Jumat, 15 Oktober 2021

Tipuan Persepsi Alumnus Palsu



Tipuan Persepsi Alumnus Palsu
Oleh Abdul Haris Booegies


     Hidup di pesantren sarat lika-liku.  Sejumlah aral membentang.  Tantangan silih-berganti menghalang.  Santri bermental kerupuk pasti tereliminasi.  Tersingkir secara pahit dari kampus Islamik.
     Kala kelas I, saya sempat tertegun di kamar.   Dua senior adu mulut di depan rayon Datuk Ribandang (asrama Fadeli Luran).  Seorang santri dari Angkatan 82 tak rela sanak saudaranya dipukul oleh mudabbir (pengurus) qismul amni.
     Peristiwa pada 1980 ini begitu dalam tertancap di sanubari.  Saya heran, mengapa ada santri kelas I yang boleh dikata cuma dicubit, langsung melapor ke kerabatnya.  Cengeng betul!
     Selama enam tahun di pesantren, saya termasuk buronan qismul amni serta pimpinan kampus.  Sering mengalami kekerasan fisik dan derita batin.  Tidak satu pun perlakuan kasar tersebut saya laporkan ke orangtua atau famili.  Saya bukan santri lembek.
     Pada akhirnya, dugaan saya tak meleset.  Santri cengeng yang melapor ke keluarganya itu angkat kaki setelah tiga tahun.  Ia tidak mampu bergelut dengan rutinitas Pesantren IMMIM yang penuh gelora disiplin.

Oblong Seragam
     Iapim80-86 awalnya berjumlah 155.  Sesudah digodok selama enam tahun, tersisa 78 santri yang bermental gladiator.  Sementara 77 santri murtad, musnah riwayatnya di Tamalanrea.
     Pada 2017, Awaluddin Mustafa (Iapim80-86) memberitahu saya.  Ada grup Whatsapp milik Angkatan 86.  Saya kaget karena di grup tersebut ada partisipan yang tak tamat.  Selama 1986 sampai 1994, saya rajin ke sekretariat Iapim di Gedung IMMIM.  Di sana, nyaris tidak pernah bersua dengan alumni gadungan dari Iapim80-86.  Kini, di grup WA, mereka berkumpul.
     Saya mengamati, alumni jadi-jadian rata-rata rajin hadir jika ada kegiatan.  Mereka rela disuruh-suruh ke sana-sini.  Ini bentuk agar eksistensi mereka diakui.  Ada hasrat laten untuk membenarkan keberadaannya yang tak sukses finis.
     Fenomena menarik mencuat.  Ada alumnus imitasi membagi-bagikan oblong kalau ada kegiatan.  Baju kaus itu bertulis "Iapim886" atau "Angkatan 80-86".
     Gejala ini merupakan tipuan persepsi.  Dengan memakai oblong sejenis, maka, orang di luar komunitas tidak dapat membedakan mana asli atau palsu.  Pancaindera langsung menyerap objek yang terlihat.
     Foto yang disebar di media sosial, niscaya menancapkan tanggapan bila semua Iapim, bukan alumni SMA lain.  Musababnya, seluruh anggota angkatan menyatu dalam seragam baju kaus.  Ini modus yang sukses dipraktikkan oleh alumnus gadungan.  Dasar akal bulus!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People