Sabtu, 23 Juni 2012

The Passion of the Christ



The Passion of the Christ
Oleh Abdul Haris Booegies

     Nabi Isa al-Masih merupakan figur kontroversial. Riwayatnya penuh kabut misteri. Orang Kristen meyakini kalau Yesus Kristus disalib. Ia merelakan nyawanya guna menebus dosa manusia.
      Sosok Isa Alaihissalam menyimpan begitu banyak teka-teki di seputar kehidupannya. Hingga, al-Qur’an perlu menyebutkan Yesus sebanyak 25 kali. Al-Qur’an malahan mempersembahkan satu bab kepada Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa yang dinamakan Surat Maryam, yang terdiri dari 98 ayat.
      Struktur kehidupanYesus ditaburi mujizat yang berlimpah. Ketika bayi, ia sanggup menjawab dusta besar yang ditimpakan pada ibunya. Bahkan, mampu menghidupkan orang mati. Dalam al-Qur’an, tertera bulan kelahiran, kehidupan maupun usia sang Mesias.
      Beberapa hari ke depan, asumsi perihal Kristus disalib bakal bergiang-kencang bertalu-talu. Sebab, kini Mel “Mad Max” Gibson tengah mengedarkan film The Passion of the Christ.
      Film kolosal berbahasa Latin serta Aramaik itu, berkisah mengenai 12 jam terakhir sebelum Yesus melangkah gontai ke tiang salib.
      Biarpun karya tersebut sekedar tafsir modern Gibson tentang penyaliban Ibnu Maryam, namun, orang Yahudi merasa tersinggung. Karena pada intinya, Mahkamah Agung jemaah Yahudi memprovokasi prokurator Pontius Pilatus (26-36 Masehi) agar Yesus dihukum. Pelukisan Sanhedrin (70 rabi ahli Taurat) itulah yang dituding oleh kelompok Yahudi sebagai anti-Sernit.
      Menilik alur sejarah, sulit bagi Yahudi untuk menampik atributnya sebagai manusia tanpa belas kasihan. Apalagi, situasi Kota Yerusalem sangat buram dan pekat di masa pemerintahan kaisar Tiberius (14-37 Masehi).
      Kala itu, bani Israil yang terdiri atas 12 puak berada dalam posisi terjepit. Ekonomi serta politik di Palestina merosot drastis ke dalam jurang kenistaan. Disusul kehadiran Sanhedrin (para imam dan massa Farisi) bersama golongan Herodes yang tanpa rasa malu melaksanakan perintah memungut pajak bagi Kerajaan Romawi.

Membunuh Nabi
      The Passion of the Christ kini bertahta di puncak box office. Newmarket Film sebagai distributor menyediakan 3.006 layar di Amerika Serikat serta Kanada. Pada pemutaran perdana di hari suci perenungan dosa umat Kristen Rabu Abu, 25 Februari 2004, film yang dibintangi Jim Caviezel tersebut, mengeruk duit Rp 200 miliar.
      Dua hari setelah beredar, Pemimpin Rabi Yahudi Israel Yona Metzger mengusik ketenangan Paus Yohanes Paulus II di Vatikan. Ia berdalih bila The Passion of the Christ bisa menimbulkan pertentangan antara Kristen dengan Yahudi. “Film itu begitu tendensius dan penuh dengki”, kata Metzger.
     “Film ini tidak membuat siapa pun benci terhadap suatu kaum, termasuk kaum Yahudi”, ungkap Uskup Agung John Foley, penasehat media Paus Yohanes Paulus II (Tribun Timur, 29 Februari 2004).
      Metzger boleh berdalih bahwa Yahudi tidak bertanggung-jawab atas penyaliban, tetapi, fakta menunjukkan jika Yahudi doyan menyiksa Nabi-nabi. Mereka suka menyombongkan diri sebagai bangsa pilihan Tuhan. Sebab, etnis serta sejarah yang melingkupi Yahudi sangat kental oleh era kenabian. Walau dari garis Yahudi banyak Nabi yang lahir, namun, keturunan Yehuda tersebut identik dengan penghancuran agama-agama. Yahudi senang merusak kitab-kitab samawi.
      Mereka memutarbalikkan keakuratan data seraya menggagas interpretasi semaunya. Apalagi, mereka mengaggap bahwa Allah tidak akan mengazabnva. “Mereka sesumbar: kami sekali-kali tiada bakal tersentuh api Neraka, kecuali beberapa hari saja” (al-Baqarah: 80).
      Dalam al-Qur’an, tercatat beberapa watak khas Yahudi. Identitas mereka antara lain berotak jenius semacam Charles Darwin serta Sigmund Freud. Kemudian Yahudi termasuk manusia angkuh seperti terlihat pada diri Yitzhak Shamir, Benjamin Netanyahu maupun Ariel Sharon. Yahudi juga memiliki sifat pengecut. Merasa terkepung di dunia Arab, negara Israel lantas menggunakan superioritas Amerika Serikat dalam membombardir Irak sampai bonyok.
     Watak paling terkutuk sekaligus melampaui batas yang mereka punya yakni membunuh para Nabi. Yesus Kristus, umpamanya, terpaksa harus menderita menghadapi serangan gencar tokoh-tokoh Yahudi.

Membunuh Dajjal
      Yahudi bermula saat Nabi Yaqub (Israil) lahir pada tahun 1897 sebelum Masehi. Dari benih Nabi Yaqub, lalu muncul Yehuda yang kelak menjadi nenek moyang Yahudi. Selang beberapa generasi, seluruh keturunan 12 anak Nabi Yaqub dinamakan bani Israil.
      Perjalanan waktu terus menapak hari demi hari. Hingga, sampai di zaman Nabi Sulaiman. Putra Nabi Daud itu kemudian naik tahta pada tahun 971 sebelum Masehi. Nabi Sulaiman merupakan keturunan Yehuda. Selama 40 tahun berkuasa, kerajaan Nabi Sulaiman berkibar penuh pesona dalam kejayaan.
      Pada 931 sebelum Masehi, Nabi Sulaiman mangkat. Kemaharajaan lantas diperebutkan keturunan Yehuda yang lain. Kerajaan akhirnya terpecah dua antara Israel (utara) dengan Yehuda (selatan). Pemerintahan Israel dikuasai Yerobeam bin Nebat. Sedangkan kerajaan Yehuda diperintah Rehabeam bin Sulaiman. Sejak itu, muncul suatu suku yang sangat ekstrem, yang dinamakan Yahudi.
      Dalam Islam, Nabi Isa tidak dicederai maut. “Sesungguhnya kami sudah membunuh al-Masih, Isa Putera Maryam, Rasul Allah. Padahal, mereka tiada membunuhnya. Tidak pula menyalibnya, tetapi, yang dibunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa kepada mereka” (an-Nisa: 157).
Yesus diselamatkan oleh Allah! Ia malahan diangkat ke langit tingkat dua sebagai al-munzharin (orang rang ditangguhkan kematiannya).
      Meski Islam dengan Kristen bertentangan dalam soal penyaliban, namun, termaktub kesepakatan di masing-masing nurani para pengikut agama besar tersebut kalau Yesus akan kembali ke bumi. Sang Juru Selamat berhasrat menuntaskan misi khusus yang diemban.
      Sang Mesias yang berpostur tinggi dengan tubuh sedang dan berkulit merah, bakal turun dari langit di suatu hari. Nabi Isa yang datang dari arah Barat, lalu melakukan jizyah (membenarkan Maha Nabi Muhammad) sembari menghapus sistem kekafiran.
      Dengan dua pedang yang terhunus, Ibnu Maryam kemudian mencincang mampus al-Masih ad-Dajjal di Babilud, sebelah tenggara Baitul Maqdis. Isa Alaihissalam yang eksistensinya diperkokoh dengan Ruhul Qudus (Jibril), lantas menjadi hakim yang adil sekaligus pemimpin yang baik. Ia membebaskan pajak. Lalu membabat habis semua babi sembari menghancurkan salib.
      “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, serta mengenal Yesus Krsitus yang telah Engkau utus”. (Yohanes 17: 3)

(Tribun Timur, Jumat, 5 Maret 2004)
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People