Menyongsong
Pemilu Perancis 22 April 2007
Segolene
Royal
Calon Presiden Perancis
nan Jelita
Calon Presiden Perancis
nan Jelita
Oleh Abdul
Haris Booegies
Peminat
Kajian Perancis
Di Amerika Serikat, nama Hillary
Rodham Clinton tertoreh sebagai calon presiden yang tangguh.
Sementara di Perancis berkibar Marie Segolene Royal yang cantik.
Keduanya sama-sama cerdas, pantang menyerah dan sarat kontroversial.
Peluang Royal menduduki singgasana
Istana Kepresidenan Elysee di Paris, cukup cerah. Batu sandungan
Royal tiada lain Nicolas Sarkozy yang sekokoh karang. Pemimpin
Partai Uni Pergerakan Popular atau Union for a Popular Movement
Party tersebut, merupakan lawan kuat. Apalagi, Sarko adalah man
of action yang paham politik luar negeri serta ekonomi.
Dosa Sarkozy yang bakal
merintanginya menjadi presiden terjadi pada awal November 2005. Kala
itu, ia mengecam berandalan pemantik keonaran yang mayoritas kaum
imigran asal Afrika Utara sebagai sampah. Ejekan berbau rasis
tersebut kian menimbulkan gempa ketika polisi menembakkan gas air
mata ke arah sebuah masjid.
Di masa kampanye, Royal mengusung
gagasan perihal pendidikan dan kenakalan remaja. Program itu
dianggap ihwal positif. Syahdan, masyarakat memperlihatkan dukungan
terhadap Royal yang bersuara alto agak serak.
Andai Royal ditahbiskan sebagai
presiden, maka, mission sacree (misi suci) yang diembannya
yaitu pengangguran. Ia mesti bekerja keras menghapus tingkat
pengangguran anak muda. Di daerah pinggiran kota, tercatat
pengangguran berjumlah 50 persen. Total angka pengangguran di
Perancis mencapai 22 persen.
Kelak, Royal mesti banting tulang
meningkatkan kesempatan kerja untuk kaum muda. Peluang harus
diberikan kepada mereka yang tak punya ijazah diploma. Apalagi,
kelompok itu umumnya berasal dari keluarga imigran Afrika.
Hidup Serumah
Royal lahir di Dakar, Senegal,
pada 22 September 1953. Sebelum mencalonkan diri sebagai presiden,
ia termaktub sebagai wanita dengan segudang prestasi.
Royal merupakan presiden wilayah
Poitou-Charentes. Ia juga anggota Dewan Nasional Perancis. Pada 16
November 2006, Partai Sosialis memilihnya sebagai kandidat presiden.
Pemimpin Partai Sosialis Francois
Hollande berargumentasi bahwa prospek perempuan sebagai kepala negara
merupakan realitas politik yang penting. Hollande terlihat ulet
mengampanyekan gagasan tersebut demi mensosialisasikan kemungkinan
Perancis dipimpin wanita.
Royal hidup tanpa ikatan
pernikahan dengan Hollande. Di Perancis ada Pacte Civil de
Solidarite (Perjanjian Solidaritas Sipil) yang mengesahkan
hubungan antara dua orang dewasa. Kini, Royal dikaruniai empat
putra-putri.
Sisi buram kehidupan Royal ialah
keterlibatan saudaranya dalam sabotase Rainbow Warrior, kapal
Greenpeace. Letnan Gerard Royal turut merancang penenggelaman
Rainbow Warrior pada 10 Juli 1985.
Protagonis Utama
Di Perancis, pemilihan presiden
dipilih oleh rakyat secara langsung untuk periode tujuh tahun.
Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi. Pemilihan presiden
secara langsung dinilai oleh masyarakat Perancis memiliki bobot
demokrasi. Hingga, hasil pemilu memperoleh legitimasi rakyat.
Perancis beruntung berkat
kesadaran politik warganya tergolong tinggi. Alhasil, mereka tak
gampang silau oleh penampilan calon-calon presiden yang doyan tebar
pesona.
Mekanisme yang sekarang berlaku di
Perancis merupakan prakarsa Presiden Charles de Gaulle pada 1962.
Model pemilihan di awal era Republik Kelima itu, dirumuskan dalam
Pasal 7 Konstitusi Perancis.
Sebelum 1958, presiden dipilih
oleh majelis. Di Perancis, posisi presiden meliputi perubahan
parlemen. Kemudian menjabat panglima tertinggi angkatan bersenjata.
Ia menggenggam pula kekuasaan pemerintah, kekuasaan publik maupun
kekuasaan parlemen.
Presiden Perancis pun punya hak
menyelenggarakan pemilu legislatif. Sedangkan wewenang perdana
menteri cuma sebatas topik kebijaksanaan serta penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Di negeri Gallia, aspirasi politik
rakyat dijamin negara berdasarkan pada penghormatan terhadap hak
asasi manusia. Syahdan, lahir jargon demokrasi yang mendorong
optimisme manajemen politik. Choquent des opinions, jaillissent
la verite de la conscience de l’homme (segenap perbedaan
pendapat bakal melahirkan kebenaran sejati yang berasal dari lubuk
nurani manusia).
Presiden Perancis yang dipilih
pada first leg 22 April 2007 disusul putaran kedua 6 Mei 2007,
memiliki banyak rintangan di masa pemerintahannya. Presiden
terpilih, umpamanya, harus berjibaku mengangkat pamor ekonomi yang
lesu. Lantas penerapan kuota pada kaum pendatang. Selain itu,
agenda dalam negeri buat meningkatkan keamanan, juga menjadi
prioritas. Program lain yang tak kalah pentingnya yakni memacu
pengaruh Perancis dalam bidang politik sekaligus ekonomi di dunia
internasional.
Masa depan Perancis pasca-Chirac
menuntut protagonis utama. Detak jantung Royal maupun Sarkozy kini
terus terpompa. Seorang di antaranya akan menjadi numero une
(nomor satu) di Elysee Palace.
Tuhan Tersenyum
Royal yang didukung kelompok kiri
untuk menggantikan Jacques Chirac, sesungguhnya merupakan anugerah
bagi Perancis. Selama ini, Negeri Mode tersebut selalu dipimpin kaum
Adam. “Ibarat bintang yang jatuh di negeri romantis” adalah
tamsil atas kehadiran Royal di pentas politik.
Pada 12 November 2006, Royal
berseru: “Hanya saya yang bisa menang melawan kubu kanan. Saya
mewakili perubahan besar yang dituntut rakyat. Seorang perempuan
yang menjadi pemimpin bangsa merupakan suatu revolusi”.
Di tangan Royal, seuntai harapan
berona bak purnama. Sebagai wanita, ia jelas punya spirit yang unik.
Di pundak Royal, agenda ekonomi
wajib menjadi pusat perhatian. Pasalnya, perekonomian di masa 12
tahun pemerintahan Chirac dipandang gagal. Chirac yang berasal dari
kubu konservatif, bertanggung jawab atas tingginya tingkat
pengangguran. Kegagalan Chirac sempat membuat UMP tak sabar untuk
segera menggantinya dengan Sarkozy.
Pujangga bertutur bila tuhan
menciptakan Perancis kala tersenyum. Hatta, di negara itu hanya
keindahan yang terhampar. Sekarang, tuhan yang tengah tersenyum
kembali mengirim Royal yang jelita buat menata Perancis, negeri
Gallia nan permai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar