Senin, 07 Mei 2012

Langkah Kita untuk Basri Masse


Langkah Kita untuk
Basri Masse

     Basri Masse kini tinggal sebuah nama. Ia telah meninggalkan segala miliknya. Air mata dan kesedihan yang menyayat telah mengiringi kepergiannya. Ia wafat beribu kilometer dari kampung halamannya, Pare-pare. Dua anaknya, Bastian dan Anshar sudah yatim. Tutiana dengan sendirinya, mesti menghidupi kedua anaknya dengan segala cambuk kehidupan. Telah kita tahu, selama ini Tutiana menopang kehidupannya lewat berjualan barang keperluan sehari-hari.
     Melihat peran Tutiana yang makin berat membesarkan kedua anaknya, maka, sangat mengharukan jika harian Fajar membuka “Dompet Kemanusiaan”. Hal itu menjadi santunan putra-putri almarhum Basri Masse. Hingga, hidup kedua anak perantau Bugis itu, tak terlalu berat dilewati di hari esok.
     Harian Fajar tentu bisa merealisasikan “Dompet Kemanusiaan” yang menggugah nurani ini. Sebab, Fajar telah menjadi jaminan berita perihal eksekusi Basri Masse. Bahkan, menjadi patokan bagi masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Ujung Pandang dan Parepare.
     Tak usahlah kita seperti Malaysia, mengaku memahami perasaan bangsa Indonesia, tetapi, tak mewujudkan rasa manusiawi terhadap Basri Masse. Padahal, Basri Masse sesungguhnya masih dalam proses tertuduh (sekali lagi tertuduh) membawa dadah (serbuk heroin).
     Membantu kehidupan Tutiana lewat “Dompet Kemanusiaan”, jelas sedikit demi sedikit, beban hidup tak akan merisaukannya. Alhasil, keceriaan akan kembali bersemi untuk ia lewati bersama kedua anaknya.
     Abu Hurairah memberitakan bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Orang yang berusaha membantu janda dan orang miskin. Mereka bagai berperang jihad fi sabilillah. Mereka juga ibarat orang yang bangun shalat malam seraya berpuasa di siang hari”.

Abdul Haris Booegies
Jalan Veteran Selatan 292 A
Ujung Pandang 90133

(Fajar, 23 Januari 1990)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People