lagi berdiri sendiri.
3. Ia menurunkan kepadamu (wahai Nabi Muhammad) al-Qur’an yang mengandung kebenaran. Mengesahkan Kitab-kitab Suci sebelumnya. Ia juga menurunkan Taurat dan Injil.
4. Sebelum al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia. Allah menurunkan al-Furqan (pembeda yang hak dengan batil). Sungguh, orang yang mengingkari ayat-ayat Allah akan dibalas siksa keras. Allah Maha Perkasa. Ia berhak menghukum dengan siksa pedih kepada golongan salah.
5. Sungguh, bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi di bumi dan di langit.
6. Ia yang membentuk rupa kamu dalam rahim ibumu selaras kehendak-Nya. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Ia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
7. Ia menurunkan al-Qur’an kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Di dalamnya terkandung ayat-ayat muhkamat (jelas dan tegas). Ayat muhkamat merupakan isi utama al-Qur’an. Sementara lainnya ayat mutasyabihat (samar-samar dan kiasan). Hingga, menimbulkan paham sesuai selera hati. Manusia yang hatinya condong kepada kesesatan. Mereka mengikuti ayat mutasyabihat. Mereka ingin menimbulkan perselisihan. Interpretasi hakikinya pun dicari-cari sekehendak hati. Padahal, tidak ada yang tahu takwilnya kecuali Allah. Insan teguh dengan ilmu agama tinggi berkata: “Kami beriman kepada al-Qur’an! Seluruhnya dari Tuhan kami”. Tidak ada yang mau memetik pelajaran kecuali yang punya pikiran jernih (ulil albab).
8. Insan saleh memanjatkan doa: “Ya Tuhan kami! Jangan condongkan hati kami pada kesesatan sesudah Engkau membimbing kami. Curahkan kami kasih sayang dari sisi-Mu. Engkau Tuhan yang melimpah-ruah karunia-Nya”.
9. “Tuhan kami, Engkau menghimpun manusia di Hari Kiamat. Hari yang tak ada keraguan terhadapnya”. Allah tidak pernah ingkar janji!
10. Sungguh, tidak berguna harta benda orang kafir. Keturunan mereka pun tidak kuasa menyelamatkannya dari azab Allah. Secuil pun mereka tidak mampu menolak siksa Allah. Mereka merupakan bahan bakar api Neraka!
11. Keadaan mereka sebagaimana kebiasaan kaum Fir’aun maupun orang-orang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Allah kemudian menghukum gara-gara dosa-dosanya. Allah sangat keras siksa-Nya!
12. Katakan (wahai Nabi Muhammad) kepada gerombolan kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan di dunia ini. Kemudian dihimpun pada Hari Kiamat untuk digiring ke Neraka Jahanam. Tempat itu seburuk-buruk yang disediakan”.
13. Telah ada bukti bagi kamu. Kala dua pasukan saling berlaga. Satu pasukan berperang di jalan Allah demi mempertahankan Islam. Sementara pasukan lain dari kawanan kafir. Dengan mata kepala, pasukan kafir melihat jumlah pasukan Muslim seolah dua kali lipat jumlahnya. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya kepada siapa Ia berkenan. Sungguh, yang demikian itu menjadi peringatan. Hingga, menginsafkan manusia yang punya daya nalar sembari memiliki mata hati.
14. Dijadikan indah pada pandangan manusia. Kecintaan kepada sesuatu yang didambakan nafsu semacam wanita-wanita dan putra-putri. Kemudian harta-benda yang banyak bertimbun berupa emas dan perak. Kemudian kuda pilihan, ternak dan sawah-ladang. Semua itu menjadi kesenangan hidup di dunia. Ingat! Di sisi Allah tempat kembali terbaik berupa Surga.
15. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Maukah saya kabarkan kepadamu yang lebih baik dibandingkan dambaan nafsu?” Siapa bertakwa disediakan Surga. Di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di sana. Mereka dikaruniai pasangan-pasangan suci. Mereka pun memperoleh keridaan besar dari Allah. Allah Maha Melihat semua hamba-Nya.
16. Para hamba Allah berdoa: “Ya Tuhan kami! Kami sungguh beriman. Ampuni segala dosa kami. Lindungi kami dari azab Neraka!”
17. Para hamba Allah ialah orang sabar dalam menjunjung hukum Allah. Manusia yang benar perkataan berikut perbuatannya. Insan yang taat terhadap perintah Allah. Orang yang mendermakan hartanya di jalan Allah. Kemudian yang memohon ampun sebelum fajar menyingsing.
18. Allah bertitah kepada seluruh makhluk. Tidak ada Tuhan selain Ia! Penegak keadilan di jagat raya. Para Malaikat bersama orang berilmu juga mengakui demikian. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Ia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
19. Sungguh, agama benar dan diridai Allah ialah Islam. Orang Yahudi dan Kristen yang diberi Kitab. Mereka tidak berselisih tentang Islam sekaligus enggan menerimanya. Perselisihan terjadi sesudah mereka memperoleh pengetahuan sah tentang kebenaran Islam. Aspek itu akibat kedengkian di antara mereka. Siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Ingat, Allah sangat cepat dalam perhitungan.
20. Kalau mereka membantah kamu (wahai Nabi Muhammad) tentang kebenaran Islam. Katakan: “Aku berserah diri kepada Allah. Demikian pula yang mengikutiku”. Bertanyalah kepada Yahudi dan Kristen yang diberi Taurat dan Injil maupun ummi (musyrik Arab yang tidak punya Kitab Suci): “Apakah kamu mau masuk Islam?” Kalau mereka memeluk Islam. Mereka memperoleh petunjuk. Kalau berpaling, tentu kewajibanmu sekedar menyampaikan ayat-ayat Allah. Allah Maha Melihat semua hamba-Nya.
21. Orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Kemudian membunuh para Nabi secara semena-mena. Kemudian membunuh orang yang menyeru berlaku adil. Sampaikan kepada mereka tentang azab pedih.
22. Mereka orang yang sia-sia perbuatannya di dunia dan Akhirat. Mereka secuil pun tidak tertolong.
23. Tiadakah kamu perhatikan (wahai Nabi Muhammad). Sikap orang Yahudi yang diberi sebagian Taurat? Mereka diseru supaya Kitab itu dijadikan hakim mengenai pertikaian yang timbul di antara mereka. Sebagian di antaranya berpaling. Mereka menolak kebenaran.
24. Mereka sesumbar: “Api Neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari yang dapat dihitung”. Mereka terperdaya oleh rekaannya sendiri yang diselundupkan ke agamanya.
25. Bagaimana keadaannya kalau kelak Kami kumpulkan mereka di Hari Kiamat. Hari yang tidak diragukan kebenarannya! Kepada tiap orang diberikan balasan atas apa yang diusahakan tanpa dirugikan.
26. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Allah Pemilik Kerajaan! Engkau beri kerajaan kepada siapa Engkau berkenan. Engkau cabut kerajaan kepada siapa Engkau kehendaki. Engkau anugerahkan kemuliaan kepada siapa Engkau berkenan. Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam genggaman-Mu segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
27. Engkau masukkan malam ke dalam siang. Engkau masukkan siang kepada malam. Engkau keluarkan yang hidup dari benda mati. Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau menghamparkan rezeki tanpa batas kepada siapa Engkau berkenan”.
28. Tidak patut komunitas beriman menjadikan gerombolan kafir sebagai teman atau pelindung. Kemudian meninggalkan orang Mukmin. Siapa berbuat begitu. Ia tidak memperoleh perlindungan dari Allah kecuali sekedar menghindarkannya dari ketakutan akibat ulah gerombolan kafir. Allah memperingatkan supaya kamu mengingat siksa-Nya. Kepada Allah jua tempat kembali.
29. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Kalau kamu menyembunyikan sesuatu dalam hatimu atau kamu tuturkan. Allah pasti tahu!” Allah tahu apa saja yang ada di langit dan di bumi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
30. Pada Hari Kiamat, tiap orang memperoleh segala kebajikan yang telah dilakukannya. Demikian juga kejahatan yang dilaksanakannya. Kala itu, tiap pedosa berharap ada jarak yang jauh antara dirinya dengan kejahatannya. Allah memperingatkan supaya kalian ingat kekuasaan-Nya untuk menyiksamu. Camkan pula bahwa Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
31. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Kalau kamu mencintai Allah, ikutlah aku. Allah pasti mengasihi dan mengampuni segala dosamu”. Allah Maha Pengampun. Ia Maha Penyayang.
32. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Taatlah kepada Allah dan Rasul. Kalau kamu membelot. Allah tidak suka orang ingkar”.
33. Allah memilih Nabi Adam dan Nabi Nuh. Kemudian memilih keluarga Nabi Ibrahim bersama kerabat Imran. Mereka melebihi segala umat di zaman masing-masing.
34. Mereka berkembang biak sebagai keturunan yang setengahnya berasal dari setengah yang lain. Allah Maha Mendengar. Ia Maha Mengetahui.
35. Isteri Imran berdoa: “Ya Tuhanku! Saya menazarkan kepada Engkau. Anak dalam kandunganku menjadi hamba yang bebas dari segala urusan dunia. Hingga, ia semata berkhidmat kepada Engkau (di Baitul Maqdis). Kabulkan nazarku. Sungguh, Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
36. Tatkala isteri Imran melahirkan. Ia berujar: “Ya Tuhanku! Saya melahirkan seorang putri (padahal saya mengharapkan putra)”. Allah tahu benar yang ia lahirkan. Tentu laki-laki tidak sama dengan perempuan. “Saya menamakannya Maryam. Saya mohon perlindungan baginya dan keturunannya dari setan terkutuk”.
37. Maryam yang dinazarkan oleh sang ibu diterima secara baik oleh Tuhannya. Ia dididik secara baik. Allah menyerahkan pemeliharaannya kepada Nabi Zakariya.
Tiap Nabi Zakariya menemui Maryam di mihrab. Ia temukan ada makanan. Nabi Zakariya bersabda: “Hai Maryam! Dari mana kamu memperoleh buah-buahan ini”. Maryam menjawab: “Dari Allah”. Sungguh, Allah memberi rezeki kepada siapa Ia berkenan tanpa diduga.
38. Di situ Nabi Zakariya memanjatkan doa kepada Tuhannya: “Ya Tuhanku! Berilah saya keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sungguh, Engkau memperkenankan segala doa”.
39. Jibril berseru kepada Nabi Zakariya yang shalat di mihrab. “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang kelahiran Yahya. Ia membenarkan kalimat Allah. Ia menjadi panutan. Ia mampu menahan diri dari nafsu syahwat. Ia termasuk Nabi dari golongan orang saleh”.
[“Kalimat Allah” ialah kun yang berarti jadilah. Ada pula yang menafsirkan bahwa Nabi Yahya mempercayai kerasulan Nabi Isa al-Masih. Ia pun membenarkan Kitab Suci.
Kun dan Nabi Isa sesungguhnya sama. Sebab, dengan kata kun itu Nabi Isa tercipta sebagaimana Nabi Adam].
40. Bertanya Nabi Zakariya: “Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa memperoleh putera. Uzur telah merayapi tubuhku. Isteriku pun mandul”. Allah berfirman: “Begitulah Allah berbuat apa yang Ia kehendaki”.
41. Nabi Zakariya bersabda: “Beri saya tanda (kalau isteriku mengandung)”. Allah berfirman: “Kamu tidak dapat berkomunikasi dengan publik. Selama tiga hari tiga malam kamu hanya berbicara dengan isyarat. Panjatkan zikir sebanyak-banyaknya kepada Tuhanmu. Bertasbihlah memuji Allah dengan shalat di waktu petang dan pagi”.
42. Simak (wahai Nabi Muhammad) ketika Jibril berkata: “Hai Maryam! Allah memilih dan mensucikanmu. Kamu diutamakan dengan kemuliaan melebihi wanita lain di dunia yang semasa denganmu”.
43. “Hai Maryam! Taatlah kepada Tuhanmu. Sujud dan rukuklah bersama orang yang rukuk mengerjakan shalat”.
44. Peristiwa semacam itu merupakan sebagian warta gaib yang Kami wahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Kala itu kamu tidak berada bersamanya. Mereka melemparkan anak panah untuk mengundi. Siapa berhak memelihara Maryam. Kamu juga tidak hadir di sana ketika mereka bersengketa memperebutkan hak merawat Maryam.
45. Simak ketika Jibril berkata: “Hai Maryam! Allah menyampaikan kabar gembira. Kamu akan mengandung seorang putera. Ia diciptakan dari firman Allah. Ia bernama al-Masih Isa putera Maryam. Sosoknya terkemuka di dunia dan Akhirat. Ia individu yang didekatkan di sisi Allah.
46. Ia berbicara dengan manusia sewaktu masih dalam buaian. Ketika dewasa, ia termasuk insan saleh.
47. Maryam berujar: “Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa punya anak! Tiada lelaki pernah menyentuhku”. Allah berfirman dengan perantaraan Jibril: “Begitulah Allah menciptakan apa yang Ia kehendaki. Kalau Tuhan memutuskan sesuatu. Ia hanya bertitah: “Jadilah”. Ia pun tercipta!
48. Allah mengajarkan kepada Nabi Isa ilmu menulis dan hukum agama. Ia juga diberi pemahaman isi Taurat dan Injil.
49. Ia dilantik menjadi Rasul untuk bani Israil. “Saya datang kepadamu membawa mujizat dari Tuhanmu. Saya membuat untuk kalian dari tanah liat sebentuk burung. Ketika saya meniupnya. Ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Saya menyembuhkan tunanetra dan penderita kusta. Dengan izin Allah, saya menghidupkan orang mati. Saya tahu apa yang kamu makan atau simpan di rumahmu. Semua itu menjadi tanda kerasulanku untuk kalian. Kalau kamu memang mau beriman!”
50. “Saya diutus kepadamu untuk mengesahkan Taurat yang datang lebih dulu. Saya menghalalkan bagimu sebagian yang diharamkan untuk kalian. Saya juga datang membawa mujizat dari Tuhanmu. Bertakwalah kepada Allah seraya mematuhiku”.
51. “Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Ia. Inilah jalan lempeng”.
52. Ketika Nabi Isa tahu keingkaran Yahudi. Ia bersabda: “Siapa yang mendukungku demi menegakkan agama Allah?” Hawariyyun (para pengikut setia) menjawab: “Kami pembela agama Allah! Kami beriman kepada Allah! Saksikan hai Nabi Allah! Kami Muslim (berserah diri kepada Allah)!”
53. “Tuhan kami! Kami beriman kepada yang Engkau turunkan. Kami mengikuti Rasul. Masukkan kami ke dalam golongan yang mengikrarkan kesaksian tentang keesaan Allah”.
54. Yahudi kafir merancang tipu daya (untuk membunuh Nabi Isa). Allah pun membalas tipu dayanya. Allah sebaik-baik pembalas (dan penggagal segala jenis) tipu daya.
