Eragon
dan Tembok Israel
Oleh Abdul
Haris Booegies
Belum berlalu penyihir cilik Harry Potter,
khazanah imajinasi kini dibuai lagi naga bernama Saphira. Naga tersebut hilir-mudik berpetualang dalam
novel fantasi berjudul Eragon.
“Buku yang mengisahkan Penunggang Naga
pesaing Harry Potter ini diprediksi menyaingi penjualan novel Harry Potter karya JK Rowling yang booming di penjuru dunia” (Tribun Timur, 11 Juli 2004).
Eragon
ditulis oleh Christoper Paolini yang kala itu berusia 15 tahun. Hikayat fiksi yang dikarang remaja kelahiran
Paradise Valley, Montana, Amerika Serikat tersebut, bakal difilmkan pada
2005.
Sekuel sukses The Lord of the Ring karya JRR Tolkien sebagai epik masa kini
berceloteh perihal masa silam. Alkisah,
cincin sakti mandraguna yang diperebutkan ibarat hamparan sains serta
teknologi. Siapa mempunyai ilmu, berarti
ia akan menguasai dunia. Hal itu senada
dengan pepatah Arab; “lana ilman wa lil
juhhali malun” (buat kami pengetahuan dan bagi orang bodoh adalah harta).
Kalau The
Lord of the Ring diinterpretasikan sebagai perebutan sains serta teknologi,
maka, Eragon merupakan adu kuat
antara Intifadah dengan Zionis.
Eragon memulai ceritanya ketika pemuda miskin Eragon yang
berusia 15 tahun mengejar rusa betina guna dijadikan santapan. Selama tiga hari di pegunungan Alagaesia, ia
tidak memperoleh seekor pun rusa. Eragon
justru menemukan sebuah batu oval biru tua sepanjang 30 centimeter. Batu yang ternyata telur itu kemudian
menetas. Seekor naga pun keluar sembari
membersihkan membran yang membungkus tubuhnya.
Eragon lalu menamakannya Saphira.
Eragon bersama Saphira lantas berperang
melawan King Galbatorix, raja dari segala raja jahat. Galbatorix dibantu anteknya seperil
Urgalls. Sosok tersebut merupakan
monster raksasa bermata kekuningan bagai babi.
Jongos lainnya yakni Ra’zac yang kuat melompat sekaligus menguasai
komunikasi manusia.
Intifadah
Di dunia realitas, Eragon seperti
anak-anak Palestina. Sementara
pegunungan Alagesia adalah negeri mereka yang dicengkeram Israel. Sedangkan Saphira merupakan wujud Intifadah
yang lahir pada 15 Desember 1987.
Saphira berasal dari telur biru nan
indah. Sementara Intifadah dari filosofi
pemimpin spiritual Syekh Ahmad Yassin.
Raja Galbatorix tiada lain personifikasi Perdana Menteri Israel Ariel
Sharon. Di kamp pengungsi Shabra dan
Shatila di Beirut, Sharon dikenang sebagai tukang jagal maut yang membunuh
ratusan wanita dan anak-anak Palestina.
Tua bangka bedebah itu selalu berdiri di titik yang berlawanan. Sharon merupakan sumber bergolaknya bara
politik di Timur Tengah. Ia juga pemicu
instabilitas keamanan Israel.
Pada tahun 2000, Sharon memasuki Masjid
al-Aqsa tanpa membuka sepatu. Umat Islam
sedunia meradang, namun, tak kuasa membendung kekuatan keji Sharon. Saat ini, Sharon menyerobot tanah Palestina
dengan membangun tembok sepanjang 720 kilometer. Bahkan, pada 3 Juli 2004, Israel terbukti
menyebarkan wabah penyakit dijalur Gaza.
Angkatan Darat Israel menyambung jaringan pembuangan ke jaringan air
minum.
Pakar sejarah dan filsafat AS Prof Albert
D Pastore PhD, menilai Sharon tak akan gentar menghabisi siapa saja, termasuk
orang Yahudi sendiri. Ambisi politik
Raja Galbatorix terkesan kejam akibat disokong Urgalls. Sharon pun sangat bengis gara-gara dukungan
membabi-buta Presiden AS George Walker Bush.
Urgalls adalah monster raksasa bermata
kekuningan seperti babi. Visualisasi
Urgalls mirip AS. Negeri Paman Sam
tersebut merupakan raksasa berjuluk superpower. Sedangkan mata babi identik dengan CIA dan
pesawat AWACS yang tak lelah menyadap serta mengintai statistik negara
lain. Selain Urgalls, juga Ra’zac
termasuk kaki-tangan Raja Galbatorix.
Ra’zac dilambangkan perkasa melompat
sekaligus menguasai bahasa manusia. Di
daratan nyata, Ra’zac adalah Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Sejarah mencatat bila Inggris dahulu
tergolong imperialis. Imperium itu
menaklukkan aneka negara sebagaimana Ra’zac yang kuat melompat dari satu tempat
ke tempat lain. Warisan negara Elizabeth
di dunia ialah Bahasa Inggris. Tanpa
pengetahuan Bahasa Inggris, maka, kitab-kitab pemikir besar sulit dicerna.
Christoper Paolini yang menghias novelnya
dengan unsur Celtic, menuturkan kalau Ra’zac menguasai komunikasi manusia. Di ranah realitas, Blair leluasa
bercakap-cakap dengan siapa saja lantaran Bahasa Inggris dibaptis sebagai
bahasa utama planet bumi.
Tembok lsrael
Ketika Ronald Reagan bertahta di Gedung
Putih, ia menyembur amarah agar Tembok
Berlin diruntuhkan. Sejarah lalu
mencatat bahwa tembok pemisah antara
Jerman Barat dan Jerman Timur dihancur-leburkan.
Sekarang, saat Bush ongkang-ongkang kaki
di Ruang Oval Gedung Putih, ia kiranya tidak ambil peduli soal tembok pemisah
Israel di wilayah Palestina. Padahal,
pembangunan tembok tersebut adalah perbuatan ilegal. Bahkan, bertentangan dengan hukum
internasional.
Amerika Serikat malahan tidak mengakui
intervensi Mahkamah Internasional dalam perkara tembok Israel. Alhasil, peta jalan (roadmap) yang diprakarsai AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB, makin jauh
dari penyelesaian. Akibatnya, Peta Jalan
Damai laksana angin surga yang terus dipermainkan volume temponya supaya Israel
tetap eksis di Palestina.
Di sisi lain, Israel juga menikmati
perlindungan di Dewan Keamanan PBB. Semua
berkat kemesraan hubungannya dengan AS yang memiliki hak veto.
Aspek itu pula yang merangsang Sharon
tidak takut pada dunia internasional.
Bahkan, ia leluasa melecehkan Amerika.
“I want to tell you something very clear. Don’t worry about American pressure on
Israel. We, the Jewish people control
America, and the Americans know it”.
Sharon tahu bahwa sekalipun Bush sebagai
presiden, tetapi, wakil presiden Richard (Dick) Cheney yang pada intinya
kekuatan di balik tahta. Inilah kecelakan
besar bagi Palestina maupun dunia Arab.
Pasalnya, Cheney termasuk pendukung utama Israel.
Derita kian panjang menimpa Palestina
lantaran Cheney dibaiat sebagai warga kelas satu yang susah dicari tandingannya
di Amerika. Cheney adalah patriot berinteligensia
tinggi yang mendedikasikan hidupnya untuk AS.
Cheney yang memiliki putri lesbian begitu
terpandang dengan reputasinya. Sementara
Bush tidak lebih dari pecundang bebal.
Presiden AS yang bergelar MBA itu, tergolong pribadi pandir. Tatkala kuliah, nilainya rata-rata C.
Prof Yoshihiro Tsurumi, bekas dosen Bush,
malahan mempertanyakan kualifikasinya sebagai presiden. Bush selama ini selalu mengandalkan
orangtuanya. “Well, ayah saya punya koneksi”, ucap Bush tanpa risih.
Bush yang berotak tumpul juga memanipulasi
sains demi tujuan politik. 60 ilmuwan
dalam Union of Concerned Scientists
menuduh Bush mendistorsi dan menyensor temuan ilmiah yang berlawanan dengan
kebijakannya.
Saat pemilihan presiden makin dekat, Bush
kian teledor. Catatan microfilm penugasannya di Garda Nasional
Utara Texas selama tiga dekade, ternyata sudah hancur. Padahal, file
itu menjadi isu hangat menjelang Pemilu 2 November 2004.
Sharon, Bush serta Blair adalah titisan Raja Galbatorix, Urgalls maupun
Ra’zac. Ketiganya merupakan akar segenap
kejahatan yang menodai kedaulatan Palestina, Afganistan, dan Irak. Siapa saja yang memiliki hati nurani berharap
Sharon, Bush dan Blair merupakan spesies terakhir yang pernah hidup di
dunia. Sebab, tidak ada traktat
universal yang membolehkan pembangunan tembok guna mengurung kebebasan mengais
sepotong roti. Tidak ada peradaban
modern yang mengizinkan kekuasaan menistai nyawa manusia di suatu negara
berdaulat.
(Tribun Timur,
Rabu,14 Juli 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar