Sabtu, 30 April 2022

Ikatan Rohani Alumni 84


Ikatan Rohani Alumni 84
Oleh Abdul Haris Booegies


     Tiap peristiwa punya nama sebagaimana manusia.  Siapa menorehkan makna positif, niscaya namanya lestari dalam peristiwa.
     Selama hampir empat dekade, kita menyaksikan individu-individu perkasa di Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim).  Mereka mewarnai peristiwa-peristiwa esensial di tengah umat.  Seluruh peristiwa merupakan gerakan dalam fase atomik.  Peristiwa kemudian mengembang dalam skala gigantik.
     Peristiwa menjelma ke ukuran raksasa berkat simpul persaudaraan yang dirajut begitu intens.  Alumni saling menunjang guna meracik peristiwa.  Mereka ulet berkat rasa persaudaraan tinggi untuk saling menyayangi.
     Berbilang tahun kita memafhumi bahwa Angkatan 1978-1984, memiliki kekuatan persaudaraan.  Hubungan mereka teramat kental.  Melekat tidak mudah terkelupas laksana sebatang pohon dengan kulit batang yang kokoh melapis.
     Armada 84 mempunyai keterampilan berupa kemampuan memahami keadaan mental para sahabat seangkatan.  Mereka saling berempati sebagai hubungan sosial kompeks yang dimulai sejak di Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM.

Ustaz Sedekah
     Pada Rabu, 18 April 1984, terdengar gemuruh tawa dari santri kelas VI.  Semua terlihat berseri-seri.  Mereka baru saja menuntaskan soal-soal terakhir Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas).  Ebtanas merupakan istilah jadul untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
     Kegembiraan kian semarak saat santri kelas VI saling mencorat-coret seragam SMA yang dikenakan.  Mereka lantas bergerombol ke kamar.  Meluapkan kebahagiaan dengan merapal puja-puji syukur.  Kebanggaan membekap segenap persendirian tubuh.  Senyum terus tersungging.  Inilah hari pelampiasan.  Menggedor segala lara yang pernah mengimpit karena digembleng menjadi manusia bermoral dengan perangkat pikir dinamis.  Melampiaskan seluruh emosi setelah terbebas dari belenggu pasung.
     Selama enam tahun, santri diawasi ketat.  Para pelajar Muslim ini dididik dengan aturan serta administrasi.  Siapa melanggar bakal kena hukum, mungkin juga bogem mentah.  Kendati ketat, tentu pesantren bukan penjara.  Ini tentang gairah untuk bermetamorfosis sebagai ulama intelek alias cendekiawan Muslim.
     Dalam masalah masakan, jelas yang disediakan sekedar hidangan sangat sederhana.  Walau minim asupan, namun, wajib belajar secara maksimal.  Semua bersahaja demi menggapai target gemilang.  Bahkan, imajinasi pun dibatasi dengan bermacam nasehat.  "Jangan pacaran!"  Padahal, bagaimana mau memadu kasih kalau tak ada lawan jenis!  Tidak ada santriwati.  Apalagi siswi yang mengenakan rok mini seksi era 80-an.
     Bila ada film baru di putar di bioskop, terkadang santri bokek cuma merenung.  Menyesali kiriman yang telat datang.  Berkehendak bolos untuk nonton, tetapi, tiada fulus di saku.
     "Dari mana duitnya!"  Hati menjerit pilu gara-gara pundi-pundi kempis persis "ustaz sedekah" yang teriak-teriak butuh uang satu triliun.  "Dari mana duitnya!  Dari mana duitnya!"

Jiwa Berkah
     Bakda khatam Ebtanas pada Rabu, 17 Rajab 1404 Hijriah.  Santri kelas VI secara perlahan membuka lembaran sejarah baru.  Kini, mereka tertera sebagai alumni Pesantren IMMIM.  Mereka bukan lagi santri yang terkungkung, namun, warga Iapim yang mandiri.  Momen ini menjadi pula kepuasan bagi Pesantren IMMIM.  Sebab, kembali menelurkan talenta besar yang kelak berkiprah di tengah inovasi ultramutakhir.  Alumni baru ini terpola pada tingkat optimal.  Mereka didesain supaya andal di bidang riset yang progresif.
     Hari ini kampus Islami Tamalanrea meluluskan jiwa-jiwa yang penuh berkah.  Divisi 84 membentuk konfigurasi rancak sebagai alumni yang kelak bertebar dengan teori-teori cemerlang.
     Sebelum meninggalkan pedepokan Tamalanrea menuju kampung halaman masing-masing, Korps 84 beriktikad menjadi sebuah komunitas paling solid.  Mereka saling meraih tangan.  Saling menggenggam sebagaimana ikatan rohani.  Berpadu dalam langkah ritmis seraya bergandeng dalam ikhtiar menuju peradaban baru dunia.
     Berikut nama Armada 83 yang menorehkan namanya dalam narasi-narasi besar Iapim.
Alumni putra:
Abdul Jalil
Adnan Nurdin
Alhallaj
Arva Chaidir
Badaruddin
Danial
Faisal Rahman
Khaeruddin Muchtar
Khaeruddin ST
Muhammad Anwar Saleh
Muhammad Ikhwan Rahman
Muhammad Ridha Kasim
Mujiadi
Rahman H
Rahman K
Rahmat Zaenal
Suardi Idris
Surya Darma
Syukri Ahmad
Taufik
Umar Bauw
Usman Suwakil
Zulkifli Maidin
Alumni putri:
Dg Bulaeng
Fadhliah
Hadriah L
Hafsawati
Jumiati
Martini H
Mas'adiah
Miftahul Jannah
Muhsidar
Nur Asmah
Nur Sana
Nurhayati K
Nuryati Has
Rosmiati HL
Sahra Mardiana
Siti Mukasifah
Sukmawati
Sumarni
Zamzam

Narasumber
Nur Hudayah

Nama disusun sesuai abjadiah


Senin, 25 April 2022

Cerdas Seluas Cakrawala


Alumni 83:
Cerdas Seluas Cakrawala

Oleh Abdul Haris Booegies


     Angkatan berapa yang identik top of mind awareness, ihwal pertama yang bergemuruh di benak kalau membincangkan santri-santri pintar?  Selama sewindu usia Pesantren IMMIM, terpampang fakta bila tamatan 1983 merupakan kumpulan santri cerdas.
     Iklim kampus Islami seolah menyatu dengan tekad Armada 83.  "Tak mundur sebelum paham".  Motto ini cocok disematkan pada Divisi 83 atas antusiasme terhadap pelajaran.  Sebab, mereka belajar tanpa jeda bagai gelombang yang tiada henti bergerak.
     Korps 83 merupakan entitas unik di Pesantren IMMIM.  Mereka bertebar di tujuh asrama dalam kampus.  Sekalipun seperti terbuang dari kumpulannya, namun, disatukan oleh frekuensi kecerdasan.  Di antara sesama personel Armada 83, bergemuruh transfer informasi maupun data dari buku ke akal demi merajut cita-cita.
     Divisi 83 sukses besar sampai di babak akhir perjuangan.  Mereka mengukir prestasi emas berkat teguh mengejar supremasi pengetahuan.  Korps 83 tidak mengalami serangkaian kegagalan karena kesadaran untuk menjelma sebagai komunitas terbaik di Pesantren IMMIM.  Mereka menyatu untuk menyingkirkan segenap rintangan sekaligus menikmati tiap proses.
     Tiada gading tak retak.  Sepandai-pandai tupai melompat, jatuh juga.  Pada sepenggal momen di suatu kurun, bertutur seorang awak Armada 83.
     Ia mengaku bersepupu dengan Ira Maya Sopha.  Era 80-an, Ira merupakan selebritas papan atas.  Pengakuan bahwa ia bersepupu dengan Ira, kontan menimbulkan gemuruh-riuh gosip.  Entah benar atau tidak secara fakta, tetapi, sebagian santri Aliyah menganggap itu pathological lying.  Sekedar dusta minus motif akibat pribadi yang tak stabil.
     Pada tahun 80-an, ada sekitar 500 santri Pesantren IMMIM.  Tiap santri pasti berbeda pribadi.  Tidak mustahil ada yang mengidap mitomania (mythomania).  Penderita memiliki kebiasaan berbohong tanpa terkendali gara-gara gangguan mental.

Dara Molek
     Sore pada Jumat, 18 Maret 1983, saya ke kolam renang Mattoanging.  Saya bertemu Kurnia Makkawaru, Masrur Latanro, Muhammadiyah Yunus, Muhammad Said serta Saiful Alim.
     Saya agak heran karena ada santri kelas VI.  Biasanya, santri jika ke Mattoanging hanya satu maunya.  Apalagi kalau bukan untuk melihat gadis-gadis berbikini.
     Santri yang ke kolam renang biasanya bergerombol di sisi kolam.  Mereka berpengangan erat pada dinding sirkulasi kolam.  Maklum, mereka tak tahu berenang.
     Santri memilih tempat strategis.  Berkumpul dekat tangga stainless steel.  Cewek-cewek pasti lewat tangga bila hendak keluar dari area kolam.  Ini kesempatan untuk memandang keindahan ragawi wanita yang sedang memanjat tangga.  Air yang berlelehan dari tubuh perempuan muda tersebut, menambah syahdu fantasi nakal.  Adegan beginilah yang ditunggu-tunggu santri seronok.
     Sesampai di pondok, fragmen di kolam bakal diceritakan sampai tengah malam.  Bumbu-bumbu dongeng dicantolkan agar hikayat tambah seru bak klimaks film Hollywood.  Frasa semacam "buah dada ranum", "paha mulus" atau "pantat montok" ramai terdengar.  Sahabat yang tidak ke kolam pun nimbrung.  Melongo karena tergiur menyimak ocehan picisan.
     Apa yang membuat lima santri kelas VI ke kolam renang Mattoangin?  Saya cuma mafhum bahwa kelima santri ini dilindungi Tuhan.  Selama dua jam di kolam, kelima santri terusik dengan kehadiran orang mabuk.  Andai tak ada orang teler, niscaya mata mereka leluasa memelototi dara-dara molek.  Padahal, matanya harus dijaga supaya jeli untuk menyambut Ebtanas bulan depan.  Untung ada orang mabuk!
     Hari ini Sabtu, 23 April 1983, kami kelas III ujian olahraga.  Kami sempat terganggu lantaran kelas VI dilanda euforia.  Mereka saling melempar air comberan seusai menuntaskan Ebtanas.
     Ini hari terakhir bagi kelas VI sebagai santri.  Suara tawa membahana.  Pekik gembira menggema.  Enam tahun mereka menghadapi lika-liku  kehidupan pesantren.  Kini, semua derita terlepas.  Aturan yang membatasi kebebasan berganti kebahagiaan.
     Di antara kelas VI, terlihat Ahmad Fathanah yang akrab disapa Ollong.  Saat akan pulang, Jamiluddin Jamil yang dipanggil Bombom ingin menyiramnya dengan air got.  Ollong memohon untuk tidak disiram limbah kotor.  "Jangan...Jangan...", ujarnya sambil tersenyum dengan mata memelas kepada Bombom.  Ollong kemudian menaiki mobilnya yang diparkir di depan kelas I Tsanawiyah.
     Di siang nan cerah ini, sejarah besar terpahat di prasasti agung Pesantren IMMIM.  Hari ini Sabtu, 10 Rajab 1403, resmi muncul alumni ketiga edisi 1977-1983.

Transfer Informasi
     Divisi 83 meninggalkan gairah gelora dalam belajar.  Meninggalkan desain sebagai himpunan calon cendekiawan muda di imperium masa depan.  Selama enam tahun mereka ditempa secara maksimal di pedepokan Tamalanrea.  Korps 83 tergila-gila mewujudkan ambisi optimal, bukan kegilaan demi popularitas.
     Armada 83 menjunjung tinggi integritas kreatif guna memahami pelajaran.  Alhasil, menghasilkan reaksi dinamis dengan menorehkan angkatannya sebagai sebuah kesatuan dengan iktikad mulia.
     Kita berharap bahwa kecerdasan Divisi 83 bakal menular ke santri-santri selanjutnya.  Arkian, ketaatan mereka menuntut ilmu menjadi menara pengetahuan yang menjulang menyentuh cakrawala.  Distribusi ilmu demi kejayaan almamater merupakan kewajiban seluruh alumni.  Hingga, semua ceria bergandeng dalam ikhtiar menuju masa depan gemilang.
     Berikut susunan lulusan Pesantren IMMIM edisi 1977-1983.
Alumni putra:
Abdul Kadir Karim
Abdul Rahman Syatir
Abdul Rahman Umar
Ahmad Fathanah
Ahmad Thariq
Ali Kasim
Baharuddin Mambue
Hamzah
Hasanuddin Ishak
Jamiluddin Jamil
Kurnia Makkawaru
Masrur Latanro
Muhammadiyah Yunus
Muhammad Said
Muhammad Yusrah
Nasir Ameth
Saiful Alim Abidin
Taufan Badollahi
Zaenal Gani
Alumni putri:
A Kusuma Wardani
Hasnah AM
Mardianah
Nur Hijrah
Nur Hudayah
Rabiah Aliyah
Rosneli
Rusiah

Narasumber
Muhammad Ardis (7985)
Muhammad Yusrah
Nur Hudayah

Seluruh nama disusun secara alfabetis


Jumat, 22 April 2022

Simfoni Kelana Alumni 82


Simfoni Kelana Alumni 82
Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada pertengahan 1982, Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM menamatkan angkatan kedua.  Pesantren Putra di Tamalanrea meluluskan sekitar 25 alumni.  Sedangkan Pesantren Putri di Minasa Tene cuma empat alumni.
     Divisi 1976-1982 merupakan alumni dengan segudang prestasi.  Figur paling beken tentu saja Bachtiar.  Ia ikon abadi qismul amni (seksi keamanan) selama tiga tahun.  Bachtiar selalu membuat santri bandel merinding dalam kengerian.  Ia luwes menjinakkan santri kelas I, II, III maupun IV di tiap jengkal tanah kampus.  Bachtiar andal menertibkan sekaligus menenteramkan santri.
     Nama masyhur lain yakni Andi Nurzaman Razaq.  Ini santri dengan talenta tiada duanya di bidang olahraga serta seni.  Nurzaman yang akrab disapa kak Maman merupakan bintang cemerlang IMMIM Generation Football Club.
     Sosok besar Korps 82 yang tak kalah mentereng adalah Samsulbahri Salihima.  Samsulbahri yang dipanggil kak Sambas teramat populer di Angkatan 8086.  Ia yang mengajar santri baru pada 1980, doa sebelum dan sesudah makan.
     Figur yang senantiasa pula terkenang ialah Harun Arsyad.  Ini kiper tangguh IMMIM Generation.  Bomber lawan mati kutu kalau berhadapan dengan Harun.  Maklum, tubuhnya menjulang jangkung untuk mengawal tiap sentimeter gawang.
     Unggulan lain di Divisi 82 yaitu Muchlis Muchtar.  Tatkala kelas I, saya pernah diadili Muchlis.  Nyali ciut juga karena berhadapan dengan ketua ISPM/OSIS.  Saya membayangkan ia pasti membantigku gara-gara nakal.  Di luar dugaan, ia bertanya mengapa saya melanggar.  "Kamu orang apa?  Sidrap?  Saya Parepare", ungkap Muchlis.
     Begitu keluar dari ruang qismul amni di deretan kelas Tsanawiyah, saya bernafas lega.  Trauma berlapis-lapis sirna laksana disiram embun.  Saya beruntung karena luput dari Bachtiar.  Tadi gemetaran sampai tulang-tulang seolah terlepas dari jaringan ikat.  Bachtiar bukan orang sembarang lantaran kesakralan atributnya sebagai legenda hakiki qismul amni.  Santri paling badung saja langsung bersimpuh melolong memohon ampun jika diadili Bachtiar.

Komitmen Gagasan
     Aktivitas seni di Pesantren IMMIM di ujung tawarikh 70-an, tidak kalah dengan SMA lain.  Di kampus Islami Tamalanrea, muncul boyband pertama bernama Stairway to Heaven.  Vokal grup cowok ala K-pop dari Divisi 82 ini, kerap menghibur bila ada acara di Pesantren IMMIM.  Nama Stairway to Heaven dicomot dari lagu Led Zeppelin.
     Ada satu hal yang tak bisa saya lupa dari seorang personel Angkatan 7682.  Di suatu siang, ia memperlihatkan badik (belati) yang ditaruh di buku Biologi jilid 3.  Kitab tebal tersebut dilubangi tengahnya sesuai presisi rangka badik.  Tidak seorang pun menyadari kalau buku itu sekedar kamuflase untuk menyembunyikan badik.
     Pernak-pernik Angkatan 7682, merupakan untaian kisah yang terus mengalir.  Sebab, menawarkan kembara perspektif berbeda.  Kelana Korps 82 menjadi fondasi bagi alumni baru.  Di perguruan tinggi, Divisi 82 berperan besar.  Mereka membimbing alumni baru agar tak tersesat mengarungi dinamika intelektualitas sebagai mahasiswa.  Mereka lugas membantu sembari mengarahkan untuk mengidentifikasi target.
     Dari alumni kedua Pesantren IMMIM, kita belajar rasa rendah diri.  Mereka merupakan kumpulan individu dengan sifat welas asih.  Bukan alumni yang punya karakter dengan ego tinggi.  Korps 82 mampu mengalahkan monster dalam dirinya guna berkomitmen pada ide-ide besar.  Mereka merupakan insan terbaik yang diproduksi Pesantren IMMIM.
     Iapim 7682 merupakan telaga yang selalu hadir mendampingi tamatan baru Pesantren IMMIM.  Alumni baru serta lama pun bahu-membahu dalam tekad supaya seirama dalam harmoni.  Hingga, bergema simfoni apik untuk bergandeng dalam ikhtiar demi meraih hari-hari indah.
     Berikut nama-nama Angkatan 1976-1982.
Alumni putra:
Abdul Salam
Andi Nurzaman Razaq
Andi Takdir
Bachtiar
Burhan
Fuad
Hamka S
Harun Arsyad
Isra Mattugengkeng
Jamaluddin HE
Mappiar
Mappinawang
Muchlis Muchtar
Muhammad Amin Bugman
Muhammad Idris Ibrahim
Muhammad Ridwan Kindong
Nur Salim
Rahman Hamzah
Ridwan Ismail
Samsulbahri Salihima
Syarifuddin
Zulkarnain Maidin
Alumni putri:
Fatmah Abujahja
Marwaty Yusuf
Siti Zohra
Syamsiar Syam

Wawancara
Andi Nurzaman Razaq
Fatmah Abujahja
Harun Arsyad

Daftar "Alumni 82" dan interviu disusun berdasar abjadiah


Selasa, 19 April 2022

Klasifikasi Iapim


Klasifikasi Iapim
Oleh Abdul Haris Booegies


     Tiap organisasi punya keunikan yang mewarnai pergerakannya.  Ada organisasi yang peduli bidang agama, sosial, pendidikan, kesehatan atau bisnis.
     Organisasi berbasis teknologi semacam Google, Facebook, Apple, Tesla, Airbus serta Amazon, terus melesat.  Mereka mengorbit berkat lincah berimprovisasi di tengah perubahan.  Semua andal merencanakan masa depan.
     Organisasi tidak dilihat dari jejak waktu yang telah ditempuh.  Organisasi modern senantiasa menekankan untuk beradaptasi di tengah perubahan.  Contoh klasik, Kodak, Fujifilm, Nokia dan Blackberry.  Keempat raksasa ini merupakan ikon sakti.  Kini, nama mereka pudar gara-gara tersapu tren perubahan.  Dunia terus berubah dengan inovasi.  Siapa lamban beradaptasi, niscaya mengalami kebangkrutan.
     Dalam perkembangannya, organisasi selalu menghindari konflik kepentingan.  Sekecil apa pun konflik, bakal berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
     Dalam kasus Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim), kita disuguhi atraksi aneh.  Organisasi eksklusif ini beranggotakan santri yang tamat dari Pesantren IMMIM.  Keganjilan yang dipertontonkan yakni ketiadaan kaderisasi.  Mencari individu fenomenal pengganti ketua Iapim cukup merepotkan.  Mengapa mekanisme pengaderan macet?  Komponen apa yang melatarbelakangi fenomena ini?
     Dari penerawangan terhadap muasal gejala, ditemukan bahwa anggota Iapim terpilah akibat masa silam di pesantren.  Di pondok, ada jenjang bertingkat berupa junior-senior.  Hierarki ini kemudian menjelma trauma massal.
     Junior pasti menghormati senior.  Hingga, junior senantiasa mengedepankan senior, termasuk memilih Iapim 1.  Junior mengutamakan senior, kendati kapasitas senior di bawah standar.

