Selasa, 28 Februari 2023

Santri Tipe Z


Santri Tipe Z
Oleh Abdul Haris Booegies


     Makan merupakan kebutuhan krusial bagi manusia agar dapat beraktivitas di tengah rutinitas.  Dengan makan, maka, tubuh tidak kekurangan nutrisi.  Di samping itu, asupan makanan memberikan energi untuk bergerak.  Makan juga sangat penting demi kesehatan.
     Di Pesantren Modern Pendidkan al-Qur'an IMMIM, santri makan tiga kali sehari.  Ini untuk menunjang pergerakan selama 24 jam.  Gizi yang masuk cukup untuk menyokong kegiatan santri semisal mengaji, belajar, berolahraga dan bermain.
     Ada fenomena unik di Pesantren IMMIM pada era 80-an.  Di kelas, santri terkadang mengantuk.  Di masjid, santri terlihat lesu.  Segenap konsepsi negatif ini berubah bila waktu makan.  Santri mendadak berbinar-binar.  Dapur seolah menjadi tujuan segala hasrat hedonis.  Selain dapur, ada lagi satu yang membuat santri IMMIM teramat bahagia.  Apa lagi kalau bukan olahraga.
     Bakda Ashar, santri bergegas ke dapur mengambil teh tawar.  Teh tanpa gula ini boleh diambil satu gelas, satu termos atau satu ember.  Tak ada larangan.  Bebas tanpa aturan.  Sebagian santri lalu berkeliling dari kamar ke kamar sembari menenteng gelas guna mengemis gula.
     Setelah minum teh tawar atau manis, santri pun berolahraga.  Lapangan depan masjid langsung riuh.  Santri bermain voli, takraw serta badminton.  Di aula tersedia satu lapangan tenis meja.  Lapangan tenis meja yang cuma satu ini dikuasai santri Aliyah.  Siapa pula yang berani mengusik mereka.  Sedangkan di lapangan basket IMMIM, berlatih para karateka Black Panther.  Sebagian santri malahan ke lapangan Kavaleri untuk bermain sepak bola.
     Di Pesantren IMMIM, dapur dan olahraga tidak pernah membuat santri mengantuk atau lemas.  Sekalipun lonceng tanda pukul 18.00 sudah berbunyi, tetap saja ada santri yang nekat berolahraga.

Perut Kapitalis
     Di suatu siang pada 1980.  Santri kelas I sedang dijejer di bangku masing-masing untuk makan.  Pembina yang berasal dari kelas V, sempat heran.  Sebuah ompreng tak ada ikannya.  Nasi ada, sayur ada, sambal ada.  Anehnya, tembang gorengnya, tidak ada.  Hilang tanpa bekas.  Mustahil kucing mencoleng.  Pintu dapur tertutup rapat.
     "Siapa yang mengambil ikan di ompreng ini!"  Seorang pembina membentak dengan muka marah.  Tak ada yang mengaku.  Ancaman pun terdengar.  Tidak diperkenankan bersantap siang sebelum tembang goreng sebesar ibu jari tersebut ditemukan.  Seluruh santri baru kasak-kusuk, saling berpandangan.  Situasi terasa mencekam.  Suasana pengap di ruang sesak menambah deras keringat mengucur.
     Pembina lantas melepas satu per satu songkok santri baru.  Ketika giliran Z (inisial asli) dilepas, dari kepalanya jatuh tembang goreng.  Serempak santri baru terhenyak.  Semua bernapas lega.  Teduh seolah ada lentera menyala di hati.  Akhirnya bisa makan setelah maling tembang tepergok.  Sementara Z celingak-celinguk.  Bahkan, cengengesan dengan mulut persis bibir kuda yang meringkik karena mau kentut.  Tanpa sadar, Z sebetulnya melabur jelaga pada wajahnya sendiri.  Amit-amit.
     Z mencatat rekor berkat beken sebagai santri berperangai tikus.  Paling tikus di habitat tikus!  Jadi, kurang gokil apa lagi ini bocah.  Coba!
     Z sesungguhnya santri sial.  Ia berbuat curang di waktu yang salah.  Padahal, banyak santri model Z dengan perut kapitalis.

Cangkang Telur
     Selepas shalat Zhuhur maupun Magrib, santri Tsanawiyah berlomba ke dapur.  Ada dua perilaku yang membuat mereka ingin lekas tiba di dapur.
     Pertama, berniat cepat makan.  Biasanya santri bercorak begini membawa lauk-pauk tambahan.  Ia menenteng bajabu atau telur asin.  Kedua, model Z.  Ini yang harus diwaspadai secara saksama.  Status hukum untuk mengintai oknum varian Z adalah fardu kifayah (فرض كفاية) alias wajib!  Ini supaya tak ada keterpaparan sifat.  Hingga, tidak terjadi reproduksi mental ala Z terhadap santri lain.
     Tipe Z memiliki segudang akal bulus di dapur.  Modus operandinya bevariasi.  Sebagai umpama, menyembunyikan ikan di saku baju, di genggaman tangan atau di bawah nasi.  Aksi tipu-tipunya kreatif.  Akibatnya, ruwet terdeteksi.
     Pada 1984, menu santri IMMIM, berubah.  Musababnya, ada jatah sepotong telur untuk tiap santri.  Sebutir telur yang dibagi dua itu sempat menimbulkan kegemparan.  Ini gara-gara koki tak mengupas kulit telur.  Mereka langsung memotongnya seraya menaruh secara terbalik di ompreng.
     Tatkala santri hendak menikmati sepotong telur, ternyata tinggal cangkangnya.  Isinya raib.  Siapa lagi pelakunya jika bukan gerombolan santri tipe Z yang berperut kapitalis.  Ampun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People