55. Ingat ketika Allah berfirman: “Hai Isa! Aku akan mengambilmu secara sempurna. Kemudian mengangkatmu ke sisi-Ku. Aku sucikan kamu dari kawanan kafir. Aku menjadikan pengikutmu lebih utama dibandingkan begundal kafir sampai Hari Kiamat. Kepada Aku, kamu kembali. Kemudian Aku memutuskan perkara-perkara yang kamu perselisihkan”.
56. “Kawanan kafir akan Aku siksa dengan azab yang sangat keras di dunia dan di Akhirat. Tiada penolong bagi mereka!”
57. Insan saleh dan pengamal kebaikan akan disempurnakan pahalanya. Allah tidak suka orang durjana.
58. Begitulah kisah Nabi Isa yang Kami paparkan kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Hal itu merupakan sebagian keterangan yang membuktikan kebenaran. Al-Qur’an (az-Zikr) ini sarat hikmah (pengetahuan hakiki yang terpelihara).
59. Tamsil Nabi Isa di sisi Allah seperti peristiwa Nabi Adam. Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah. Allah berfirman: “Jadilah”. Ia pun jadi.
60. Apa yang Kami kisahkan merupakan kebenaran dari Tuhanmu. Jangan kamu termasuk kelompok yang bimbang.
61. Kalau ada yang membantahmu (tentang kisah Nabi Isa) sesudah datang pengetahuan kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Katakan: “Mari kita mengumpulkan anak-anak kami dan anak-anakmu. Isteri-isteri kami dan isteri-isterimu. Diri kami dan kalian. Ayo melakukan mubahalah (permohonan secara sungguh-sungguh kepada Allah). Kita mohon supaya laknat Allah menimpa pendusta”.
[Mubahalah adalah prosesi memohon kepada Allah supaya menjatuhkan laknat kepada pihak yang berbohong].
62. Ini kisah yang benar. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
63. Kalau mereka berpaling dari kebenaran. Sungguh, Allah Maha Tahu siapa berbuat kerusakan.
64. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Hai Ahl al-Kitab! Mari bersatu kata. Kita tidak menyembah kecuali Allah. Kita tidak mempersekutukan Ia dengan sesuatu. Tidak pula sebagian dari kita menjadikan yang lain sebagai tuhan selain Allah. Kalau Ahl al-Kitab enggan menerima. Ucapkan: “Saksikan bahwa kami Muslim, individu yang berserah diri kepada Allah”.
65. Hai Ahl al-Kitab! Mengapa kamu saling berselisih tentang agama Nabi Ibrahim. Camkan kalau Taurat dan Injil diturunkan sesudah ia wafat. Apakah kamu tidak menggunakan nalar?
66. Beginilah kalian sebagai orang bebal! Saling berdebat menyangkut ihwal yang kalian tahu lewat Taurat. Mengapa sekarang membantah hal yang kamu tidak tahu? Ingat! Allah yang tahu hakikat sebenarnya. Kamu tidak!
67. Nabi Ibrahim bukan Yahudi! Bukan pula Kristen! Ia berpedoman pada tauhid. Ia Muslim! Bukan musyrik!”
68. Manusia yang paling dekat kepada Nabi Ibrahim ialah pengikutnya. Kemudian Nabi Muhammad bersama umatnya. Allah adalah pelindung sekaligus penolong insan saleh.
69. Segolongan Ahl al-Kitab berniat menyesatkan kamu. Mereka sebenarnya hanya menyesatkan diri sendiri tanpa ia sadari (akibat buruknya).
70. Hai Ahl al-Kitab! Mengapa kalian tiada jeda mengingkari ayat-ayat Allah! Padahal kamu menyaksikan kebenarannya!
71. Hai Ahl al-Kitab! Mengapa kamu mencampur-aduk kebenaran dengan kebatilan. Kemudian menyembunyikan kebenaran. Padahal kamu tahu.
72. Sebagian Ahl al-Kitab berkata kepada sesamanya: “Tunjukkan di pagi hari seolah kamu beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan untuk insan beriman. Kemudian tolak di senja hari! Hingga, kaum Mukmin ragu agar murtad.
73. Mereka kembali berujar: “Jangan percaya kecuali kepada pengikut agamamu (Yahudi)”. Beritahu (wahai Nabi Muhammad): “Pedoman yang benar ialah petunjuk Allah”. Mereka mengoceh lagi: “Jangan percaya bahwa seseorang (Nabi Muhammad) akan diberi semacam apa yang diberikan kepadamu. Jangan pula percaya bahwa mereka mampu mengalahkan argumentasimu di sisi Tuhanmu!” Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Segenap karunia ada di sisi Allah. Tuhan memberikan kepada siapa Ia berkenan. Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Tahu.
74. Allah menentukan kenabian kepada siapa Ia berkehendak. Allah pemilik karunia berlimpah.
75. Di antara Ahl al-Kitab, ada yang kalau dititipkan kepadanya sejumlah besar harta. Ia mengembalikan secara sempurna kepadamu. Di antara mereka ada yang kalau kamu menitipkan kepadanya satu dinar. Ia tidak mengembalikannya kecuali kalau ditagih terus-menerus. Mereka berceloteh: “Tiada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi”. Mereka doyan berkata dusta terhadap Allah. Padahal, mereka tahu kalau dirinya pembohong.
[Ummi di sini berarti tidak punya akses terhadap Taurat dan Injil. Penyebaran kitab-kitab di masa itu sangat terbatas. Pengetahuan Rasulullah tentang Taurat dan Injil berasal dari wahyu, bukan berinteraksi dengan Taurat dan Injil].
76. Sebenarnya, siapa menepati janji. Kemudian ia bertakwa. Sungguh, Allah mengasihi pribadi takwa.
77. Siapa menukar janjinya kepada Allah. Kemudian mencampakkan sumpah mereka demi laba dunia yang secabik. Tiada ia memperoleh kenikmatan di Akhirat. Allah tidak akan berkomunikasi dengan mereka. Tidak akan menoleh kepadanya. Tiada pula disucikan dari dosa di Hari Kiamat. Azab pedih justru menimpanya.
78. Di antara Ahl al-Kitab ada rabi yang memutar-mutar lidahnya membaca Taurat. Kalian pun mengira yang dibaca itu sebagian dari Taurat. Padahal, bukan Taurat! Mereka terus-menerus sesumbar: “Ini dari Allah!” Sebenarnya bukan dari Allah! Mereka berceloteh dusta atas nama Allah. Mereka tahu kalau sebenarnya dirinya berbohong.
79. Tidak pantas figur yang oleh Allah diberikan Kitab Suci, Hikmah dan Kenabian. Kemudian berkata kepada manusia: “Sembah saya! Jangan sembah Allah!” Kalimat yang mesti ia ucapkan: “Jadilah penyembah Allah. Sebab, kamu selalu mengajarkan sekaligus mempelajari isi Kitab Allah”.
80. Tidak wajar pula ia menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai tuhan. Apakah patut ia menggiringmu menjadi kafir sesudah kamu menganut Islam?
81. Ingat ketika Allah mengambil ikrar setia para Nabi: “Apa saja Kitab dan Hikmah yang Aku berikan kepadamu. Kalau datang di hadapanmu seorang Rasul mengesahkan apa yang ada padamu. Percayalah kepadanya. Bantu ia secara maksimal”. Allah berfirman lagi: “Apakah kamu setuju? Apakah kamu menerima ikatan janji-Ku atas dasar demikian?” Mereka menjawab: “Kami setuju!” Allah berfirman: “Kalau begitu bersaksilah (wahai para Nabi). Aku bersama kalian di antara orang yang bersaksi”.
82. Siapa membelot sesudah sumpah setia itu. Mereka fasik (pelanggar perintah Allah).
83. Apakah mereka mencari agama selain dari Allah. Padahal, segala yang ada di langit dan bumi berserah diri kepada Allah, baik sukarela atau terpaksa. Kepada Allah mereka dikembalikan.
84. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Kami beriman kepada Allah. Beriman terhadap apa yang diturunkan buat kami (al-Qur’an). Beriman kepada apa yang diwahyukan untuk Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yaqub dan anak-cucunya. Kemudian apa yang diberikan kepada Nabi Musa, Nabi Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tiada membedakan seorang pun di antaranya. Kepada Allah jua kami berserah diri”.
85. Siapa mencari agama selain Islam. Tiada akan diterima! Di Akhirat, ia termasuk orang yang merugi.
86. Bagaimana Allah akan membimbing suatu kaum yang kafir sesudah beriman. Pengakuan telah dipersaksikan bahwa Rasul (Nabi Muhammad) itu benar. Bukti-bukti terang pun telah datang kepada mereka. Kepada kaum zalim, tiada petunjuk baginya dari Allah.
87. Hukuman yang ditimpakan kepadanya ialah laknat Allah. Demikian pula laknat para malaikat. Laknat sekalian manusia beriman!
88. Mereka kekal di dalam Neraka! Tidak diringankan siksanya! Tidak pula diberi jeda.
89. Berbeda dengan orang yang taubat sesudah kafir. Ia mengoreksi diri. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
90. Mereka yang kafir sesudah beriman. Kemudian makin bertambah keingkarannya. Tidak diterima taubatnya. Mereka sengaja menempuh jalan sesat.
91. Orang kafir yang mati dalam kekafiran. Tidak diterima seorang pun di antara mereka, walau punya emas sepenuh bumi untuk menebus dirinya. Mereka justru disediakan azab pedih tak terperi. Tiada seorang sanggup menolongnya!
92. Kamu mustahil mencapai hakikat kebajikan yang sempurna sebelum mendermakan sebagian harta yang kamu cintai. Apa saja yang kamu sumbangkan, niscaya Allah tahu.
93. Semua makanan adalah halal untuk keturunan Israil kecuali yang diharamkan oleh Nabi Yaqub bagi dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Kalau kalian bani Israil mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum Taurat diwahyukan, bawa Kitab Suci itu! Bacalah kalau kamu orang yang benar”.
94. Siapa sesudah ini merekayasa dusta terhadap Allah. Mereka tertera sebagai manusia zalim.
95. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Maha Benar Allah. Ikutlah agama Nabi Ibrahim yang berasas kebenaran. Ia bukan musyrik!”
96. Rumah pertama yang dibangun sebagai tempat ibadah manusia ialah Baitullah di Mekah. Penuh berkah sekaligus menjadi petunjuk bagi alam semesta.
97. Di sana terhampar tanda-tanda yang nyata. Di antaranya maqam Nabi Ibrahim. Siapa masuk ke Baitullah, ia aman! Allah mewajibkan manusia beribadah haji ke Baitullah. Kewajiban itu ditujukan kepada orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Siapa ingkar tentang kewajiban haji, maka, Allah Maha Kaya. Ia tidak memerlukan sesuatu dari alam raya.
[Maqam merupakan batu dari Surga. Maqam merupakan batu terbang yang dipakai Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail untuk membangun Kabah. Maqam bisa disaksikan sampai sekarang]
98. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Hai Ahl al-Kitab! Mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah! Padahal, Allah selalu menyaksikan apa yang kamu kerjakan?”
99. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Hai Ahl al-Kitab! Mengapa kalian menghalangi insan beriman dari agama Allah. Kamu menginginkan Islam menyimpang. Padahal, kalian menyaksikan kebenaran Islam. Allah tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.
100. Hai insan saleh! Kalau kamu mengikuti sebagian orang Yahudi dan Kristen yang diberi Kitab. Mereka menjadikan kamu kembali kafir!
101. Bagaimana bisa kamu terjerumus pada kekafiran! Padahal, al-Qur’an dibacakan kepadamu! Di tengah kalian ada Rasul-Nya (Nabi Muhammad). Siapa berpegang teguh kepada agama Allah. Ia diberi petunjuk ke jalan lurus.
102. Hai insan saleh! Bertakwalah kepada Allah dengan ketakwaan yang benar. Jangan kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim!
103. Teguhkan diri kalian kepada tali Allah (agama Islam). Jangan terpecah-belah! Ingat nikmat Allah kepadamu ketika dulu (di masa Jahiliyah) kamu saling bermusuhan. Allah kemudian mempertautkan hatimu. Dengan karunia Allah. Kalian pun bersaudara. Dulu (di era Jahiliah) kamu berada di tubir jurang Neraka. Allah menyelamatkanmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya. Semoga kamu memperoleh hidayah.
104. Sepatutnya ada di antara kalian satu kelompok yang menyeru kepada kebaikan (mengembangkan Islam). Menyuruh berbuat kebaikan dan melarang kebatilan. Mereka yang berdakwah itu termasuk orang nan jaya.
105. Jangan kamu serupa orang Yahudi dan Kristen. Mereka bercerai-berai dan berselisih dalam agamanya sesudah datang bukti-bukti terang (yang dibawa oleh Nabi-nabi Allah). Tersedia bagi mereka azab dahsyat.
106. Pada Hari Kiamat ada roman putih berseri. Ada pula wajah hitam-legam yang muram. Ditanya si muka gelap-pekat: “Mengapa kamu kafir sesudah beriman? Kini, rasakan azab Neraka gara-gara kekafiranmu!”
107. Orang yang putih berseri parasnya. Mereka berada dalam kasih sayang Allah. Mereka kekal di dalam Surga.
108. Begitulah keterangan Allah. Kami bacakan dengan benar kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Mustahil Allah bermaksud aniaya kepada semua makhluk-Nya.
109. Kepunyaan Allah segala yang di langit dan bumi. Kepada Allah jua dikembalikan segala urusan.
110. Kalian penganut Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan demi kebaikan manusia. Kamu menyuruh berbuat segala yang baik. Kemudian melarang perkara buruk. Kalian beriman kepada Allah secara hakiki. Andai Ahl al-Kitab (Yahudi dan Kristen) beriman, tentu itu baik baginya. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi, mayoritas pelanggar perintah Allah.
111. Yahudi bersama Kristen tidak dapat membahayakan kalian, kecuali menyakiti perasaanmu dengan ejekan dan fitnah. Kalau memerangi kalian, mereka pasti melarikan diri. Tiada kemenangan yang mereka rebut.
112. Mereka selalu bergelimang kehinaan di mana saja berada, kecuali kalau berpedoman pada agama Allah dan perjanjian dengan manusia. Mereka ditimpa kemurkaan dari Allah. Bahkan, dililit kemiskinan. Semua karena keingkarannya terhadap ayat-ayat Allah. Mereka pun membunuh para Nabi tanpa alasan sah. Mereka pendurhaka, doyan menistai hukum-hukum Allah.
113. Perangai Ahl al-Kitab tidak sama. Di antara mereka ada yang teguh pendiriannya. Mereka membaca al-Qur’an di malam hari atau kala sujud dalam shalat.
114. Mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Mereka menyuruh berbuat baik. Melarang perilaku keji. Kemudian bergegas dalam pelbagai kebajikan. Mereka termasuk orang saleh.
115. Kebajikan apa saja yang dikerjakan. Mereka tidak dihalangi menerima pahalanya. Allah Maha Tahu keadaan individu takwa.
116. Di sisi orang kafir, tidak berfaedah baginya harta maupun anak-anaknya. Semua itu tidak dapat menyelamatkannya dari azab Allah, walau secuil. Mereka penghuni Neraka! Di sana kekal keberadaannya!
117. Tamsil harta yang mereka belanjakan dalam kehidupan dunia ini serupa bayu dingin. Angin itu kemudian mendera tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri. Kerusakan pun terjadi. Bukan Allah yang menganiayanya! Mereka sendiri yang menganiaya dirinya.
118. Hai insan saleh, jangan menjadikan orang non-Islam sebagai teman terpercaya. Mereka tiada henti menggelontorkan bencana kepada kamu. Mereka menginginkan kesusahan bagimu. Begitu nyata kebencian lewat mulutnya. Apa yang tersembunyi dalam hatinya lebih buruk lagi. Sungguh, telah Kami terangkan pembeda antara kawan dengan lawan kepadamu. Andai kamu mau menggunakan akal.
119. Beginilah jadinya. Kamu mencintai mereka. Padahal, mereka tidak menyukaimu. Kamu percaya kepada semua Kitab Allah. Sementara mereka tidak beriman kepada al-Qur’an. Kalau bertemu kamu, mereka berceloteh: “Kami beriman”. Kalau berkumpul dengan konco-konconya. Mereka menggigit ujung jari gara-gara geram bercampur benci terhadap kamu. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Mampuslah bersama amarahmu!”. Sungguh, Allah tahu benar segala isi hati.
120. Kalau terjadi kebaikan padamu. Mereka merasakan gejolak perih di hatinya. Kalau bencana menimpamu. Mereka bersorak gembira. Kalau kamu sabar dan bertakwa, niscaya tipu muslihat mereka tidak sedikit pun membahayakanmu. Sungguh, Allah tahu segala yang mereka perbuat.
121. Kenang (wahai Nabi Muhammad) ketika kamu berangkat di pagi hari. Kamu tinggalkan keluargamu (di Medinah) demi mengantar kaum Mukmin ke pos masing-masing untuk berlaga (di Perang Uhud). Camkan, Allah Maha Mendengar. Ia Maha Tahu.
122. Ingat ketika dua golongan di antara kalian pada Perang Uhud. Mereka hampir kehilangan semangat meneruskan perjuangan lantaran takut. Padahal, Allah melindungi keduanya. Kepada Allah saja komunitas Mukmin sepatutnya berserah diri.
123. Sungguh, Allah telah menolongmu dalam perang Badar. Padahal, kamu lemah lantaran berjumlah minim. Bertakwalah kepada Allah. Semoga kamu bersyukur (atas kemenangan itu).
124. Ingat (wahai Nabi Muhammad) ketika kamu memompa semangat kaum Mukmin: “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan dari langit?”
125. “Tentu cukup. Kalau kamu sabar dan bertakwa. Kemudian musuh menyerbu kamu secepat kilat. Allah pasti membantumu dengan lima ribu malaikat pilihan”.
126. Allah menjadikan bantuan pasukan Malaikat itu sebagai kabar gembira bagimu. Hingga, tenteram hatimu. Ingat bahwa pertolongan yang membuahkan kemenangan itu berasal dari Allah. Ia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
127. Allah membantumu dalam Perang Badar guna membinasakan sebagian begundal kafir. Mereka terhina dengan kekalahan. Mereka pun pulang. Kecewa dalam harapan.
128. Tiada secuil campur tanganmu (wahai Nabi Muhammad) dalam urusan para pedosa. Apakah Allah menerima taubat atau mengazabnya. Mereka benar-benar orang zalim.
129. Kepunyaan Allah yang ada di langit dan di bumi. Tuhan mengampuni kepada siapa Ia berkenan. Ia menyiksa yang Ia kehendaki. Allah Maha Pengampun. Ia Maha Penyayang.
130. Hai insan saleh. Jangan memungut riba secara berlipat ganda. Bertakwalah kepada Allah supaya kamu memperoleh keberuntungan.
131. Pelihara dirimu dari api Neraka. Disediakan untuk orang kafir.
132. Taatlah kepada Allah dan Rasul. Semoga kamu memperoleh kasih sayang Tuhan.
133. Bergegaslah mengerjakan perbuatan baik demi memperoleh ampunan dari Tuhanmu.
Kemudian mengharap Surga yang seluas langit dan bumi. Disiapkan bagi insan takwa.
134. Pelaku takwa ialah yang mendermakan hartanya kala senang atau susah. Mereka menahan amarah sembari memaafkan. Allah mengasihi individu yang berbuat kebaikan.
135. Orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri. Mereka kemudian ingat Allah. Kemudian memohon ampun atas dosa-dosanya. Siapa gerangan yang mengampuni dosa selain Allah? Kemudian tidak melanjutkan perbuatan keji ketika mereka sadar dan tahu akibat buruknya.
136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhannya. Kemudian anugerah berupa Surga yang dialiri sungai-sungai. Mereka kekal di sana. Hal itu sebaik-baik pahala bagi orang yang beramal.
137. Pernah berlaku sebelum kamu kejadian-kejadian berdasarkan aturan-aturan Allah. Berkelanalah di permukaan bumi. Perhatikan bagaimana akibat kalau orang mendustakan Rasul-rasul.
138. Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia. Petunjuk dan pelajaran bagi orang bertakwa.
139. Jangan bersikap lemah (dalam mempertahankan dan menegakkan Islam)! Jangan pula bersedih hati (terhadap masalah yang menimpamu)! Derajatmu paling unggul berkat kamu Mukmin.
140. Kalau di Perang Uhud kamu terluka. Gerombolan kafir pun kena luka di Perang Badar. Begitulah hari-hari di dunia (ada kemenangan dan kekalahan). Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka memperoleh pelajaran). Hingga, nyata apa yang diketahui Allah tentang orang yang tetap beriman atau sebaliknya. Kemudian digugurkan sebagian di antara kalian sebagai syuhada. Ingat, Allah tidak suka orang zalim.




Derajat Terjemahan
     Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya. Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad. Al-Qur’an selalu berbahasa Arab klasik. Tidak dinamakan al-Qur’an kalau firman-firman Allah itu disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an. Alih bahasa tiada mungkin sepadan dengan makna hakiki yang dimaksud Allah. Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas, puitis sekaligus sarat makna. Sementara aneka bahasa yang digunakan dalam terjemahan tidak efektif dan efisien.
      Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit. Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an. Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Terjemahan al-Qur’an tidak pernah serupa. Terjemahan selalu tampil beda. Aspek itu menunjukkan bahwa terjemahan tidak bisa setara dengan al-Qur’an. Sebab, Kalam Ilahi itu punya irama dalam teks, kejelasan makna, sintaks kalimat dan penggunaan kata.
     Terjemahan al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk mustahil. Mayoritas ulama berpendapat bahwa terjemahan harfiah repot akibat membutuhkan persyaratan yang berat direalisasikan. Terjemahan harfiah sulit karena ada mufradaat (sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an. Tanda baca itu minimal mirip. Selain itu, terjemahan secara harfiah menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kesamaan itu mencakup kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
      Terjemahan harfiah diharamkan ulama lantaran makna yang dikandungnya kurang sempurna. Hingga, jauh dari maksud al-Qur’an.
      Walau rumit, tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam al-Qur’an. Mereka berusaha selaras dengan wahyu. Sebab, khawatir mengaburkan makna. Mereka menjaga interpolasi pikiran.
      Terjemahan tidak lepas pula dari platform sastra. Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan bahasa si penerjemah. Dalam kasus ini, penerjemah bisa digolongkan sebagai figur liberal. Sebab, menyuntikkan semangat bahasa ibu si penerjemah ke dalam terjemahan. Mereka tidak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab. Penerjemah semacam ini menggunakan kebebasan dengan kata-kata pilihan.
      Di berbagai bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis. Ada pula sekedar informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik sastrawi. Tiap kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an. Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tidak membosankan disimak.
      Pada akhirnya, seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi itu meresap di kalbu. Tiada seorang pun ingin menampilkan terjemahan ala kadarnya. Elemen itu pula yang membuat semua terjemahan mutlak dilengkapi di sisi kanan atau atasnya al-Qur’an tulen yang berbahasa Arab. Hingga, jika ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera menengok al-Qur’an asli.
      Terjemahan apa saja terasa sempurna kalau dilampiri al-Qur’an sejati. Sebab, al-Qur’an berbahasa Arab itu mampu berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, walau ia tidak paham bahasa Arab.
      Di luar negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnu. Dhamir nahnu berarti kita atau kami. Dalam ilmu Nahwu, nahnu bisa diterjemahkan kita, kami, saya atau yang lain tergantung konteks kalimat. Dalam bahasa Arab, istilah dan kata tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sebagai contoh, kata antum (kalian). Antum sering dipakai untuk menyapa lawan bicara sekalipun hanya satu orang. Tidak dipakai kata anta (kamu). Penggunaan antum yang plural dianggap lebih sopan sembari mengharagai lawan bicara.
      Di Indonesia, orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan. Kamu, Anda dan tuan memiliki rasa bahasa yang berbeda. Kamu biasa digunakan untuk lawan bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya. Anda dipakai untuk lawan bicara yang dituakan. Sementara tuan untuk orang yang dimuliakan. Anda dan tuan dalam sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim alias kata beradab terhadap lawan bicara yang punya derajat tinggi atau kepada khalayak.
      “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya. Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata ganti orang pertama plural. Sementara jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim li nafsih) menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat atau bermakna keagungan atas dirinya.
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta. Allah tidak tidur! Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
      “Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya. Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci. Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah. “Aku ini Allah. Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
      Allah sendiri memaklumatkan kalau nama-Nya tiada lain Allah. Allah merupakan nama diri (proper name) dari Zat Maha Kuasa. Dalam kaidah bahasa Arab, kata Allah bentuknya ism jamid. Kategori itu menjabarkan kalau kata Allah bukan ism yang diambil dari kata kerja. Dengan demikian, tidak bisa diubah dalam bentuk apa pun! Ini berbeda dengan kata rabbun (Tuhan). Rabbun bentuknya ism mustaq yang terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
      Terkutuklah sekawanan agen Thaghut (sesembahan paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People