Fir'aun Tamalanrea
     Sesudah berbilang tahun, saya menyimpulkan bahwa Iapim terbagi dalam empat golongan.  Tiap puak memiliki karakteristik.
     Pertama, Iapim Berlian.  Ini alumni 1981 sampai 1986.  Enam angkatan awal ini merupakan sebuah kesatuan.  Tamatan pertama bermakna karena dilengkapi oleh alumni keenam.  Ini komposisi ideal di pesantren untuk menunjukkan santri yang menuntut ilmu selama enam tahun.  Selama hampir empat dekade, Iapim Berlian ditahbiskan punya instrumen kewenangan mutlak persis Fir'aun kontemporer, diktator-otoriter made in Tamalanrea.
     Kedua, Iapim Mirah atau merah delima.  Jemaah ini dimulai dari alumni 1987 sampai 1991.  Iapim Ruby memuat lima angkatan.  Tipikal kasta ini ialah masuknya sejumlah Iapim Berlian sebagai pembina di Pesantren IMMIM.
     Ekspedisi bertuah Iapim Mirah terhenti pada 1991.  Musababnya, muncul kelas eksperimen pada 1992.  Eksistensi kelas eksperimen menandakan babak baru.  Ada tamu permanen yang strata kelasnya langsung kelas 1 SMA.
     Ketiga, Iapim Safir yang dimulai pada 1992 sampai 2017.  Ini golongan terbesar.  Berisi 26 angkatan.  Tak diragukan lagi jika kuantitas entitas berdaulat ini menjadikannya the lord of the kings.
     Ciri Iapim Safir dilambangkan dengan kehadiran kelas eksperimen.  Kelas yang digagas oleh Direktur Pesantren Azhar Arsyad ini hanya menerima lulusan SMP.  Khas lain Iapim Safir yaitu santri yang masuk pada pertengahan 1992, tidak pernah melihat Fadeli Luran, pendiri Pesantren IMMIM.
     Keempat, Iapim Zamrud yang dimulai pada 2018.  Kelompok ini bermula kala santri Aliyah hijrah ke Kampus II Putra di Moncongloe pada 2018.  Eksodus ini membelah sejarah alumni.  Secara spesifik, ada alumni Tamalanrea, ada pula Moncongloe.

Polarisasi Quadruple
     Dalam persepsi saya, tamatan Moncongloe akan menggeser cara pandang di Iapim.  Mereka secara perlahan bakal mengikis sisa-sisa hierarki junior-senior.  Elemen ini terjadi berkat Tsanawiyah/SMP terpisah lokasi dengan Aliyah/SMA.  Sesama putih biru merasa seirama di Tamalanrea.  Hal serupa juga dirasakan oleh putih abu-abu di Moncongloe.  Semua merasa satu karena setara sebagai santri Tsanawiyah atau santri Aliyah.  Jenjang kedudukan sepadan lantaran SMP serta SMA tak digabung dalam satu kampus.  Mereka mandiri dan sederajat secara komunitas, tanpa tekanan tingkatan.
     Tradisi dari Moncongloe akan membentuk iklim baru di Iapim.  Polarisasi quadruple yang melibatkan empat lapisan alumni bakal terkikis oleh energi magma Iapim Zamrud.  Sebab, mereka tidak canggung serta sungkan berbaur dengan aneka angkatan.  Perlahan namun pasti, warisan demarkasi junior-senior akan sirna bak ditiup angin malam.  Pusaka dari era lampau inilah sesungguhnya yang membagi alumni dalam empat klasifikasi.
     Iapim Zamrud yang 100 persen milenial orisinal bakal menggagas orkestrasi antar-angkatan.  Upaya ini digaungkan demi memupus citra Iapim dari arogansi supremasi junior-senior yang bertahun-tahun memperkeruh situasi.
     Alumni Moncongloe berpegang teguh pada prinsip bahwa tiap anggota baru atau lama berkewajiban membangun kejayaan Iapim.  Iapim Zamrud akan merintis komunikasi sesama alumni supaya bergandeng dalam ikhtiar.  Hatta, terpenuhi harapan-harapan alumni Pesantren IMMIM.


Minggu, 17 April 2022

Iapim 1 Milenial Aktif


Iapim 1 Milenial Aktif
Oleh Abdul Haris Booegies


     Saya agak gamang meracik tulisan ini.  Soalnya, saya aktif ke Iapim hanya pada tawarikh 1986 sampai 1996.  Selama 1997-2022, kondisi Iapim kabur dalam catatanku.  Tak paham lagi sepak-terjang alumni.  Demi menjaga orisinalitas gagasan dari manipulasi informasi, maka, artikel ini bersumber dari big data agar terhindar dari totally big lie!
     Sejak Iapim berdiri, rata-rata ketua berasal dari alumni 80-an.  Dimulai sejak Khairuddin SB dari Korps 7581 sebagai ketua pertama.  Disusul Mappinawang (7682), Samsulbahri Salihima (7682), Indra Jaya Mansyur (7581) dan Ahmad Fathanah (7783).  Setelah Ahmad Fathanah, saya tidak tahu lagi aktivitas Iapim.  Saya mengambil jarak dari hiruk-pikuk Iapim.
    Saya memaklumi jika angkatan 90-an emoh menjadi Iapim 1 pada periode 1990-2000.  Pasalnya, ada rasa segan terhadap angkatan 80-an.
     Dewasa ini, muncul spekulasi bila kandidat Iapim 1 berasal lagi dari divisi 80-an.  Ini menandaskan kalau alumni dari dekade pertama mengalami post power syndrome tingkat akut.  Seolah ada pemeo; "kekuasaan berada di tangan alumni 80-an".
     Pada pemilihan ketua Iapim nanti, sudah saatnya menggemakan perlawanan terhadap superioritas angkatan 80-an.  Hegemoni mereka mutlak dicabut sampai ke akar terdalam.  Otoritasnya harus dicukur habis sampai plontos.  Alumni dari kalangan 1981 sampai 1990 mesti diingatkan jika mereka sudah kedaluwarsa.  Tak cocok lagi berkiprah di Iapim versi milenium ketiga.
     Setelah berlalu 32 tahun selepas 1990, sudah waktunya muncul figur segar Iapim 1.  Organisasi alumni Pesantren IMMIM merindukan sosok baru.  Iapim perlu ketua dari generasi milenial yang tergolong masih aktif sebagai mahasiswa.
     Ketua Iapim pertama sampai ketiga merupakan mahasiswa aktif.  Bila bersua di tempat kuliah, kami saling bersepakat untuk bertemu nanti di sekretariat Iapim.  Kami saling menyatu.  Tidak ada jarak antara ketua dengan anggota.  Alumni bergandeng dalam ikhtiar.
     Iapim yang dikomandani oleh mahasiswa yang masih aktif kuliah, justru terlihat luwes.  Ide-idenya out of the box.  Gagasan yang dihasilkan unik lantaran keluar dari pakem.  Sebagai ilustrasi, Iapim menyelenggarakan pelatihan jurnalistik tingkat intermediate pada 1988.
     Di ujung tarikh 80-an, perguruan tinggi atau lembaga lain biasanya mengadakan pelatihan jurnalistik tingkat dasar.  Iapim tampil beda, out of the box.
     Iapim juga menerbitkan buletin serta majalah.  Ini memperkaya khazanah penerbitan yang dikelola oleh mahasiswa dari kampus ternama.  Di kala itu, sejumlah buletin dan majalah kampus beredar, termasuk Voice of Adab serta Lektura.

Future Program
     Kekuatan suatu organisasi dalam menyusuri masa depan terletak pada sistem kaderisasi.  Pergantian antar-individu di suatu organisasi merupakan siklus wajib.  Kader berkualitas akan mengarahkan organisasi meraih kejayaan.  Kegemilangan digapai karena semua bergandeng dalam ikhtiar.
     Tokoh-tokoh tua Iapim harus sadar diri untuk melakukan transisi individu alias pensiun.  Dominasi kaum primordial-tradisional dipersilakan menyingkir secara sukarela atau ditumbangkan secara paksa!  Sebab, ini momen alumni milenial.  Bukan lagi pentas alumni 80-an yang segera berkaki tiga atau bertongkat.  Apalagi, yang bakal duduk manis di kursi roda akibat encok atau stroke.  Sudah rabun, batuk pula berkepanjangan.
     Di dasawarsa ini, bertebar alumni milenial dengan kecakapan yang selaras spirit globalisasi.  Pertunjukan sekarang milik hakiki alumni milenial.  Hingga, mereka mesti membuktikan diri untuk segera naik panggung.  Saatnya mereka mendeklarasikan diri sebagai pengurus andal Iapim.  Aksi-aksi alumni milenial ditunggu untuk memperbarui organisasi dengan manajemen perubahan nan mutakhir.
     Iapim harus menata perubahan dengan menampilkan figur fenomenal dari alumni milenial.  Iapim mutlak diinjeksi oleh alumni milenial dari jemaah mahasiswa aktif yang punya keunggulan kompetitif, responsif, adaptif, aplikatif sekaligus fleksibel.  Apalagi, sosok milenial lugas menelisik masa depan guna memodifikasi Iapim di tengah kontestasi perubahan berskala gigantik.  Kehadiran alumni milenial niscaya meningkatkan standar Iapim.
     Pengangkatan alumni milenial untuk menakhodai Iapim merupakan wujud antisipasi.  Ini sebagai metode pemenuhan kebutuhan organisasi di era selanjutnya.
     Eksistensi alumni milenial di posisi puncak, akan memudahkan Iapim merancang elemen-elemen baru pada kurun mendatang.  Mereka enteng melembagakan Future Program sebagai tonggak strategis dalam mengantisipasi masa depan.

Nol Kontribusi
     Dalam menelusuri jalan berkelok rintangan, Iapim mesti ramping.  Tak usah banyak pengurus.  Struktur yang melar harus dipangkas supaya efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.  Skema yang bertingkat serta hierarkis bakal membuat pengambilan keputusan mandek gara-gara bertipe birokrasi.
     Untuk efisiensi dan efektivitas operasional, maka, kepengurusan seyogianya bertipe mungil.  Jangan bimbang dengan tim kecil.  Maklum, membahana secara bertalu-talu gadget model terbaru di tengah teknologi informasi serta Internet.  Ada smartphone yang mengikat segenap alumni untuk terkoneksi tiap detik.  Saban waktu penduduk Bumi terintegrasi lewat virtual office maupun video conference.
     Iapim versi milenial tidak usah memajang departemen yang seolah memamerkan kumpulan doktor dan profesor.  Dipamer, namun, tak memiliki kontribusi signifikan!  Memangnya organisasi lain keder kalau Iapim punya orang-orang bertitel?
     Alumni milenial merupakan sari pati dari sistem Iapim guna mentransfer ide-ide bagi peradaban.  Di bawah kepemimpinan mereka, kita berharap Iapim menjadi gerakan organisasi modern yang bertumpu pada aspek ideologis-rasional-humanis.  Alhasil, ulet melakukan inovasi di tengah perubahan.  Alumni Pesantren IMMIM akan terus bergandeng dalam ikhtiar guna mendistribusikan pemikiran-pemikiran demi mendesain peradaban baru di dekade berikut.


