Menyambut
Konser Justin Bieber 23 April 2011
Justin
Bieber dan Anak Indonesia
Oleh
Abdul Haris Booegies
Demam Briptu
Noorman Camaru masih membahana tatkala Justin Bieber melawat menemui
penggemarnya di Indonesia. Sejak Januari 2011, Beliebers
(penggemar fanatik Bieber) geregetan. Sebab, penyanyi muda itu bakal
singgah di Indonesia dalam Tour World
2011.
Noorman si
Brimob Bollywood adalah saudara Bieber dari ibu bernama YouTube.
Noorman akan tercatat dalam sejarah blantika musik Indonesia sebagai
pionir “polisi pendendang”. Ia mengunggah videonya yang
menyenandungkan secara lipsync
lagu Chaiyya Chaiyya
kepunyaan Shah Rukh Khan. Sejuta puja-puji lantas mengarah kepada
anggota Polda Gorontalo tersebut. Namanya mentereng melebihi
selebriti papan atas yang sudah lama malang-melintang di dunia
hiburan. Ia digiangkan dari Sabang di barat sampai Merauke di timur.
Dari Pulau Mianggas di utara sampai Pulau Rote di selatan wilayah
Indonesia.
Kini, nasib
Noorman tergantung pada tata kelola promotor dan institusi
kepolisian. Kalau mereka berniat mengasah potensinya, maka, nasib
Noorman pasti cerah. Ia berpeluang menjadi artis penebar kesejukan
berkat menyuntikkan prestasi luar biasa. Hingga, membuat antrean
mengular demi menyaksikan aksinya. Parameter serupa terjadi pada
diri Bieber. Remaja kelahiran Kota Stratford, Ontario, Kanada pada 1
Maret 1994 itu merupakan penyanyi pop serta R&B paling mengkilap
di bawah kolong langit.
Di usia 12
tahun, Bieber mengikuti kontes biduan di Kota Stratford. Ia merebut
juara kedua. Penampilannya lalu diunggah ke YouTube.
Di situ Bieber menyanyikan lagu Usher, Stevie Wonder, Justin
Timberlake, Chris Brown dan Ne-Yo.
Scooter
Braun yang merupakan marketing eksekutif di So
So Def sempat menyaksikan Bieber di
YouTube.
Ia pun mengontrak bocah bertampang tampan tersebut. Bieber dibawa
ke Atlanta menemui Usher. Di tangan Usher, mendadak Bieber menjelma
bintang benderang dari blantika musik pop global. Usher mendapuknya
mencapai puncak penampilan gemilang.
Bieber
sekonyong-konyong menjadi penyanyi idola ABG sedunia. Suaranya khas
serta empuk di gendang telinga. Paras Bieber pun polos. Walhasil,
gadis-gadis menyukainya. Potongan rambutnya banyak ditiru kaum ABG
cowok di seluruh penjuru dunia. “Rambutnya sangat halus”, papar
Rick Fox, mantan pebasket dari klub Los Angeles Lakers.
Sabtu, 23
April 2011 hari ini, Bieber akhirnya mengadakan konser untuk
memuaskan fansnya di Indonesia. Para penggemarnya menyemut di Sentul
International Convention Center guna menikmati pesona senandung
merdunya.
Anak Ajaib
Fenomena
anak ajaib di dunia hiburan bukan melulu di Amerika Serikat. Di
Indonesia, anak ajaib juga ada. Pada 1970-an, Adi Bing Slamet
(Ferdinand Syah Albar) membius anak-anak dengan gaya dan tingkahnya.
Bukan cuma nyanyiannya yang didendangkan bocah serta remaja di
segenap pelosok Tanah Air. Rambut poni Adi ditiru pula.
Adi
merupakan putra seniman serba bisa Bing Slamet. Ia adik Uci Bing
Slamet dan kakak Iyut Bing Slamet. Sejak 1975 sampai 1996, Adi
membintangi 16 film layar lebar. Sementara lagu-lagunya senantiasa
hits.
Pada 1996,
nama Joshua Suherman membahana. Bocah asal Surabaya itu beruntung
sebagai penyanyi cilik. Pasalnya, televisi swasta tengah marak.
Sebuah lagunya bertajuk Air
yang menggunakan istilah “diobok-obok” teramat populer. Kata
“diobok-obok” pun langsung terkenal. Banyak orang menggunakan
istilah “diobok-obok”, khususnya dalam wacana politik.
Dewasa ini,
anak ajaib Indonesia tiada lain Baim (Ibrahim Khalil Alkatiri).
Umurnya yang masih belia membuat aktingnya di layar kaca terlihat
kaku. Ia lahir di Malang pada 7 Juni 2005. Kendati geraknya belum
bebas-lepas, namun, hokinya berlimpah-ruah. Ia membintangi beberapa
sinetron serta sejumlah iklan.
Adi, Joshua
maupun Baim merupakan anak ajaib dengan sinar benderang. Menyaksikan
kemilau gaya sang bintang yang lahir dari rahim Nusantara membuat
kita seolah lupa pada isu terorisme, separatisme, spionase, subversi,
sabotase dan psikopat edan yang berkeliaran.
Baim yang
imut-imut mengingatkan masyarakat Indonesia dengan Jordy Lemoine pada
1992. Penyanyi cilik Perancis tersebut sempat menginvasi planet Bumi
dengan lagu Dur Dur d’Etre Bebe
(Susahnya Menjadi Bayi).
Di
negerinya, Jordy dijuluki Bebe-Chanteur
(penyanyi cilik) berkat usianya baru empat tahun. Ia lahir pada 14
Januari 1988 di Saint-Germain-en-Laye, Perancis. Jordy terdaftar di
Guinness Book of World Records
sebagai penyanyi termuda yang menduduki puncak chart-topping
hit dengan lagu Dur
Dur d’Etre Bebe (It’s Tough to be a Baby).
Album Dur Dur d’Etre Bebe
terjual dua juta kopi di Perancis. Di panggung Hollywood, Jordy
pernah menghibur Whitney Houston, Kenny G bersama David Copperfield.
Kaya Beken
Bieber serta
fenomena anak ajaib merupakan anugerah bagi dunia hiburan. Torehan
prestasinya membuat orang berdecak kagum. Arkian, ibu-ibu yang
tengah hamil tak sungkan mengelus perutnya. Ia mendambakan anaknya
dapat memiliki daya pukau sebagaimana Biebers.
Zaman
sekarang membuktikan bahwa kemashuran merupakan anak tangga meraih
kejayaan finansial. Kemashuran instan lewat YouTube
membuat orang menuai puja-puji.
Di periode
ini, kemashuran sekaligus kekayaan merupakan cita-cita banyak orang.
Aspek itu terjadi karena masyarakat hidup di era
kapitalis-industrialis. Pencapaian sosial diukur dari materi dan
kemashuran. Manusia tidak sekedar butuh kekayaan. Mereka juga
mengejar bagaimana nama yang disandangnya mentereng di mana-mana.
Kekayaan
tanpa keterkenalan ibarat pesawat minus bahan bakar. Ternama tanpa
kekayaan laksana pengembara di gurun. Keduanya pada akhirnya bakal
sekarat. Soalnya, bekal tak menunjang pergerakan menuju tujuan.
Akibatnya, kultur baru semacam pengagungan diri oleh para fans tidak
mampu ia wujudkan. Kandas tiada secuil hasil.
Budaya
merupakan elemen yang hidup dalam masyarakat. Maklum, menjadi proses
berpikir yang tak bisa dipertukarkan. Pertumbuhan industri serta
kapitalisme memaksa budaya keluar dari pakemnya demi memuaskan
beberapa korporasi gigantik. Elit modal menggiring budaya guna
mengeruk laba berlimpah. Mereka mencari celah demi mendominasi
ekonomi secara berkelanjutan.
Theodor
Adorno berfatwa bahwa teori pop berkelindan dengan metode industri
budaya dan fetisisme komoditas. Fetisisme komoditas ialah ikhtiar
yang digelontorkan pihak industri buat menciptakan pemujaan keliru
terhadap suatu produk. Masyarakat tidak lagi memuja produk industri
secara riil, tetapi, bertaklid pada simbol dari produk bersangkutan.
Pada situasi
yang makin dinamis ini, jiwa kapitalis-industrialis kian menemukan
bentuk berkat new media
seperti YouTube, Facebook
berikut Twitter.
Etos kapitalis bergemuruh oleh jejaring sosial. Pekerjaan yang dulu
memakan banyak waktu, kini dapat diringkas-singkat. Dulu, untuk
tersohor memerlukan dana, waktu serta jerih-payah maksimal.
Sekarang, segalanya terhampar semudah menjentikkan jari. YouTube
telah menafikan anggaran, waktu dan kerja keras. YouTube
identik low budget high impact.
Kini,
YouTube
menjadi wahana inspirasi serta penerang zaman. Apalagi, respons
audiens sangat dahsyat. Hatta, orang yang tampil di YouTube
akan merasakannya sebagai panggung pesta bagi dirinya. Penampilannya
membahana. Sebab, adegan yang diekspos mengaduk emosi. Sebagai
contoh yakni Noorman Camaru dan Justin Bieber yang tengah
populer di Tanah Air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar