Sabtu, 23 Juni 2012

Justin Bieber dan Anak Indonesia


Menyambut Konser Justin Bieber 23 April 2011
Justin Bieber dan Anak Indonesia
Oleh Abdul Haris Booegies

      Demam Briptu Noorman Camaru masih membahana tatkala Justin Bieber melawat menemui penggemarnya di Indonesia. Sejak Januari 2011, Beliebers (penggemar fanatik Bieber) geregetan. Sebab, penyanyi muda itu bakal singgah di Indonesia dalam Tour World 2011.
      Noorman si Brimob Bollywood adalah saudara Bieber dari ibu bernama YouTube. Noorman akan tercatat dalam sejarah blantika musik Indonesia sebagai pionir “polisi pendendang”. Ia mengunggah videonya yang menyenandungkan secara lipsync lagu Chaiyya Chaiyya kepunyaan Shah Rukh Khan. Sejuta puja-puji lantas mengarah kepada anggota Polda Gorontalo tersebut. Namanya mentereng melebihi selebriti papan atas yang sudah lama malang-melintang di dunia hiburan. Ia digiangkan dari Sabang di barat sampai Merauke di timur. Dari Pulau Mianggas di utara sampai Pulau Rote di selatan wilayah Indonesia.
      Kini, nasib Noorman tergantung pada tata kelola promotor dan institusi kepolisian. Kalau mereka berniat mengasah potensinya, maka, nasib Noorman pasti cerah. Ia berpeluang menjadi artis penebar kesejukan berkat menyuntikkan prestasi luar biasa. Hingga, membuat antrean mengular demi menyaksikan aksinya. Parameter serupa terjadi pada diri Bieber. Remaja kelahiran Kota Stratford, Ontario, Kanada pada 1 Maret 1994 itu merupakan penyanyi pop serta R&B paling mengkilap di bawah kolong langit.
      Di usia 12 tahun, Bieber mengikuti kontes biduan di Kota Stratford. Ia merebut juara kedua. Penampilannya lalu diunggah ke YouTube. Di situ Bieber menyanyikan lagu Usher, Stevie Wonder, Justin Timberlake, Chris Brown dan Ne-Yo.
      Scooter Braun yang merupakan marketing eksekutif di So So Def sempat menyaksikan Bieber di YouTube. Ia pun mengontrak bocah bertampang tampan tersebut. Bieber dibawa ke Atlanta menemui Usher. Di tangan Usher, mendadak Bieber menjelma bintang benderang dari blantika musik pop global. Usher mendapuknya mencapai puncak penampilan gemilang.
      Bieber sekonyong-konyong menjadi penyanyi idola ABG sedunia. Suaranya khas serta empuk di gendang telinga. Paras Bieber pun polos. Walhasil, gadis-gadis menyukainya. Potongan rambutnya banyak ditiru kaum ABG cowok di seluruh penjuru dunia. “Rambutnya sangat halus”, papar Rick Fox, mantan pebasket dari klub Los Angeles Lakers.
      Sabtu, 23 April 2011 hari ini, Bieber akhirnya mengadakan konser untuk memuaskan fansnya di Indonesia. Para penggemarnya menyemut di Sentul International Convention Center guna menikmati pesona senandung merdunya.

Anak Ajaib
      Fenomena anak ajaib di dunia hiburan bukan melulu di Amerika Serikat. Di Indonesia, anak ajaib juga ada. Pada 1970-an, Adi Bing Slamet (Ferdinand Syah Albar) membius anak-anak dengan gaya dan tingkahnya. Bukan cuma nyanyiannya yang didendangkan bocah serta remaja di segenap pelosok Tanah Air. Rambut poni Adi ditiru pula.
      Adi merupakan putra seniman serba bisa Bing Slamet. Ia adik Uci Bing Slamet dan kakak Iyut Bing Slamet. Sejak 1975 sampai 1996, Adi membintangi 16 film layar lebar. Sementara lagu-lagunya senantiasa hits.
      Pada 1996, nama Joshua Suherman membahana. Bocah asal Surabaya itu beruntung sebagai penyanyi cilik. Pasalnya, televisi swasta tengah marak. Sebuah lagunya bertajuk Air yang menggunakan istilah “diobok-obok” teramat populer. Kata “diobok-obok” pun langsung terkenal. Banyak orang menggunakan istilah “diobok-obok”, khususnya dalam wacana politik.
      Dewasa ini, anak ajaib Indonesia tiada lain Baim (Ibrahim Khalil Alkatiri). Umurnya yang masih belia membuat aktingnya di layar kaca terlihat kaku. Ia lahir di Malang pada 7 Juni 2005. Kendati geraknya belum bebas-lepas, namun, hokinya berlimpah-ruah. Ia membintangi beberapa sinetron serta sejumlah iklan.
      Adi, Joshua maupun Baim merupakan anak ajaib dengan sinar benderang. Menyaksikan kemilau gaya sang bintang yang lahir dari rahim Nusantara membuat kita seolah lupa pada isu terorisme, separatisme, spionase, subversi, sabotase dan psikopat edan yang berkeliaran.
      Baim yang imut-imut mengingatkan masyarakat Indonesia dengan Jordy Lemoine pada 1992. Penyanyi cilik Perancis tersebut sempat menginvasi planet Bumi dengan lagu Dur Dur d’Etre Bebe (Susahnya Menjadi Bayi).
      Di negerinya, Jordy dijuluki Bebe-Chanteur (penyanyi cilik) berkat usianya baru empat tahun. Ia lahir pada 14 Januari 1988 di Saint-Germain-en-Laye, Perancis. Jordy terdaftar di Guinness Book of World Records sebagai penyanyi termuda yang menduduki puncak chart-topping hit dengan lagu Dur Dur d’Etre Bebe (It’s Tough to be a Baby). Album Dur Dur d’Etre Bebe terjual dua juta kopi di Perancis. Di panggung Hollywood, Jordy pernah menghibur Whitney Houston, Kenny G bersama David Copperfield.

Kaya Beken
      Bieber serta fenomena anak ajaib merupakan anugerah bagi dunia hiburan. Torehan prestasinya membuat orang berdecak kagum. Arkian, ibu-ibu yang tengah hamil tak sungkan mengelus perutnya. Ia mendambakan anaknya dapat memiliki daya pukau sebagaimana Biebers.
      Zaman sekarang membuktikan bahwa kemashuran merupakan anak tangga meraih kejayaan finansial.  Kemashuran instan lewat YouTube membuat orang menuai puja-puji.
      Di periode ini, kemashuran sekaligus kekayaan merupakan cita-cita banyak orang. Aspek itu terjadi karena masyarakat hidup di era kapitalis-industrialis. Pencapaian sosial diukur dari materi dan kemashuran. Manusia tidak sekedar butuh kekayaan. Mereka juga mengejar bagaimana nama yang disandangnya mentereng di mana-mana.
      Kekayaan tanpa keterkenalan ibarat pesawat minus bahan bakar. Ternama tanpa kekayaan laksana pengembara di gurun. Keduanya pada akhirnya bakal sekarat. Soalnya, bekal tak menunjang pergerakan menuju tujuan. Akibatnya, kultur baru semacam pengagungan diri oleh para fans tidak mampu ia wujudkan. Kandas tiada secuil hasil.
      Budaya merupakan elemen yang hidup dalam masyarakat. Maklum, menjadi proses berpikir yang tak bisa dipertukarkan. Pertumbuhan industri serta kapitalisme memaksa budaya keluar dari pakemnya demi memuaskan beberapa korporasi gigantik. Elit modal menggiring budaya guna mengeruk laba berlimpah. Mereka mencari celah demi mendominasi ekonomi secara berkelanjutan.
      Theodor Adorno berfatwa bahwa teori pop berkelindan dengan metode industri budaya dan fetisisme komoditas. Fetisisme komoditas ialah ikhtiar yang digelontorkan pihak industri buat menciptakan pemujaan keliru terhadap suatu produk. Masyarakat tidak lagi memuja produk industri secara riil, tetapi, bertaklid pada simbol dari produk bersangkutan.
      Pada situasi yang makin dinamis ini, jiwa kapitalis-industrialis kian menemukan bentuk berkat new media seperti YouTube, Facebook berikut Twitter. Etos kapitalis bergemuruh oleh jejaring sosial. Pekerjaan yang dulu memakan banyak waktu, kini dapat diringkas-singkat. Dulu, untuk tersohor memerlukan dana, waktu serta jerih-payah maksimal. Sekarang, segalanya terhampar semudah menjentikkan jari. YouTube telah menafikan anggaran, waktu dan kerja keras. YouTube identik low budget high impact.
      Kini, YouTube menjadi wahana inspirasi serta penerang zaman. Apalagi, respons audiens sangat dahsyat. Hatta, orang yang tampil di YouTube akan merasakannya sebagai panggung pesta bagi dirinya. Penampilannya membahana. Sebab, adegan yang diekspos mengaduk emosi. Sebagai contoh yakni Noorman Camaru dan Justin Bieber yang tengah populer di Tanah Air.











































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People