Rabu, 23 Mei 2012

Eragon dan Tembok Israel

Eragon dan Tembok Israel
Oleh Abdul Haris Booegies


     Belum berlalu penyihir cilik Harry Potter, khazanah imajinasi kini dibuai lagi naga bernama Saphira.  Naga tersebut hilir-mudik berpetualang dalam novel fantasi berjudul Eragon.
     “Buku yang mengisahkan Penunggang Naga pesaing Harry Potter ini diprediksi menyaingi penjualan novel Harry Potter karya JK Rowling yang booming di penjuru dunia” (Tribun Timur, 11 Juli 2004).
     Eragon ditulis oleh Christoper Paolini yang kala itu berusia 15 tahun.  Hikayat fiksi yang dikarang remaja kelahiran Paradise Valley, Montana, Amerika Serikat tersebut, bakal difilmkan pada 2005.  
     Sekuel sukses The Lord of the Ring karya JRR Tolkien sebagai epik masa kini berceloteh perihal masa silam.  Alkisah, cincin sakti mandraguna yang diperebutkan ibarat hamparan sains serta teknologi.  Siapa mempunyai ilmu, berarti ia akan menguasai dunia.  Hal itu senada dengan pepatah Arab; “lana ilman wa lil juhhali malun” (buat kami pengetahuan dan bagi orang bodoh adalah harta).
     Kalau The Lord of the Ring diinterpretasikan sebagai perebutan sains serta teknologi, maka, Eragon merupakan adu kuat antara Intifadah dengan Zionis.
     Eragon memulai ceritanya ketika pemuda miskin Eragon yang berusia 15 tahun mengejar rusa betina guna dijadikan santapan.  Selama tiga hari di pegunungan Alagaesia, ia tidak memperoleh seekor pun rusa.  Eragon justru menemukan sebuah batu oval biru tua sepanjang 30 centimeter.  Batu yang ternyata telur itu kemudian menetas.  Seekor naga pun keluar sembari membersihkan membran yang membungkus tubuhnya.  Eragon lalu menamakannya Saphira.
     Eragon bersama Saphira lantas berperang melawan King Galbatorix, raja dari segala raja jahat.  Galbatorix dibantu anteknya seperil Urgalls.  Sosok tersebut merupakan monster raksasa bermata kekuningan bagai babi.  Jongos lainnya yakni Ra’zac yang kuat melompat sekaligus menguasai komunikasi manusia.

Intifadah
     Di dunia realitas, Eragon seperti anak-anak Palestina.  Sementara pegunungan Alagesia adalah negeri mereka yang dicengkeram Israel.  Sedangkan Saphira merupakan wujud Intifadah yang lahir pada 15 Desember 1987.
     Saphira berasal dari telur biru nan indah.  Sementara Intifadah dari filosofi pemimpin spiritual Syekh Ahmad Yassin.  Raja Galbatorix tiada lain personifikasi Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.  Di kamp pengungsi Shabra dan Shatila di Beirut, Sharon dikenang sebagai tukang jagal maut yang membunuh ratusan wanita dan anak-anak Palestina.  Tua bangka bedebah itu selalu berdiri di titik yang berlawanan.  Sharon merupakan sumber bergolaknya bara politik di Timur Tengah.  Ia juga pemicu instabilitas keamanan Israel.
     Pada tahun 2000, Sharon memasuki Masjid al-Aqsa tanpa membuka sepatu.  Umat Islam sedunia meradang, namun, tak kuasa membendung kekuatan keji Sharon.  Saat ini, Sharon menyerobot tanah Palestina dengan membangun tembok sepanjang 720 kilometer.  Bahkan, pada 3 Juli 2004, Israel terbukti menyebarkan wabah penyakit dijalur Gaza.  Angkatan Darat Israel menyambung jaringan pembuangan ke jaringan air minum.
     Pakar sejarah dan filsafat AS Prof Albert D Pastore PhD, menilai Sharon tak akan gentar menghabisi siapa saja, termasuk orang Yahudi sendiri.  Ambisi politik Raja Galbatorix terkesan kejam akibat disokong Urgalls.  Sharon pun sangat bengis gara-gara dukungan membabi-buta Presiden AS George Walker Bush.
     Urgalls adalah monster raksasa bermata kekuningan seperti babi.  Visualisasi Urgalls mirip AS.  Negeri Paman Sam tersebut merupakan raksasa berjuluk superpower.  Sedangkan mata babi identik dengan CIA dan pesawat AWACS yang tak lelah menyadap serta mengintai statistik negara lain.  Selain Urgalls, juga Ra’zac termasuk kaki-tangan Raja Galbatorix.
     Ra’zac dilambangkan perkasa melompat sekaligus menguasai bahasa manusia.  Di daratan nyata, Ra’zac adalah Perdana Menteri Inggris Tony Blair.  Sejarah mencatat bila Inggris dahulu tergolong imperialis.  Imperium itu menaklukkan aneka negara sebagaimana Ra’zac yang kuat melompat dari satu tempat ke tempat lain.  Warisan negara Elizabeth di dunia ialah Bahasa Inggris.  Tanpa pengetahuan Bahasa Inggris, maka, kitab-kitab pemikir besar sulit dicerna.
     Christoper Paolini yang menghias novelnya dengan unsur Celtic, menuturkan kalau Ra’zac menguasai komunikasi manusia.  Di ranah realitas, Blair leluasa bercakap-cakap dengan siapa saja lantaran Bahasa Inggris dibaptis sebagai bahasa utama planet bumi.

