Keajaiban Pesantren IMMIM
Oleh Abdul Haris Booegies
Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM Putra terletak di Tamalanrea. Kampus seluas dua hektare ini dulu merupakan hamparan sawah. Sawah di bagian belakang atau di Barat malahan menjadi rawa-rawa.
Pada 1983, hujan deras membuat rawa di pesantren menjelma danau instan. Air mencapai satu meter.
Di musim kemarau, di rawa terdapat tumbuhan air (hidrofit). Ada eceng gondok, papyrus payung, lili air maupun cyperus
Sekalipun rawa-rawa di Pesantren IMMIM berair tenang, namun, dijamin tidak ada buaya. Apalagi, buaya darat!
Rawa termasuk habitat nyamuk. Serangga yang tergolong dalam ordo Diptera dari famili Culicidae ini menyukai iklim tropis dengan suhu lembap. Nyamuk menjadi penyebab pelbagai penyakit tropis seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, Japanese encephalitis serta filariasis limfatik.
Anti Kelambu
Di Pesantren IMMIM, rata-rata santri tidak memakai kelambu. Apalagi, yang ranjangnya di bagian atas. Pengait untuk menggantung kelambu tak tersedia kecuali plafon.
Tatkala menjadi santri Aliyah, saya menggunakan kelambu. Ini agar privasi tidak terganggu. Ada dua atau tiga sahabat sering ke ranjangku untuk membaca majalah. Dengan adanya kelambu, teman agak sungkan duduk di ranjangku untuk menyimak majalah menjelang tidur. Kelambu juga membantu saya cepat tidur. Pasalnya, meminimalisasi cahaya lampu ke mata. Sampai sekarang, saya tak bisa tidur jika ada cahaya lampu.
Ketika saya santri pada 1980-1986, pengguna kelambu mungkin dapat dihitung dengan jari satu tangan.
Mengapa santri IMMIM yang lebih 500 tidak memakai kelambu? Soalnya, tak ada nyamuk! Nyamuk yang berkembang biak di rawa, tidak kuasa terbang menerobos asrama. Ada semacam perisai yang membentengi seluruh kamar. Boleh jadi juga darah santri IMMIM tidak disuka oleh nyamuk. Barangkali pahit di tenggorokan nyamuk karena santri cuma mengkonsumsi teri dan tempe.
Cerita nyamuk yang ogah menggigit santri IMMIM, mungkin hanya kebetulan. Ada tamsil yang sedikit parah. Di dapur saat siang, ratusan lalat beterbatangan hinggap di ompreng-ompreng santri. Anehnya, tiada seorang pun santri pernah sakit gara-gara hidangannya diinjak-injak lalat. Padahal, lalat membawa bakteri E coli, salmonella typhosa serta shigella dysenteriae. Bakteri ini bisa mengakibatkan disentri, tifus, diare, muntaber, virus hepatitis, cacingan, sinus, infeksi usus, kolera, virus polio, scarlatina, infeksi lambung dan flu burung.
Hikmah berkat tidak ada santri yang sakit yakni mantri lebih banyak bersenda-gurau dengan bini mudanya.
Hikayat ini kebetulan? Saya paparkan satu contoh ekstrem. Setahun sebelum saya menjadi santri, penduduk sekitar pesantren kekurangan air di musim kemarau. Sumur mereka kering. Hingga, warga pun berbondong-bondong masuk ke pesantren mengambil air. Maklum, sumur di Pesantren IMMIM berlimpah air.
Ini kebetulan? Bukan! Inilah keajaiban Pesantren IMMIM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar