Senin, 04 Oktober 2021

Ketawa Gaya Santri (1)


Ketawa Gaya Santri (1)
Oleh Abdul Haris Booegies


     Akal bulus serta paha mulus memang berbeda.  Paha mulus cewek merupakan impian segenap santri normal di Pesantren IMMIM.  Sedangkan akal bulus merupakan ihwal lumrah bagi santri sial yang terhimpit perkara.

Episode Pertama
     Tatkala saya kelas II pada 1981/1982, ada santri kelas III yang jangkung.  Saya tidak ingat namanya.  Betul-betul lupa.  Apalagi, ia cuma sampai kelas III.  Sebut saja namanya Izpul.
     Saya sekamar dengan Izpul di kamar 1 rayon Datuk Ribandang (sekarang asrama Fadeli Luran).  Hampir saban Kamis, Izpul menyodorkan namanya ke ketua kamar.  Nama-nama yang dicatat ketua kamar lalu diserahkan ke pimpinan kampus.  Santri yang layak pulang diberi izin karena memenuhi syarat.  Misalnya sudah sebulan belum pernah pulang.  Kenakalan biasanya menjadi batu sandungan.  Hingga, tak diberi izin.
     Izpul tentu tidak boleh pulang tiap Kamis.  Ia harus menunggu giliran maksimal sebulan.  Di sinilah akal bulus Izpul.  Kalau ia dihantui firasat tak diberi izin, mendadak ia sakit.
     Awalnya saya kira itu lakon pura-pura.  Ternyata betul badannya panas.  Izpul demam.  Saya tertegun.  Bagaimana mungkin bocah ini sakit saban Kamis ketika perizinan dibuka.
     Izpul lantas memohon kepada ketua kamar agar kondisinya disampaikan ke pimpinan kampus.  Bila beruntung, ia diperbolehkan pulang berobat.  Di sinilah anehnya.  Ia tiba-tiba sembuh total jika dapat izin pulang.  Demamnya sirna dalam sekejap.  Barangkali ini namanya demam Kamisisme.  Bisa sembuh secara ajaib begitu memperoleh secarik kertas sebagai izin.
     Izpul pasti membuat Robert de Niro, aktor watak Hollywood geleng-geleng kepala.  Pasalnya, akal bulus Izpul nyata di alam realitas.  Bukan rekaman dari gulungan pita seluloid yang ditonton di bioskop.  Andai Izpul main film, besar kemungkinan ia menyabet piala Oscar untuk kategori pemeran pembantu pria terbaik.

Episode Kedua
     Iapim85 punya Izpul yang jago memerankan adegan sakit secara sempurna.  Iapim86, juga tidak ketinggalan.  Di suatu sore bakda Ashar, kami kelas IV belajar al-Muthala'ah yang dibawakan ustaz Abdul Kadir Massoweang.
     Semua kelas IV yang tinggal di kamar 2 rayon Pangeran Diponegoro, masuk kelas kecuali AN.  Ia pergi main basket.
     Selepas belajar, kami ke kamar.  Hesdy Wahyuddin kemudian memberitahu AN yang asyik main basket.
     "Kau dicari Pak Kadir.  Tadi waktu diabsensi kau dicari".
     AN langsung lompat pagar dari lapangan basket ke halaman asrama Diponegoro.  Ia rupanya keder.  AN lalu naik ke ranjangnya di bagian atas.  Sekujur tubuhnya ia tutup dengan selimut.
     "Kalau Pak Kadir datang.  Sampaikan bila saya demam".
     AN memang mirip demam.  Badannya panas.  Kepalanya dileleri keringat.  Semua pasti mafhum bin maklum, kan habis main basket!
     Panas tubuh AN pasti lama menguap karena tertutup selimut.  Ekspresi mukanya teramat sempurna memerankan orang sakit.  Ini akal bulus terbaik yang setara keandalan Izpul.
     Saat hendak mandi sore, saya melirik AN di tempat tidurnya, ranjang atas.  Apakah ia tak merasa gatal?  Belum mandi langsung menutup badan dengan selimut.  Kulitnya pasti bergetah akibat keringat.
     AN terlihat mengatupkan kedua tangan sembari memegang ujung selimut di dadanya.  Matanya menatap langit-langit.  Ia seolah setengah mati berdoa supaya Pak Kadir lupa mencarinya.

Episode Ketiga
     Di akhir 1981, Pak Nursahabat yang mengajar geografi, bertanya.  Siapa santri berasal dari Pangkep.  Seisi ruang kelas I menunjuk S.  Santri yang ditunjuk tersipu laksana perawan dilirik perjaka.
     Di Pangkep ada budidaya ikan bandeng di air payau (tambak), terang Pak Nursahabat.  Santri memperhatikan penuh minat uraian guru geografi ini.  Ia lantas melirik S sambil bertanya.
     "Ikan apa yang kamu suka makan.  Bandeng atau bolu?"
     "Ikan bolu, Pak",  sahut S secara mantap penuh percaya diri.
     Tawa santri pecah mendengar jawaban S.  Seisi kelas, riuh.  Pak Nursahabat pun tersenyum.  Sebab, bandeng dan bolu merupakan ikan yang sama, namun, beda nama di tiap geografis.
(Bersambung)


Foto Muhammad Ardis (D5)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People