The
Passion of the Christ
Oleh
Abdul Haris Booegies
Nabi Isa
al-Masih merupakan figur kontroversial. Riwayatnya penuh kabut
misteri. Orang Kristen meyakini kalau Yesus Kristus disalib. Ia
merelakan nyawanya guna menebus dosa manusia.
Sosok Isa
Alaihissalam
menyimpan begitu banyak teka-teki di seputar kehidupannya. Hingga,
al-Qur’an perlu menyebutkan Yesus sebanyak 25 kali. Al-Qur’an
malahan mempersembahkan satu bab kepada Maryam binti Imran, ibunda
Nabi Isa yang dinamakan Surat Maryam, yang terdiri dari 98 ayat.
Struktur
kehidupanYesus ditaburi mujizat yang berlimpah. Ketika bayi, ia
sanggup menjawab dusta besar yang ditimpakan pada ibunya. Bahkan,
mampu menghidupkan orang mati. Dalam al-Qur’an, tertera bulan
kelahiran, kehidupan maupun usia sang Mesias.
Beberapa
hari ke depan, asumsi perihal Kristus disalib bakal bergiang-kencang
bertalu-talu. Sebab, kini Mel “Mad Max” Gibson tengah
mengedarkan film The Passion of the
Christ.
Film kolosal
berbahasa Latin serta Aramaik itu, berkisah mengenai 12 jam terakhir
sebelum Yesus melangkah gontai ke tiang salib.
Biarpun
karya tersebut sekedar tafsir modern Gibson tentang penyaliban Ibnu
Maryam, namun, orang Yahudi merasa tersinggung. Karena pada intinya,
Mahkamah Agung jemaah Yahudi memprovokasi prokurator Pontius Pilatus
(26-36 Masehi) agar Yesus dihukum. Pelukisan Sanhedrin
(70 rabi ahli Taurat) itulah yang dituding oleh kelompok Yahudi
sebagai anti-Sernit.
Menilik alur
sejarah, sulit bagi Yahudi untuk menampik atributnya sebagai manusia
tanpa belas kasihan. Apalagi, situasi Kota Yerusalem sangat buram
dan pekat di masa pemerintahan kaisar Tiberius (14-37 Masehi).
Kala itu,
bani Israil yang terdiri atas 12 puak berada dalam posisi terjepit.
Ekonomi serta politik di Palestina merosot drastis ke dalam jurang
kenistaan. Disusul kehadiran Sanhedrin
(para imam dan massa Farisi) bersama golongan Herodes yang tanpa rasa
malu melaksanakan perintah memungut pajak bagi Kerajaan Romawi.
Membunuh Nabi
The
Passion of the Christ kini bertahta
di puncak box office.
Newmarket Film sebagai distributor menyediakan 3.006 layar di
Amerika Serikat serta Kanada. Pada pemutaran perdana di hari suci
perenungan dosa umat Kristen Rabu
Abu, 25 Februari 2004, film yang
dibintangi Jim Caviezel tersebut, mengeruk duit Rp 200 miliar.
Dua hari
setelah beredar, Pemimpin Rabi Yahudi Israel Yona Metzger mengusik
ketenangan Paus Yohanes Paulus II di Vatikan. Ia berdalih bila The
Passion of the Christ bisa
menimbulkan pertentangan antara Kristen dengan Yahudi. “Film itu
begitu tendensius dan penuh dengki”, kata Metzger.
“Film ini
tidak membuat siapa pun benci terhadap suatu kaum, termasuk kaum
Yahudi”, ungkap Uskup Agung John Foley, penasehat media Paus
Yohanes Paulus II (Tribun Timur,
29 Februari 2004).
Metzger
boleh berdalih bahwa Yahudi tidak bertanggung-jawab atas penyaliban,
tetapi, fakta menunjukkan jika Yahudi doyan menyiksa Nabi-nabi.
Mereka suka menyombongkan diri sebagai bangsa pilihan Tuhan. Sebab,
etnis serta sejarah yang melingkupi Yahudi sangat kental oleh era
kenabian. Walau dari garis Yahudi banyak Nabi yang lahir, namun,
keturunan Yehuda tersebut identik dengan penghancuran agama-agama.
Yahudi senang merusak kitab-kitab samawi.
Mereka
memutarbalikkan keakuratan data seraya menggagas interpretasi
semaunya. Apalagi, mereka mengaggap bahwa Allah tidak akan
mengazabnva. “Mereka sesumbar: kami sekali-kali tiada bakal
tersentuh api Neraka, kecuali beberapa hari saja” (al-Baqarah:
80).
Dalam
al-Qur’an, tercatat beberapa watak khas Yahudi. Identitas mereka
antara lain berotak jenius semacam Charles Darwin serta Sigmund
Freud. Kemudian Yahudi termasuk manusia angkuh seperti terlihat pada
diri Yitzhak Shamir, Benjamin Netanyahu maupun Ariel Sharon. Yahudi
juga memiliki sifat pengecut. Merasa terkepung di dunia Arab, negara
Israel lantas menggunakan superioritas Amerika Serikat dalam
membombardir Irak sampai bonyok.
Watak paling terkutuk sekaligus melampaui batas yang mereka punya yakni membunuh para Nabi. Yesus Kristus, umpamanya, terpaksa harus menderita menghadapi serangan gencar tokoh-tokoh Yahudi.
Watak paling terkutuk sekaligus melampaui batas yang mereka punya yakni membunuh para Nabi. Yesus Kristus, umpamanya, terpaksa harus menderita menghadapi serangan gencar tokoh-tokoh Yahudi.
Membunuh
Dajjal
Yahudi
bermula saat Nabi Yaqub (Israil) lahir pada tahun 1897 sebelum
Masehi. Dari benih Nabi Yaqub, lalu muncul Yehuda yang kelak menjadi
nenek moyang Yahudi. Selang beberapa generasi, seluruh keturunan 12
anak Nabi Yaqub dinamakan bani Israil.
Perjalanan
waktu terus menapak hari demi hari. Hingga, sampai di zaman Nabi
Sulaiman. Putra Nabi Daud itu kemudian naik tahta pada tahun 971
sebelum Masehi. Nabi Sulaiman merupakan keturunan Yehuda. Selama 40
tahun berkuasa, kerajaan Nabi Sulaiman berkibar penuh pesona dalam
kejayaan.
Pada 931
sebelum Masehi, Nabi Sulaiman mangkat. Kemaharajaan lantas
diperebutkan keturunan Yehuda yang lain. Kerajaan akhirnya terpecah
dua antara Israel (utara) dengan Yehuda (selatan). Pemerintahan
Israel dikuasai Yerobeam bin Nebat. Sedangkan kerajaan Yehuda
diperintah Rehabeam bin Sulaiman. Sejak itu, muncul suatu suku yang
sangat ekstrem, yang dinamakan Yahudi.
Dalam Islam,
Nabi Isa tidak dicederai maut. “Sesungguhnya kami sudah membunuh
al-Masih, Isa Putera Maryam, Rasul Allah. Padahal, mereka tiada
membunuhnya. Tidak pula menyalibnya, tetapi, yang dibunuh ialah
orang yang diserupakan dengan Isa kepada mereka” (an-Nisa:
157).
Yesus
diselamatkan oleh Allah! Ia malahan diangkat ke langit tingkat dua
sebagai al-munzharin
(orang rang ditangguhkan kematiannya).
Meski Islam
dengan Kristen bertentangan dalam soal penyaliban, namun, termaktub
kesepakatan di masing-masing nurani para pengikut agama besar
tersebut kalau Yesus akan kembali ke bumi. Sang Juru Selamat
berhasrat menuntaskan misi khusus yang diemban.
Sang Mesias
yang berpostur tinggi dengan tubuh sedang dan berkulit merah, bakal
turun dari langit di suatu hari. Nabi Isa yang datang dari arah
Barat, lalu melakukan jizyah
(membenarkan Maha Nabi Muhammad) sembari menghapus sistem kekafiran.
Dengan dua
pedang yang terhunus, Ibnu Maryam kemudian mencincang mampus al-Masih
ad-Dajjal di Babilud, sebelah tenggara Baitul Maqdis. Isa
Alaihissalam
yang eksistensinya diperkokoh dengan Ruhul Qudus (Jibril), lantas
menjadi hakim yang adil sekaligus pemimpin yang baik. Ia membebaskan
pajak. Lalu membabat habis semua babi sembari menghancurkan salib.
“Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, serta mengenal Yesus Krsitus yang
telah Engkau utus”. (Yohanes
17: 3)
(Tribun
Timur, Jumat, 5 Maret 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar