Selasa, 12 April 2022

Retro Miss Teen


Retro Miss Teen
Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada 1975, berderak aktivitas pendidikan keagamaan di Minasa Te'ne.  Ini terkait pendirian Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM Putri.  Pondok religius ini terletak di Jalan Fadeli Luran, Biraeng, Minasa Te'ne.
     Pesantren atau ma'had merupakan sekolah formal setingkat SMP-SMA.  Pesantren IMMIM tergolong boarding school.  Sebuah institusi dengan konsep pendidikan di asrama.  Lembaga pendidikan di Minasa Te'ne ini memadukan metode klasik pesantren dengan kurikulum modern.  Ciri Pesantren IMMIM ialah independen serta non-sektarian.
     Santriwati Minasa Te'ne menyebut diri dengan anak Misten.  Sedangkan santriwan Tamalanrea menamakan mereka anak Minas.  Saya memilih menyebut dengan Miss Teen agar terkesan eksotis.
     Dalam persepsi saya, santri adalah pelajar Muslim yang bermisi duniawi dan bervisi ukhrawi.  Misi santriwan maupun santriwati di dunia yaitu menjadi telaga kebaikan di tiap bentala yang terkena sinar surya.  Sementara visi mereka yakni spiritualitas demi menggapai Firdaus, negeri harapan insan beriman.

Wisata Nostalgia
     Kita akan memutar waktu untuk tiba di Pesantren IMMIM Putri pada periode 1980-1990.  Ini gerakan retro yang tiada lain gelombang kenangan masa silam.  Kita bakal bertamasya dalam nostalgia untuk menyaksikan secuil tingkah-polah serta tindak-tanduk santriwati Miss Teen.
     Pada kurun 1980-1990, pondok-pondok berdinding anyaman bambu (gamacca) telah berganti.  Artefak antik itu menjelma bangunan batu.  Kini, berdiri megah asrama Khadijah, Aisyah, Ummu Kaltsum, Halimah, Rabiatul Adawiyah, RA Kartini yang terdiri tujuh bilik dan Masythah yang kosong tanpa sekat.
     Ada satu lagi rayon bernama Rahmah el-Yunusiah.  Nama faktual historis ini cukup asing.  Padahal, Rahmah termaktub pendiri Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang.  Rahmah mendirikan pesantren ini pada 1 November 1923, saat berumur 23 tahun.

Beli Air
     Di dekade 1980-1990, pesantren di Minasa Te'ne dilengkapi empat sumur.  Malang bagi santriwati.  Musababnya, perigi-perigi tersebut mengering di musim kemarau.
     "Kalau kemarau, seluruh sumur kering.  Saya acap membeli air dari dokar.  Terkadang pula ke Leang Kassi", terang Parha, santriwati retro yang klasik.  Parha merupakan warga Divisi 8288.
     Jika ke Leang Kassi yang berlokasi di dusun Belae’, santriwati melewati sawah supaya sampai ke sungai.  Penduduk dari perkampungan banyak ke Leang Kassi untuk mandi serta mencuci.  Air sungai begitu jernih.  Tidak jauh dari sungai, ada gua (leang) berisi stalaktit, sejenis speleothem (mineral sekunder).
     Bila ke Leang Kassi, cewek-cewek Miss Teen berombongan.  Mereka menjinjing kantung plastik berisi pakaian untuk dicuci.  Mereka juga menenteng ember.
     "Saya memilih membeli air.  Jarang ke Leang Kassi", ujar Wahida Rahman, Korps 8288.  Wahida merupakan adik dari Faisal Rahman, alumnus edisi 7884.
     Saban pagi selama musim kemarau, ada penjual air masuk ke area kampus.  Penjual air menggunakan bendi yang ditarik kuda.
     Santriwati pun berebut membeli air dengan mengisi ember atau jeriken.  Air ini dipakai untuk mandi, mencuci, berwudhu dan keperluan pribadi di peturasan.
     Ember serta jeriken berisi air itu lantas diletakkan di selasar kamar.  Pasalnya, toilet di dalam bilik tak mampu menampung beberapa ember dan jeriken.
     Kurang ditahu kurang dipahami, dimengerti pun tidak.  Kiranya ada yang usil.  Santriwati yang tak punya air sering menciduk segayung air dari wadah yang ditaruh di serambi asrama.  Tentu saja pemilik air sebal.  Seorang santriwati yang beringas memaklumatkan imbauan maut.  "Kandala'-kandala'ki yang ambil airku" (siapa mencoleng airku semoga terkena bakteri Mycobacterium leprae).

Panjat Pohon
     Di siang kala tempo transisi menunggu Ashar, sejumlah santriwati kerap ke pohon mangga di samping kantor.  Selain di sisi kantor, ada pula pohon mangga di dekat masjid serta depan rayon Rahmah el-Yunusiah.
     Seorang santriwati yang terkenal galak kemudian memanjat untuk memetik buah mangga.  Jangan kaget menatapnya.  Sebab, santriwati ini memanjat cuma mengenakan daster.  Kalau ia jatuh, tania siri cedde (pasti memalukan sekali).
     Begitulah ekspresi berliku kehidupan di pedepokan Islami.  Santriwati juga manusia.  Butuh mangga.  Butuh buah kecut, bukan kecup.
     Ada varian buruk yang membekap santriwati.  Sebagai umpama, mereka yang di waktu-waktu tertentu tidak diberi izin, tetapi, kebelet mau pulang.  Santriwati ini bisa bertindak nekat.  Gelora hasrat memantiknya memanjat pagar atau melompati tembok.  Akibatnya, para pelanggar yang tak cukup beruntung, akan digiring ke qismul amni (seksi keamanan).

Kafetaria
     Di era 80-an, dapur Miss Teen menyiapkan lauk-pauk berupa ikan bandeng.  Menu berganti saban hari, dimasak atau digoreng.
     "Jika sarapan lauknya senantiasa digilir; ikan asin dan teri.  Santap siang serta malam rata-rata ikan bolu", tutur Fitriannisa Abubakar yang merupakan tokoh besar Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim) periode 1985-1990.
     Fitri tertoreh sebagai orang pertama yang membawa nissin crispy crackers ke sekretariat Iapim.  Biskuit renyah nan tipis tersebut dicicipi sesama alumni dalam obrolan kasual di Jalan Sungai Lariang.
     Santriwati yang hendak memuaskan diri dengan variasi asupan dipersilakan melenggang ke kantin.  Di kafetaria Miss Teen tersedia aneka kue tradisional dan bolu.  Ada pula pisang goreng, ubi goreng, sop ubi, nasi goreng serta es krim.
     Kudapan di kantin diproduksi oleh "tante dapur" alias koki.  Santriwati menyapa juru masak dengan "tante".  Koki paling populer tentu saja Johor.
     Ada satu juru masak bernama Sati yang berbeda panggilannya.  Ia diseru dengan "kak" lantaran berstatus gadis.  Seluruh koki Miss Teen berasal dari Pangkep.
     Santriwati yang ingin mencicipi penganan aroma lain boleh ke warung Daeng Raisa.  Kedai ini terletak di samping kiri kampus.  Daeng Raisa juga menjajakan bermacam jajanan, termasuk pisang goreng, ubi goreng dan es sirup.

Transmisi Pengetahuan
     Dari fajar sampai senja selama 24 jam, santriwati dari beragam kasta saling berinteraksi.  Mereka bersosialisasi untuk meraih cita-cita mulia.  Citra positif dikonseptualkan demi memacu spirit.
     Santriwati Miss Teen menggelorakan introspeksi diri agar mengalir inspirasi.  Mereka bergabung dalam satu frekuensi.  Hingga, memicu transmisi ilmu.
     "Saya bangga menuntut ilmu di Pesantren IMMIM.  Saya senang karena santriwati berasal dari berbagai daerah di Indonesia", papar Andi Nurhaya Rahman yang seorang putranya juga tertera alumnus Pesantren IMMIM Tamalanrea.

Akselerasi Level
     "Pada 2022 ini, jumlah santriwati sekitar 280", ungkap Nur Hudayah, pimpinan kampus (pimkam) Pesantren IMMIM Putri.  Nur Hudayah yang populer dipanggil Kak Daya di komunitas Iapim berasal dari Angkatan 7884.  Ia menjabat pimkam sejak 2015.
     Dewasa ini, Pesantren IMMIM Minasa Te'ne terus berbenah selaras semangat zaman.  Tidak ada kelas unggulan serta imtiham (ujian) akselerasi untuk penempatan level.  Segenap santriwati diperlakukan sama di kelas sebagai peserta didik.  Tak ada pengelompokan berdasarkan kecerdasan.
     Program yang menarik dan menantang terus diterapkan.  Cetak biru digagas supaya santriwati mempunyai keterampilan pendidikan.  Pembelajaran difokuskan pada pemikiran kritis serta kreativitas.
     Di era metaverse, santriwati mutlak memahami literasi digital sekaligus memiliki dasar pengetahuan sains.  Mereka mesti mahir mengoperasikan teknologi informasi.  Bahkan, wajib mempelajari seni media yang meliputi film dan jurnalisme sastrawi.  Mekanisme ini penting agar santriwati Miss Teen bertenaga di tengah imperium teknologi digital.
     Tradisi hidup dalam ruang intelektualitas di pedepokan Islami, bakal menuntun santriwati menjadi ustazah berkualitas global.  Maklum, di pesantren mereka diberi pembekalan teologi.
     Segala ekspektasi tercurah supaya Pesantren IMMIM melahirkan generasi Qur'ani.  Soalnya, masa depan akan bergerak ke pangkuan Islam.  Santriwati Miss Teen merupakan investasi kaum Muslim untuk menopang peradaban Islam di abad berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People