Usia
Manusia Kian Pendek
Oleh Abdul
Haris Booegies
Membaca surat pembaca Dunia
Semakin Tua (Jayakarta,14 April 1989), serasa makan nasi
berkarat, pahit sekaligus memuakkan. Sebab, menganggap usia manusia
sama dengan usia kera lima ribu tahun mendatang.
Saya tak tahu pasti, analisis apa
pula ini. Mungkin, anggapan ini bagian atau cucu dari teori evolusi,
Charles Darwin, yang kontroversial itu.
Mengapa umur manusia kian pendek?
Begitu barangkali pertanyaan dari penulis surat pembaca bersangkutan.
Saya tak menyangka bahwa di abad informasi ini, pembangunan
digalakkan di tiap sektor, masih juga usia manusia yang pendek di
tengah fenomena alam yang ganas ini menggoda diulas.
Desember silam, orang terkesiap
ketika majalah berita paling bergengsi Amerika, Time,
menobatkan bumi sebagai Planet of the Year. Mengapa bukan
Yasser Arafat dikukuhkan sebagai Man of the Year, mengingat
pemimpin PLO itu orang yang paling simpatik tahun 1988. Ternyata,
redaksi Time, melihat bumi lebih menarik diperhitungkan.
Noda-noda yang mencemarinya sangat mengkhawatirkan. Hingga, bisa
mengakibatkan sesuatu yang fatal. Apalagi, lapisan ozon makin robek.
Kerusakan ozon kemudian menjadi
fokus berita aktual di media massa. Bahkan, politikus ikut cemas.
Semua karena menipisnya lapisan ozon yang terbentuk dari diatonik
oksigen (02). Aspek ini terjadi karena ulah manusia yang seenaknya
menggunakan gas khlorofluorokarbon (CFC). Hingga, ozon yang berfungsi
menyerap ultra violet dan radiasi inframerah, sebagai penentu
struktur temperatur atmosfir, menjadi robek.
Jika ozon yang melindungi planet
ini makin koyak, tentu bumi tercinta ini kian panas. Saya yakin,
penulis surat pembaca Dunia Semakin Tua tersebut, pernah
nonton Dunia Dalam Berita yang menayangkan beberapa warga
Eropa berjingkrat kepanasan. Hatta, mandi bersama di sebuah kolam di
tengah kota. Tragisnya, beberapa orang akhirnya tewas.
Sugar Ray Robinson, yang baru saja
meninggal, nyaris merebut sabuk juara dunia kelas berat ringan dari
Joey Maxim pada Juni 1952. Sayang, udara Yankee Stadium di New York
tak kuasa diatasinya. Suhu ruangan mencapai 54 derajat Celsius.
Untung saja ia tak meninggal saat itu, seperti yang diderita Jimmy Doyle, yang mati terpakar oleh tinjunya pada Juni 1947.
Perkara menakutkan yaitu, jangan
sampai planet ini berubah menjadi Kedungombo. Sebab, tidak mustahil,
es di Kutub Utara dan Selatan mencair gara-gara bumi tidak lagi
memiliki filter. Di mana kita akan bermukim bila itu terjadi?
Adakah sebangsa ET (Extra Terrestrial), di kosmos ini yang
bermurah hati menampung kita supaya tidak terlunta-lunta sebagaimana
saudara-saudara seiman di Kedungombo.
Ulah manusia berikut gejala alam
sendiri yang turut memperpendek usia. Kalau ingin merasakan
kengerian serta kenikmatan yang mengantar ke daerah disimterested
contemplation, ada baiknya membuka majalah trend pria
Matra (No. 29). Pada halaman 124, tertoreh cerita Danarto,
Paris a la Nostradamus. Mengisahkan tokoh “saya”, yang
tersesat di kota Paris. Penduduk Kota Mode itu memakai masker
seperti teroris. Soalnya, sudah sebulan Paris berubah neraka.
Secara syari-iyyah, hal ini
(itu tadi, mengapa usia makin pendek), teramat mudah jawabannya.
Pasalnya, umat Nabi Muhammad sekalipun umurnya pendek, tetapi,
memiliki amal yang jauh lebih besar dari kuantitas usianya. Pada
zaman Nabi Nuh, yang lahir tahun 2970 sebelum Masehi, umur manusia
mencapai 1000 tahun lebih. Fase ini terjadi karena komunikasi
transendental dengan Allah belum banyak. Alhasil, dibutuhkan waktu
yang lama untuk mengumpulkan pahala.
Lalu era Nabi Ibrahim, yang
dilahirkan tahun 2019 sebelum Masehi. Kala itu, umur manusia mulai
dikurangi. Sebab, sudah banyak peraturan Allah yang diwahyukan.
Zaman Nabi Musa yang lahir tahun
1593 sebelum Masehi, umur manusia kian berkurang. Soalnya, umat Nabi
Musa telah dilengkapi seperangkat wahyu yang terhimpun dalam Taurat.
Lihat film the Ten Commandments, tatkala Nabi Musa (Moses)
menerima wahyu dari Zat Maha Agung. Beruntung berkat dalam sinema
yang dibintangi Charlton Heston serta Anne Bexter tersebut dibacakan
ke sepuluh firman itu. Sementara umat Nabi Muhammad dalam hidupnya,
cuma diberi umur tidak lebih dari 70 tahun. Rasulullah sendiri hanya
menghirup udara selama 63 tahun. Kalau ada orang Islam usianya lebih
dari tujuh puluh tahun, itu berarti, dia memperoleh “bonus” dari
Allah buat disyukuri.
Mengapa umat Islam cuma diberi
umur sedemikian pendek. Padahal tantangan zaman mengharuskan manusia
menjaga kelestarian planet permai ini. Elemen tersebut bertalian
dengan beberapa petunjuk yang senantiasa memantau tingkah-polah umat
Islam. Berawal dari Kitab Suci Taurat, lalu Zabur (Nabi Daud),
lantas Injil (Nabi Isa al-Masih). Kitab Suci terakhir ialah
al-Qur’an yang merupakan rahmatan lil alamin.
Umat Islam dianugerahi pula sebuah
bulan yang sangat sakral yakni Ramadhan. Di dalamnya terdapat
Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan). Pada malam itu, penggandaan
amal ibadah mencapai 29.500 atau sama dengan seribu bulan untuk
beribadah kepada Allah, lihat surah al-Qadar 1-3. Punyakah
umat Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa atau Nabi Daud malam semacam
itu?
Di samping keistimewaan tersebut,
umat Islam juga diberi kemampuan agar berfikir kreatif. Renungkan,
betapa besar serta berpengaruhnya nama Ali Syariati yang usianya cuma
40 tahun (1933-1977).
Lihat pula tokoh-tokoh pemikir
Islam klasik lainnya seperti Al-Ghazali (Algazel), Ibn Rusyd
(Averroes), Al-Razi (Rhazes), Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Farabi
(Alpharabius) dan lainnya. Atau tokoh pemimpin Islam yang lugu,
suami Fatima az-Zahra al-Batul, Ali bin Abi Thalib. Adakah mereka
memiliki usia panjang untuk membaur dalam sejarah kegemilangan,
kemewahan serta kemegahan Islam? Bandingkan dengan Kan’an bin Nuh,
yang berumur panjang. Apa yang patut diteladani dari putra Nabi Nuh
tersebut, kecuali keingkarannya kepada Allah yang selalu dikenang
sebagai kekonyolan.
Jadi secara kualitas, umat Islam
lebih unggul kendati tidak berumur panjang. Mereka bisa merasakan
Taurat, Zabur dan Injil. Sementara di zaman baheula, ketika Nabi Nuh
hidup, tak satu pun Kitab Suci yang mereka nikmati walau pada
hakikatnya, umat para Nabi serta Rasul itu adalah Islam.
(Jayakarta,
April 1989)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar