Selasa, 17 April 2012

Bersapa Sabda



Bersapa Sabda

Oleh Abdul Haris Booegies

Novel ini berkisah tentang persahabatan di Majalah LEKTURA terbitan Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Berikut beberapa cuplikan yang belum diedit karena penggarapan belum tuntas

      14 Juni 2009, diadakan pertemuan untuk membentuk awak media penerbitan Fakultas Sastra. Sebelum rapat, saya dipertemukan dengan Asri Sulaiman. Ia Ketua Departemen Humas dan Publikasi Fakultas Sastra. Asri merupakan mahasiswa Sastra Inggris dan redaktur buletin England terbitan Himpunan Sastra Inggris.
      “Ogi, ini Asri”, kata Andy sambil memegang lengan saya.
      “Asri, ini Ogi”, lanjut Andy sambil menatap Asri. Sekilas saya memandang Asri, ia manggut-manggut.
      “Rapat ini nanti harus menghasilkan tekad untuk membuat penerbitan”, kata Andy.
      “Kita akan coba”, tegas saya.
      “Coba? Kau cuma berusaha mencoba? Ini pekerjaan serius. Kau harus lakukan atau tidak! Tidak ada kata coba!”, papar Andy.
      Saya tak menyangka kalau kalimat “kita akan mencoba” dintanggapi secara serius. Andy melirik ke arah saya. Saya mengangguk-angguk sambil melirik kanan-kiri. Mengharap ada rekan yang menyapa saya.
      Asri terlihat tunduk. Kaki kirinya menendang-nendang kerikil sebesar kelereng.
      “Ogi. Asri. Camkan bahwa penerbitan kita ini kelak menjadi lentera bagi Fakultas Sastra. Bahkan, menjadi kebanggaan Universits Hasanuddin. Sebab, sudah 20 puluh tahun tidak ada penerbitan yang menggegerkan di kampus kita”.

oOo

      Ketika hendak beranjak, sontak Andy mengeluarkan perintah baru.
      “Masukkan juga Nurul Ramdani! Ogi tahu Nurul?”, tanya Andy melirik saya.
      “Tidak”.
      “Asri, tahu Nurul?”, tanya Andy.
      “Saya tahu. Anak Linguistik itu?”
      “Ya”, jawab Andy.
      Saya menganggap, ini intervensi Ketua Senat terhadap Pemimpin Redaksi. Seharusnya seluruh awak redaksi atas restu saya. Sebab, saya nanti yang selalu berhadapan muka dengan mereka.
      Kalau Andy menyodorkan nama bahwa ini harus masuk itu harus masuk, berarti tidak profesional. Saya khawatir nama-nama yang disodorkan tidak layak sebagai jurnalis kampus.
      Belum apa-apa, saya sudah ditelikung. Andy menyodorkan nama Nurul Ramdani. Tak apalah, semoga ini yang pertama dan terakhir. Boleh jadi Nurul itu teman akrab atau kekasih Andy. Saya tidak tahu. Saya orang baru di senat.
      “Ingat, masukkan juga Nurul. Dia itu rajin”, pungkas Andy
      Pada 27 Juni 2009, rapat pertama redaksi dilangsungkan. Dalam pertemuan itu, semua 17 redaksi hadir. Bahkan, Rahmat Hidayat sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Sastra, turut hadir.
      Menakjubkan bagi saya karena anak-anak Lektura ternyata semua tampan dan cantik. Mungkin keturunan Nabi Yusuf.

oOo

      “Kamu masih jomblo, kenapa?”.
      “Tidak kenapa-kenapa, hanya belum laku”.
      “Cowok cool belum laku, aneh juga kamu”.
      “Keanehan adalah bagian dari hidupku”.
      “Di Lektura pasti ada yang mau. Kamu pasti laku”.
      “Terlalu dini mencari pasangan. Saya mau menikmati kesendirian. Bisa bebas ke mana kaki mau melangkah. Jomblo membuat kita bahagia karena tidak ada tanggung jawab dan pertengkaran. Individu jomblo juga banyak teman karena bebas. Bahkan, jomblo menyehatakan”.
      “Jomblo menyehatkan?”.
      “Ya, karena tidak bertengkar dengan pasangan. Hingga, otak selalu terpelihara. Tidak ada sakit hati yang merongrong kesehatan Jarang bertengkar berpengaruh positif terhadap kekebalan tubuh”.

oOo

      “Kita bikin gaya seksual atraktif. Kita namakan OML”.
      “Oh My Lord?”.
      “Bukan, tetapi, Ogi Mega Lektura”, jelas Megawati.
      “Kedengarannya aneh”.
      “Aneh, tetapi, penuh fantasi”, kata Megawati.