Tembok lsrael
     Ketika Ronald Reagan bertahta di Gedung Putih, ia menyembur  amarah agar Tembok Berlin diruntuhkan.  Sejarah lalu mencatat  bahwa tembok pemisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur dihancur-leburkan.
     Sekarang, saat Bush ongkang-ongkang kaki di Ruang Oval Gedung Putih, ia kiranya tidak ambil peduli soal tembok pemisah Israel di wilayah Palestina.  Padahal, pembangunan tembok tersebut adalah perbuatan ilegal.  Bahkan, bertentangan dengan hukum internasional.
     Amerika Serikat malahan tidak mengakui intervensi Mahkamah Internasional dalam perkara tembok Israel.  Alhasil, peta jalan (roadmap) yang diprakarsai AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB, makin jauh dari penyelesaian.  Akibatnya, Peta Jalan Damai laksana angin surga yang terus dipermainkan volume temponya supaya Israel tetap eksis di Palestina.
     Di sisi lain, Israel juga menikmati perlindungan di Dewan Keamanan PBB.  Semua berkat kemesraan hubungannya dengan AS yang memiliki hak veto.
     Aspek itu pula yang merangsang Sharon tidak takut pada dunia internasional.  Bahkan, ia leluasa melecehkan Amerika.
     “I want to tell you something very clear.  Don’t worry about American pressure on Israel.  We, the Jewish people control America, and the Americans know it”.
     Sharon tahu bahwa sekalipun Bush sebagai presiden, tetapi, wakil presiden Richard (Dick) Cheney yang pada intinya kekuatan di balik tahta.  Inilah kecelakan besar bagi Palestina maupun dunia Arab.  Pasalnya, Cheney termasuk pendukung utama Israel.
     Derita kian panjang menimpa Palestina lantaran Cheney dibaiat sebagai warga kelas satu yang susah dicari tandingannya di Amerika.  Cheney adalah patriot berinteligensia tinggi yang mendedikasikan hidupnya untuk AS.
     Cheney yang memiliki putri lesbian begitu terpandang dengan reputasinya.  Sementara Bush tidak lebih dari pecundang bebal.  Presiden AS yang bergelar MBA itu, tergolong pribadi pandir.  Tatkala kuliah, nilainya rata-rata C.
     Prof Yoshihiro Tsurumi, bekas dosen Bush, malahan mempertanyakan kualifikasinya sebagai presiden.  Bush selama ini selalu mengandalkan orangtuanya. “Well, ayah saya punya koneksi”, ucap Bush tanpa risih.
     Bush yang berotak tumpul juga memanipulasi sains demi tujuan politik.  60 ilmuwan dalam Union of Concerned Scientists menuduh Bush mendistorsi dan menyensor temuan ilmiah yang berlawanan dengan kebijakannya.
     Saat pemilihan presiden makin dekat, Bush kian teledor.  Catatan microfilm penugasannya di Garda Nasional Utara Texas selama tiga dekade, ternyata sudah hancur.  Padahal, file itu menjadi isu hangat menjelang Pemilu 2 November 2004.
     Sharon, Bush serta Blair adalah titisan Raja Galbatorix, Urgalls maupun Ra’zac.  Ketiganya merupakan akar segenap kejahatan yang menodai kedaulatan Palestina, Afganistan, dan Irak.  Siapa saja yang memiliki hati nurani berharap Sharon, Bush dan Blair merupakan spesies terakhir yang pernah hidup di dunia.  Sebab, tidak ada traktat universal yang membolehkan pembangunan tembok guna mengurung kebebasan mengais sepotong roti.  Tidak ada peradaban modern yang mengizinkan kekuasaan menistai nyawa manusia di suatu negara berdaulat.

(Tribun Timur, Rabu,14 Juli 2004)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People