Sabtu, 30 April 2022

Ikatan Rohani Alumni 84


Ikatan Rohani Alumni 84
Oleh Abdul Haris Booegies


     Tiap peristiwa punya nama sebagaimana manusia.  Siapa menorehkan makna positif, niscaya namanya lestari dalam peristiwa.
     Selama hampir empat dekade, kita menyaksikan individu-individu perkasa di Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim).  Mereka mewarnai peristiwa-peristiwa esensial di tengah umat.  Seluruh peristiwa merupakan gerakan dalam fase atomik.  Peristiwa kemudian mengembang dalam skala gigantik.
     Peristiwa menjelma ke ukuran raksasa berkat simpul persaudaraan yang dirajut begitu intens.  Alumni saling menunjang guna meracik peristiwa.  Mereka ulet berkat rasa persaudaraan tinggi untuk saling menyayangi.
     Berbilang tahun kita memafhumi bahwa Angkatan 1978-1984, memiliki kekuatan persaudaraan.  Hubungan mereka teramat kental.  Melekat tidak mudah terkelupas laksana sebatang pohon dengan kulit batang yang kokoh melapis.
     Armada 84 mempunyai keterampilan berupa kemampuan memahami keadaan mental para sahabat seangkatan.  Mereka saling berempati sebagai hubungan sosial kompeks yang dimulai sejak di Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM.

Ustaz Sedekah
     Pada Rabu, 18 April 1984, terdengar gemuruh tawa dari santri kelas VI.  Semua terlihat berseri-seri.  Mereka baru saja menuntaskan soal-soal terakhir Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas).  Ebtanas merupakan istilah jadul untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
     Kegembiraan kian semarak saat santri kelas VI saling mencorat-coret seragam SMA yang dikenakan.  Mereka lantas bergerombol ke kamar.  Meluapkan kebahagiaan dengan merapal puja-puji syukur.  Kebanggaan membekap segenap persendirian tubuh.  Senyum terus tersungging.  Inilah hari pelampiasan.  Menggedor segala lara yang pernah mengimpit karena digembleng menjadi manusia bermoral dengan perangkat pikir dinamis.  Melampiaskan seluruh emosi setelah terbebas dari belenggu pasung.
     Selama enam tahun, santri diawasi ketat.  Para pelajar Muslim ini dididik dengan aturan serta administrasi.  Siapa melanggar bakal kena hukum, mungkin juga bogem mentah.  Kendati ketat, tentu pesantren bukan penjara.  Ini tentang gairah untuk bermetamorfosis sebagai ulama intelek alias cendekiawan Muslim.
     Dalam masalah masakan, jelas yang disediakan sekedar hidangan sangat sederhana.  Walau minim asupan, namun, wajib belajar secara maksimal.  Semua bersahaja demi menggapai target gemilang.  Bahkan, imajinasi pun dibatasi dengan bermacam nasehat.  "Jangan pacaran!"  Padahal, bagaimana mau memadu kasih kalau tak ada lawan jenis!  Tidak ada santriwati.  Apalagi siswi yang mengenakan rok mini seksi era 80-an.
     Bila ada film baru di putar di bioskop, terkadang santri bokek cuma merenung.  Menyesali kiriman yang telat datang.  Berkehendak bolos untuk nonton, tetapi, tiada fulus di saku.
     "Dari mana duitnya!"  Hati menjerit pilu gara-gara pundi-pundi kempis persis "ustaz sedekah" yang teriak-teriak butuh uang satu triliun.  "Dari mana duitnya!  Dari mana duitnya!"

Jiwa Berkah
     Bakda khatam Ebtanas pada Rabu, 17 Rajab 1404 Hijriah.  Santri kelas VI secara perlahan membuka lembaran sejarah baru.  Kini, mereka tertera sebagai alumni Pesantren IMMIM.  Mereka bukan lagi santri yang terkungkung, namun, warga Iapim yang mandiri.  Momen ini menjadi pula kepuasan bagi Pesantren IMMIM.  Sebab, kembali menelurkan talenta besar yang kelak berkiprah di tengah inovasi ultramutakhir.  Alumni baru ini terpola pada tingkat optimal.  Mereka didesain supaya andal di bidang riset yang progresif.
     Hari ini kampus Islami Tamalanrea meluluskan jiwa-jiwa yang penuh berkah.  Divisi 84 membentuk konfigurasi rancak sebagai alumni yang kelak bertebar dengan teori-teori cemerlang.
     Sebelum meninggalkan pedepokan Tamalanrea menuju kampung halaman masing-masing, Korps 84 beriktikad menjadi sebuah komunitas paling solid.  Mereka saling meraih tangan.  Saling menggenggam sebagaimana ikatan rohani.  Berpadu dalam langkah ritmis seraya bergandeng dalam ikhtiar menuju peradaban baru dunia.
     Berikut nama Armada 83 yang menorehkan namanya dalam narasi-narasi besar Iapim.
Alumni putra:
Abdul Jalil
Adnan Nurdin
Alhallaj
Arva Chaidir
Badaruddin
Danial
Faisal Rahman
Khaeruddin Muchtar
Khaeruddin ST
Muhammad Anwar Saleh
Muhammad Ikhwan Rahman
Muhammad Ridha Kasim
Mujiadi
Rahman H
Rahman K
Rahmat Zaenal
Suardi Idris
Surya Darma
Syukri Ahmad
Taufik
Umar Bauw
Usman Suwakil
Zulkifli Maidin
Alumni putri:
Dg Bulaeng
Fadhliah
Hadriah L
Hafsawati
Jumiati
Martini H
Mas'adiah
Miftahul Jannah
Muhsidar
Nur Asmah
Nur Sana
Nurhayati K
Nuryati Has
Rosmiati HL
Sahra Mardiana
Siti Mukasifah
Sukmawati
Sumarni
Zamzam

Narasumber
Nur Hudayah

Nama disusun sesuai abjadiah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People