oOo

      “Sekali ini saja, Mega. Saya tidak tahan lagi”.
      “Sekali ini saja kau bilang. Besok kau datang membujukku agar satu kali lagi. Lusa kau datang kembali. Minta lagi bahwa ini yang terakhir. Sepekan kemudian kau minta lagi. Kau pasti kecanduan kalau mencobanya sekarang”.
      “Sungguh, Mega. Sekali ini saja”.
      “Betul kau mau 69 sekali ini saja”?”.
      “Ya, saya sumpah”.
      “Apa jaminanmu”.
      “Hanya sekali ini saja!”.
      “Apa jaminanmu karena kau pasti ketagihan”.
      “Saya tak akan lagi 69 dengan kamu kalau saya coba sekali ini”.
      “Betul kau tidak minta besok”.
      “Ya”.
      “Jadi kau mau 69 hanya sekali ini?”.
      “Ya”.
      “Kau yakin tidak ketagihan kalau mencicipiku sekali ini saja”.
      “Ya”.
      “Berarti kau bohong. Sekali kau coba, pasti besok kau datang lagi”.
      “Saya berusaha tidak ke sini lagi”.
      “Kau berusaha tidak ke sini, tetapi, kelak kau berusaha memaksaku ke rumahmu. Di sana kau pasti berusaha menodaiku. Saya tahu sifatmu yang pantang menyerah”.

oOo

      “Saya tidak mau selingkuh”.
      “Kenapa?”, tanya saya kecewa.
      “Kau sok suci. Sering mengaku di antara teman-teman sebagai orang baik-baik, remaja masjid lagi, tetapi, kau tega minta dilayani. Apa ini tanda kau orang baik-baik. Berada di kamar terkunci dengan wanita tanpa busana. Telanjang di ranjang dengan istri orang?”.
      “Kita suka sama suka”.

oOo

      “Saya bukan istrimu”.
      “Secara institusional kita memang bukan pasangan suami-istri”.
      “Kau memaksaku”.
      “Tidak, saya cuma minta kerelaanmu. Ini namanya keintiman tanpa kontrak absah alias bercinta tanpa pacaran”.
      “Saya bukan sarana pemuas nafsu”.
      “Hanya sekali, Mega. Percayalah padaku”.
      “Kau terhasut buaian hawa sesat”.
      “Tolonglah, Mega. Sekali ini saja”.
      “Saya tidak mau. Kau enak, sudah menggauliku langsung ongkang-ongkang. Sementara saya pegal sesudah kau tindih”.

oOo

      “Kau membuatku terangsang. Membuatku ereksi. Sesudah begini, kau tak mau melayaniku. Mana tanggung jawabmu”.
      “Kau bicara tanggung jawab? Bagaimana kalau rahimku berbuah gara-gara ulahmu. Kau mau bertanggung jawab?”.
      “Suamimu tidak mungkin curiga”.
      “Bagaimana kalau anak itu mirip kau. Kulitnya hitam. Sementara saya putih. Suamiku putih. Dua putriku juga putih”.
      ”Katakan saja ada kesalahan genetis. Ini albino Afrika”.
      “Kau hanya mau enaknya saja. Hanya mau 69. Kau mahasiswa berotak porno. Kepalamu berisi serentetan aksi hardcore. Kau cocok jadi reporter majalah mesum”, sergah Megawati.

oOo

      “Ketika meninggalkan rumahnya, ia mengatakan kepada saya, kegagalan adalah kesuksesan tertunda”.
      “Ia beri kamu semangat agar tidak menyerah. Berarti ia sayang kamu”, kata Sukwan.
      “Sesungguhnya, kegagalan tetap kegagalan. Bukan kesuksesan yang tertunda”, kata Nurul.
      Semua pandangan spontan tertuju pada Nurul. Pasti ini seru. Sebab, istilah “kegagalan adalah kesuksesan tertunda” sudah menjadi kalimat lazim bagi pecundang.

oOo

      “Saya mau tanya. Kamu harus jujur. Katakan yang sebenarnya. Kamu tertarik dengan seseorang di Lektura?”
      “Tidak!”, tegas saya.
      “Kamu bohong! Kamu pendusta!”.
      “Bagaimana mungkin kamu tuduh saya berbohong. Apa kamu bisa membaca isi hatiku. Dalamnya laut bisa diduga. Luas cakrawala pun bisa ditaksir, tetapi, hati orang siapa yang tahu”.
      “Pepatah kuno itu, Ogi! Sekarang ada namanya bahasa tubuh. Gerak-gerikmu ketika tadi mengatakan “tidak!” menunjukkan kamu bohong. Suaramu pun bergetar tanda kamu bohong. Sorot matamu pun menunjukkan kamu bohong. Apa kamu ini bodoh. Tidak pernah tahu bahasa tubuh”, terang Andy.
      “Jadi kamu menuduh saya jatuh cinta dengan seseorang di Lektura?”.
      “Saya tidak bilang kamu jatuh cinta. Saya cuma menanyakan, apakah kamu tertarik dengan seorang redaktur Lektura”.

oOo

      “Kamu mau berfatwa bahwa uang adalah sumber kebahagiaan?”, tanya Andy.
      “Betul, saudara. Uang adalah sumber kebahafiaan. Kalau ada orang kaya mengatakan uang bukan sumber kebahagiaan. Coba minta motor atau mobilnya. Ia pasti tidak mau. Ia pasti marah. Padahal, kendaraan adalah kekayaan. Mengapa ia tak mau memberi kita motornya untuk dijadikan modal bagi Lektura? Jawabnya satu. Kekayaan adalah kebahagiaan”.

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People