Selasa, 04 Juli 2023

Sejarah yang Hilang


Sejarah yang Hilang
Oleh Abdul Haris Booegies


     Dalam pengertian umum, sejarah merupakan teks tentang tokoh atau peristiwa.  Sejarah memuat kisah para figur maupun untaian kejadian untuk disebar dalam wujud aksara.  Warisan dalam bentuk sejarah ini terkadang memuat pesan serta inspirasi.
     Bisakah sejarah seseorang dihilangkan?  Tentu saja bisa!  Inilah yang memacu munculnya jargon "sejarah ditulis oleh pemenang".
     Sebagai orang yang senang mengoleksi catatan, saya meyakini bahwa "sejarah dibuat pemenang" tidak berlebihan.  "Pemenang" tentu bukan cuma pemegang tampuk pemerintahan, tetapi, orang yang superior menyimpan arsip.
     Saya membedakan antara "pemilik informasi" dengan "penguasa informasi".  "Pemilik informasi" jelas punya data, namun, tidak terlibat dalam fragmen.  Berbeda dengan "penguasa informasi".  Ia ada dalam data sebagai figuran atau pemeran utama.  Di sinilah bahayanya.  Pasalnya, orang yang menguasai informasi sangat mudah mendistorsi sejarah.  Ini karena ia pernah terlibat sekaligus memiliki catatan primer.
     Dalam realitas, "A pergi ke kanan", tetapi, penguasa informasi mengubah menjadi "A pergi ke kiri".  Siapa yang bisa membantahnya?  Tidak ada!  Soalnya, tak ada catatan selain kepunyaan penguasa informasi.  Lebih apes lagi lantaran pelaku lain sudah mati.
     Saya pernah menemukan sebuah artikel di Internet.  Penulisnya berkebangsaan Inggris.  Orang ini begitu lincah mendiskreditkan Denmark.  Rupaya ia marah atas ulah Viking yang menyerang biara di Lindisfarne pada tarikh 793.  Era tersebut masyhur sebagai masa awal Viking di Notrumbria, Inggris bagian Utara.  Tidak terbayang bahwa dendam orang ini telah berkarat-karat gara-gara berasal dari peristiwa 12 abad silam.
     Ini menandaskan bahwa rasa marah, frustrasi dan dendam dapat mengakibatkan sejarah tergerus kesuciannya.
     Pembengkokan sejarah juga bisa menimpa organisasi medioker.  Penguasa informasi, misalnya, mencincang data.  Sejumlah nama dicoret atau dicopot.  Bahkan, foto dipotong atau diblur agar orang yang tidak disenangi hilang dari peristiwa.
     Penguasa informasi semacam ini, bukan sekedar menghilangkan tokoh atau peristiwa dari sejarah.  Ia juga merusak kesucian fakta.  Sebab, alur sejarah terpenggal akibat sebuah kemarahan atau dendam yang membara di hati penguasa informasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People