Perjanjian
dengan Setan
Oleh Abdul
Haris Booegies
Pekan pertama bulan Januari 1989,
TVRI menayangkan kisah horor Bay Cove yang disutradarai Carl
Schenkel. Alkisah, sepasang suami isteri, Jerry Le Bon dan Linda
yang pindah dari Boston ke Devlin Island. Pulau yang berada di
pesisir Massachusetts itu dihuni sekelompok masyarakat yang disebut
Bay Coven.
Pada suatu kesempatan, Linda
menemukan bahwa nisan di depan gereja menunjukkan jika penghuni pulau
Devlin yang terakhir meninggal sekitar tiga abad lalu. Ini berarti
bahwa selama tiga ratus tahun tak seorang pun Bay Coven yang mati.
Kecurigaan Linda makin menganga
saat menemukan sebuah tulisan yang bunyinya; “7 Oktober 1703,
Nicholas dan Madeline Kline bertunangan”. Nama Nicholas dan
Madeline Kline ini mengingatkan Linda kepada tetangganya, Nick dan
Matty Kline.
Puncak ketegangan cerita R.
Timothy Kring ini, saat Linda melihat ke cermin. Dalam bayangan
cermin itu, tulisan Le Bon di belakang baju suaminya terbaca Nobel.
Tak membuncah keterkejutan Linda andai ia tak pernah membaca sebuah
kuno. Dalam buku yang telah kusut itu, Linda menemukan nama Lucas
Nobel, pimpinan sekte setan. Lucas Nobel akan bangkit saat bulan
purnama setelah 300 tahun mati. Sebelum kebangkitannya yang
ditunggu-tunggu Bay Coven alias pengabdinya, maka, harus ada
seseorang yang dipersembahkan sebagai korban. Dan itu berarti, Linda!
Apa sebenarnya keuntungan dari
perjanjian dengan setan? Sepintas memang ada keuntungan, tetapi,
sampai kapan keuntungan itu bisa bertahan? Keuntungan dari perjanjian
dengan setan hanya ilusi monoton. Pada akhirnya, perjanjian itu
menyerat si pengabdi setan untuk meninggalkannya.
Sosok roh memang menarik untuk
disimak, namun, mengerikan untuk dianut. Di akhir abad ke 20 ini, di
Jerman Barat sedang dilakukan pengujian terhadap roh yang masih sulit
dipercaya eksistensinya secara rasional. Sebuah penelitian
menjabarkan bahwa tatkala seseorang meninggal dunia, maka, berat
badannya hilang seberat 200 gram. Apakah berat yang 200 gram itu roh
atau bukan, tentu ini menarik ditelisik.
Tahun 1982, sebuah sinema
Indonesia menceritakan petualangan manusia-manusia serakah berambisi
negatif. Judul film itu Bayi Ajaib. Berkisah tentang Kosim
dan Dorman. Keduanya bermaksud menguasai sebuah daerah yang
menyimpan harta karun. Demi meraup harta tersebut, keduanya mesti
menjadi lurah. Maklum, dengan kedudukan itu, masyarakat jelas akan
membantu menemukan harta karun tersebut.
Kosim bersama Dorman pun berlomba
mencari pendukung. Dorman yang dirasuk impian kekayaan lalu
menyembah sebuah kuburan orang Portugis, Alberto Dominique. Figur
itu hidup pada tahun 1663- 1736. Sedangkan Kosim, membagikan uang
kepada masyarakat agar kelak memilihnya sebagai lurah.
Tragis, Sumi, isteri Kosim yang
sedang hamil terperosok ke makam Alberto Dominique. Hingga, beberapa
keanehan sering dialami keluarga Kosim. Sumi, akhirnya melahirkan
seorang bayi laki-laki tepat saat gerhana bulan. Begitu bayi
tersebut lahir, ia langsung menerkam pembantu dukun. Pada momen
tertentu, bayi itu mirip Alberto Dominique.
Untung saja roh Alberto Dominique
yang bersemayam di raga putra Kosim tak tahan mendengar suara azan.
Alhasil, masyarakat kampung itu tak merasa terteror lagi. Sementara
ambisi Kosim dan Dorman akhirnya pupus. Warga lebih memilih Saleh
sebagai lurah. Di mata masyarakat, Saleh merupakan individu lugu,
jujur sekaligus tak berambisi dengan harta serta kekuasaan.
Kedua cerita di atas menginginkan
keuntungan dari setan. Babad pertama, Bay Coven mengabdi Lucas Nobel
agar hidup abadi. Hikayat kedua yakni Dorman dalam Bayi Ajaib
yang mencari kekayaan dengan menyembah kuburan Alberto Dominique.
Di abad informasi ini, makhluk
halus masih tetap memukau disingkap rahasianya. Alur kisah sosok
gaib masih punya kekuatan untuk mengantar ke daerah disimterested
contemplation. Trend dan hakikat setan pun makin
kompleks. Tidak hanya bertumpu pada makhluk halus, melainkan
menjangkau berbagai sektor yang merambah ke simbol kesesatan.
Keganasan realistis setan memang
tidak pernah tertangkap mata, tetapi, dampaknya tak mudah dilupakan.
Darah pertama yang muncrat ke bumi mengingatkan Habil dan Qabil.
Kedua putra Nabi Adam tersebut bertengkar paham. Semua gara-gara
bisikan setan.
Mengapa setan tertuduh pertama
dalam kasus pernbunuhan awal ini? Sebab, ketika Habil wafat, maka,
Qabil merasa menyesal dan nuraninya merintih. Sesal dan rintihan
hanya milik manusia, setan tidak! Kalau setan punya penyesalan,
niscaya ia membimbing manusia setelah menjatuhkannya ke jurang
kesesatan. Dengan demikian, kematian Habil 100 persen didalangi
setan.
Seorang pengabdi setan, yang
dikelilingi kekayaan jelas punya rasa was-was, sampai kapan harta ini
dititipkan sang setan? Kemudian apa yang diinginkan setelah ia
meninggal? Kekayaan, seperti kalimat klise yang sering terdengar,
tak bakal membawa kedamaian.
Barangkali, sembari tertawa, orang
dapat melihat bagaimana Pangeran Akeem dari negeri Zamunda merasa
bosan hidup di kerajaannya. Lalu berangkat ke Amerika. Ia rela
menjadi pengepel sambil mencari wanita idaman untuk diperisteri.
Coming to America, memang
lagu lama tentang putra raja yang mencari kedamaian di luar
kerajaannya. Walau begitu, kisahnya apik diresapkan ke sanubari.
Siklus kehidupan, memang tak
membutuhkan kekayaan. Apalagi dari perjanjian dengan setan.
Kekayaan tidak akan pernah sebanding nilainya dengan hakikat
kehidupan yang bebas dan jujur.
(Fajar, Senin,
20 Maret 1989)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar