Langkah
Kita untuk
Basri
Masse
Basri Masse kini tinggal sebuah
nama. Ia telah meninggalkan segala miliknya. Air mata dan kesedihan
yang menyayat telah mengiringi kepergiannya. Ia wafat beribu
kilometer dari kampung halamannya, Pare-pare. Dua anaknya, Bastian
dan Anshar sudah yatim. Tutiana dengan sendirinya, mesti menghidupi
kedua anaknya dengan segala cambuk kehidupan. Telah kita tahu,
selama ini Tutiana menopang kehidupannya lewat berjualan barang
keperluan sehari-hari.
Melihat peran Tutiana yang makin
berat membesarkan kedua anaknya, maka, sangat mengharukan jika harian
Fajar membuka “Dompet Kemanusiaan”. Hal itu menjadi
santunan putra-putri almarhum Basri Masse. Hingga, hidup kedua anak
perantau Bugis itu, tak terlalu berat dilewati di hari esok.
Harian Fajar tentu bisa
merealisasikan “Dompet Kemanusiaan” yang menggugah nurani ini.
Sebab, Fajar telah menjadi jaminan berita perihal eksekusi
Basri Masse. Bahkan, menjadi patokan bagi masyarakat Sulawesi
Selatan, khususnya Ujung Pandang dan Parepare.
Tak usahlah kita seperti Malaysia,
mengaku memahami perasaan bangsa Indonesia, tetapi, tak mewujudkan
rasa manusiawi terhadap Basri Masse. Padahal, Basri Masse
sesungguhnya masih dalam proses tertuduh (sekali lagi tertuduh)
membawa dadah (serbuk heroin).
Membantu kehidupan Tutiana lewat
“Dompet Kemanusiaan”, jelas sedikit demi sedikit, beban hidup tak
akan merisaukannya. Alhasil, keceriaan akan kembali bersemi untuk ia
lewati bersama kedua anaknya.
Abu Hurairah memberitakan bahwa
Nabi Muhammad bersabda: “Orang yang berusaha membantu janda dan
orang miskin. Mereka bagai berperang jihad fi sabilillah.
Mereka juga ibarat orang yang bangun shalat malam seraya berpuasa di
siang hari”.
Abdul Haris Booegies
Jalan Veteran Selatan 292 A
Ujung Pandang 90133
(Fajar,
23 Januari 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar