Kamis, 21 Juni 2012

Umur Manusia Makin Singkat


Usia Manusia Kian Pendek
Oleh Abdul Haris Booegies

      Membaca surat pembaca Dunia Semakin Tua (Jayakarta,14 April 1989), serasa makan nasi berkarat, pahit sekaligus memuakkan. Sebab, menganggap usia manusia sama dengan usia kera lima ribu tahun mendatang.
      Saya tak tahu pasti, analisis apa pula ini. Mungkin, anggapan ini bagian atau cucu dari teori evolusi, Charles Darwin, yang kontroversial itu.
      Mengapa umur manusia kian pendek? Begitu barangkali pertanyaan dari penulis surat pembaca bersangkutan. Saya tak menyangka bahwa di abad informasi ini, pembangunan digalakkan di tiap sektor, masih juga usia manusia yang pendek di tengah fenomena alam yang ganas ini menggoda diulas.
     Desember silam, orang terkesiap ketika majalah berita paling bergengsi Amerika, Time, menobatkan bumi sebagai Planet of the Year. Mengapa bukan Yasser Arafat dikukuhkan sebagai Man of the Year, mengingat pemimpin PLO itu orang yang paling simpatik tahun 1988. Ternyata, redaksi Time, melihat bumi lebih menarik diperhitungkan. Noda-noda yang mencemarinya sangat mengkhawatirkan. Hingga, bisa mengakibatkan sesuatu yang fatal. Apalagi, lapisan ozon makin robek.
      Kerusakan ozon kemudian menjadi fokus berita aktual di media massa. Bahkan, politikus ikut cemas. Semua karena menipisnya lapisan ozon yang terbentuk dari diatonik oksigen (02). Aspek ini terjadi karena ulah manusia yang seenaknya menggunakan gas khlorofluorokarbon (CFC). Hingga, ozon yang berfungsi menyerap ultra violet dan radiasi inframerah, sebagai penentu struktur temperatur atmosfir, menjadi robek.
     Jika ozon yang melindungi planet ini makin koyak, tentu bumi tercinta ini kian panas. Saya yakin, penulis surat pembaca Dunia Semakin Tua tersebut, pernah nonton Dunia Dalam Berita yang menayangkan beberapa warga Eropa berjingkrat kepanasan. Hatta, mandi bersama di sebuah kolam di tengah kota. Tragisnya, beberapa orang akhirnya tewas.
      Sugar Ray Robinson, yang baru saja meninggal, nyaris merebut sabuk juara dunia kelas berat ringan dari Joey Maxim pada Juni 1952. Sayang, udara Yankee Stadium di New York tak kuasa diatasinya. Suhu ruangan mencapai 54 derajat Celsius. Untung saja ia tak meninggal saat itu, seperti yang diderita Jimmy Doyle, yang mati terpakar oleh tinjunya pada Juni 1947.
     Perkara menakutkan yaitu, jangan sampai planet ini berubah menjadi Kedungombo. Sebab, tidak mustahil, es di Kutub Utara dan Selatan mencair gara-gara bumi tidak lagi memiliki filter. Di mana kita akan bermukim bila itu terjadi? Adakah sebangsa ET (Extra Terrestrial), di kosmos ini yang bermurah hati menampung kita supaya tidak terlunta-lunta sebagaimana saudara-saudara seiman di Kedungombo.
     Ulah manusia berikut gejala alam sendiri yang turut memperpendek usia. Kalau ingin merasakan kengerian serta kenikmatan yang mengantar ke daerah disimterested contemplation, ada baiknya membuka majalah trend pria Matra (No. 29). Pada halaman 124, tertoreh cerita Danarto, Paris a la Nostradamus. Mengisahkan tokoh “saya”, yang tersesat di kota Paris. Penduduk Kota Mode itu memakai masker seperti teroris. Soalnya, sudah sebulan Paris berubah neraka.
     Secara syari-iyyah, hal ini (itu tadi, mengapa usia makin pendek), teramat mudah jawabannya. Pasalnya, umat Nabi Muhammad sekalipun umurnya pendek, tetapi, memiliki amal yang jauh lebih besar dari kuantitas usianya. Pada zaman Nabi Nuh, yang lahir tahun 2970 sebelum Masehi, umur manusia mencapai 1000 tahun lebih. Fase ini terjadi karena komunikasi transendental dengan Allah belum banyak. Alhasil, dibutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan pahala.
     Lalu era Nabi Ibrahim, yang dilahirkan tahun 2019 sebelum Masehi. Kala itu, umur manusia mulai dikurangi. Sebab, sudah banyak peraturan Allah yang diwahyukan.
     Zaman Nabi Musa yang lahir tahun 1593 sebelum Masehi, umur manusia kian berkurang. Soalnya, umat Nabi Musa telah dilengkapi seperangkat wahyu yang terhimpun dalam Taurat. Lihat film the Ten Commandments, tatkala Nabi Musa (Moses) menerima wahyu dari Zat Maha Agung. Beruntung berkat dalam sinema yang dibintangi Charlton Heston serta Anne Bexter tersebut dibacakan ke sepuluh firman itu. Sementara umat Nabi Muhammad dalam hidupnya, cuma diberi umur tidak lebih dari 70 tahun. Rasulullah sendiri hanya menghirup udara selama 63 tahun. Kalau ada orang Islam usianya lebih dari tujuh puluh tahun, itu berarti, dia memperoleh “bonus” dari Allah buat disyukuri.
     Mengapa umat Islam cuma diberi umur sedemikian pendek. Padahal tantangan zaman mengharuskan manusia menjaga kelestarian planet permai ini. Elemen tersebut bertalian dengan beberapa petunjuk yang senantiasa memantau tingkah-polah umat Islam. Berawal dari Kitab Suci Taurat, lalu Zabur (Nabi Daud), lantas Injil (Nabi Isa al-Masih). Kitab Suci terakhir ialah al-Qur’an yang merupakan rahmatan lil alamin.
     Umat Islam dianugerahi pula sebuah bulan yang sangat sakral yakni Ramadhan. Di dalamnya terdapat Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan). Pada malam itu, penggandaan amal ibadah mencapai 29.500 atau sama dengan seribu bulan untuk beribadah kepada Allah, lihat surah al-Qadar 1-3. Punyakah umat Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa atau Nabi Daud malam semacam itu?
     Di samping keistimewaan tersebut, umat Islam juga diberi kemampuan agar berfikir kreatif. Renungkan, betapa besar serta berpengaruhnya nama Ali Syariati yang usianya cuma 40 tahun (1933-1977).
     Lihat pula tokoh-tokoh pemikir Islam klasik lainnya seperti Al-Ghazali (Algazel), Ibn Rusyd (Averroes), Al-Razi (Rhazes), Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Farabi (Alpharabius) dan lainnya. Atau tokoh pemimpin Islam yang lugu, suami Fatima az-Zahra al-Batul, Ali bin Abi Thalib. Adakah mereka memiliki usia panjang untuk membaur dalam sejarah kegemilangan, kemewahan serta kemegahan Islam? Bandingkan dengan Kan’an bin Nuh, yang berumur panjang. Apa yang patut diteladani dari putra Nabi Nuh tersebut, kecuali keingkarannya kepada Allah yang selalu dikenang sebagai kekonyolan.
     Jadi secara kualitas, umat Islam lebih unggul kendati tidak berumur panjang. Mereka bisa merasakan Taurat, Zabur dan Injil. Sementara di zaman baheula, ketika Nabi Nuh hidup, tak satu pun Kitab Suci yang mereka nikmati walau pada hakikatnya, umat para Nabi serta Rasul itu adalah Islam.

(Jayakarta, April 1989)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People