Sabtu, 16 April 2022

Bergandeng dalam Ikhtiar


Bergandeng dalam Ikhtiar
(Abdul Haris Booegies)

 

Selasa, 12 April 2022

Retro Miss Teen


Retro Miss Teen
Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada 1975, berderak aktivitas pendidikan keagamaan di Minasa Te'ne.  Ini terkait pendirian Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM Putri.  Pondok religius ini terletak di Jalan Fadeli Luran, Biraeng, Minasa Te'ne.
     Pesantren atau ma'had merupakan sekolah formal setingkat SMP-SMA.  Pesantren IMMIM tergolong boarding school.  Sebuah institusi dengan konsep pendidikan di asrama.  Lembaga pendidikan di Minasa Te'ne ini memadukan metode klasik pesantren dengan kurikulum modern.  Ciri Pesantren IMMIM ialah independen serta non-sektarian.
     Santriwati Minasa Te'ne menyebut diri dengan anak Misten.  Sedangkan santriwan Tamalanrea menamakan mereka anak Minas.  Saya memilih menyebut dengan Miss Teen agar terkesan eksotis.
     Dalam persepsi saya, santri adalah pelajar Muslim yang bermisi duniawi dan bervisi ukhrawi.  Misi santriwan maupun santriwati di dunia yaitu menjadi telaga kebaikan di tiap bentala yang terkena sinar surya.  Sementara visi mereka yakni spiritualitas demi menggapai Firdaus, negeri harapan insan beriman.

Wisata Nostalgia
     Kita akan memutar waktu untuk tiba di Pesantren IMMIM Putri pada periode 1980-1990.  Ini gerakan retro yang tiada lain gelombang kenangan masa silam.  Kita bakal bertamasya dalam nostalgia untuk menyaksikan secuil tingkah-polah serta tindak-tanduk santriwati Miss Teen.
     Pada kurun 1980-1990, pondok-pondok berdinding anyaman bambu (gamacca) telah berganti.  Artefak antik itu menjelma bangunan batu.  Kini, berdiri megah asrama Khadijah, Aisyah, Ummu Kaltsum, Halimah, Rabiatul Adawiyah, RA Kartini yang terdiri tujuh bilik dan Masythah yang kosong tanpa sekat.
     Ada satu lagi rayon bernama Rahmah el-Yunusiah.  Nama faktual historis ini cukup asing.  Padahal, Rahmah termaktub pendiri Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang.  Rahmah mendirikan pesantren ini pada 1 November 1923, saat berumur 23 tahun.

Beli Air
     Di dekade 1980-1990, pesantren di Minasa Te'ne dilengkapi empat sumur.  Malang bagi santriwati.  Musababnya, perigi-perigi tersebut mengering di musim kemarau.
     "Kalau kemarau, seluruh sumur kering.  Saya acap membeli air dari dokar.  Terkadang pula ke Leang Kassi", terang Parha, santriwati retro yang klasik.  Parha merupakan warga Divisi 8288.
     Jika ke Leang Kassi yang berlokasi di dusun Belae’, santriwati melewati sawah supaya sampai ke sungai.  Penduduk dari perkampungan banyak ke Leang Kassi untuk mandi serta mencuci.  Air sungai begitu jernih.  Tidak jauh dari sungai, ada gua (leang) berisi stalaktit, sejenis speleothem (mineral sekunder).
     Bila ke Leang Kassi, cewek-cewek Miss Teen berombongan.  Mereka menjinjing kantung plastik berisi pakaian untuk dicuci.  Mereka juga menenteng ember.
     "Saya memilih membeli air.  Jarang ke Leang Kassi", ujar Wahida Rahman, Korps 8288.  Wahida merupakan adik dari Faisal Rahman, alumnus edisi 7884.
     Saban pagi selama musim kemarau, ada penjual air masuk ke area kampus.  Penjual air menggunakan bendi yang ditarik kuda.
     Santriwati pun berebut membeli air dengan mengisi ember atau jeriken.  Air ini dipakai untuk mandi, mencuci, berwudhu dan keperluan pribadi di peturasan.
     Ember serta jeriken berisi air itu lantas diletakkan di selasar kamar.  Pasalnya, toilet di dalam bilik tak mampu menampung beberapa ember dan jeriken.
     Kurang ditahu kurang dipahami, dimengerti pun tidak.  Kiranya ada yang usil.  Santriwati yang tak punya air sering menciduk segayung air dari wadah yang ditaruh di serambi asrama.  Tentu saja pemilik air sebal.  Seorang santriwati yang beringas memaklumatkan imbauan maut.  "Kandala'-kandala'ki yang ambil airku" (siapa mencoleng airku semoga terkena bakteri Mycobacterium leprae).

Panjat Pohon
     Di siang kala tempo transisi menunggu Ashar, sejumlah santriwati kerap ke pohon mangga di samping kantor.  Selain di sisi kantor, ada pula pohon mangga di dekat masjid serta depan rayon Rahmah el-Yunusiah.
     Seorang santriwati yang terkenal galak kemudian memanjat untuk memetik buah mangga.  Jangan kaget menatapnya.  Sebab, santriwati ini memanjat cuma mengenakan daster.  Kalau ia jatuh, tania siri cedde (pasti memalukan sekali).
     Begitulah ekspresi berliku kehidupan di pedepokan Islami.  Santriwati juga manusia.  Butuh mangga.  Butuh buah kecut, bukan kecup.
     Ada varian buruk yang membekap santriwati.  Sebagai umpama, mereka yang di waktu-waktu tertentu tidak diberi izin, tetapi, kebelet mau pulang.  Santriwati ini bisa bertindak nekat.  Gelora hasrat memantiknya memanjat pagar atau melompati tembok.  Akibatnya, para pelanggar yang tak cukup beruntung, akan digiring ke qismul amni (seksi keamanan).

Kafetaria
     Di era 80-an, dapur Miss Teen menyiapkan lauk-pauk berupa ikan bandeng.  Menu berganti saban hari, dimasak atau digoreng.
     "Jika sarapan lauknya senantiasa digilir; ikan asin dan teri.  Santap siang serta malam rata-rata ikan bolu", tutur Fitriannisa Abubakar yang merupakan tokoh besar Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim) periode 1985-1990.
     Fitri tertoreh sebagai orang pertama yang membawa nissin crispy crackers ke sekretariat Iapim.  Biskuit renyah nan tipis tersebut dicicipi sesama alumni dalam obrolan kasual di Jalan Sungai Lariang.
     Santriwati yang hendak memuaskan diri dengan variasi asupan dipersilakan melenggang ke kantin.  Di kafetaria Miss Teen tersedia aneka kue tradisional dan bolu.  Ada pula pisang goreng, ubi goreng, sop ubi, nasi goreng serta es krim.
     Kudapan di kantin diproduksi oleh "tante dapur" alias koki.  Santriwati menyapa juru masak dengan "tante".  Koki paling populer tentu saja Johor.
     Ada satu juru masak bernama Sati yang berbeda panggilannya.  Ia diseru dengan "kak" lantaran berstatus gadis.  Seluruh koki Miss Teen berasal dari Pangkep.
     Santriwati yang ingin mencicipi penganan aroma lain boleh ke warung Daeng Raisa.  Kedai ini terletak di samping kiri kampus.  Daeng Raisa juga menjajakan bermacam jajanan, termasuk pisang goreng, ubi goreng dan es sirup.

Transmisi Pengetahuan
     Dari fajar sampai senja selama 24 jam, santriwati dari beragam kasta saling berinteraksi.  Mereka bersosialisasi untuk meraih cita-cita mulia.  Citra positif dikonseptualkan demi memacu spirit.
     Santriwati Miss Teen menggelorakan introspeksi diri agar mengalir inspirasi.  Mereka bergabung dalam satu frekuensi.  Hingga, memicu transmisi ilmu.
     "Saya bangga menuntut ilmu di Pesantren IMMIM.  Saya senang karena santriwati berasal dari berbagai daerah di Indonesia", papar Andi Nurhaya Rahman yang seorang putranya juga tertera alumnus Pesantren IMMIM Tamalanrea.

Akselerasi Level
     "Pada 2022 ini, jumlah santriwati sekitar 280", ungkap Nur Hudayah, pimpinan kampus (pimkam) Pesantren IMMIM Putri.  Nur Hudayah yang populer dipanggil Kak Daya di komunitas Iapim berasal dari Angkatan 7884.  Ia menjabat pimkam sejak 2015.
     Dewasa ini, Pesantren IMMIM Minasa Te'ne terus berbenah selaras semangat zaman.  Tidak ada kelas unggulan serta imtiham (ujian) akselerasi untuk penempatan level.  Segenap santriwati diperlakukan sama di kelas sebagai peserta didik.  Tak ada pengelompokan berdasarkan kecerdasan.
     Program yang menarik dan menantang terus diterapkan.  Cetak biru digagas supaya santriwati mempunyai keterampilan pendidikan.  Pembelajaran difokuskan pada pemikiran kritis serta kreativitas.
     Di era metaverse, santriwati mutlak memahami literasi digital sekaligus memiliki dasar pengetahuan sains.  Mereka mesti mahir mengoperasikan teknologi informasi.  Bahkan, wajib mempelajari seni media yang meliputi film dan jurnalisme sastrawi.  Mekanisme ini penting agar santriwati Miss Teen bertenaga di tengah imperium teknologi digital.
     Tradisi hidup dalam ruang intelektualitas di pedepokan Islami, bakal menuntun santriwati menjadi ustazah berkualitas global.  Maklum, di pesantren mereka diberi pembekalan teologi.
     Segala ekspektasi tercurah supaya Pesantren IMMIM melahirkan generasi Qur'ani.  Soalnya, masa depan akan bergerak ke pangkuan Islam.  Santriwati Miss Teen merupakan investasi kaum Muslim untuk menopang peradaban Islam di abad berikut.

Kamis, 07 April 2022

Quranic Kitchen


Quranic Kitchen
Oleh Abdul Haris Booegies


     Disiplin serta pola makan termasuk antropologi kesehatan.  Ini termaktub biobudaya yang meliputi elemen biologis, ekologis dan sosiobudaya dari perilaku manusia.  Aspek ini mencakup kesehatan serta penyakit, terutama manajemen pengobatan dan proses penyembuhan.
     Budaya makan di Pesantren IMMIM, terkesan bersahaja.  Hidangan yang tersedia cukup sederhana.  Santri-santriwati makan guna menunjang proses belajar, bukan untuk kesenangan.  Di ruang makan atau gurfah ath-tha'aam (غُرْفَةُ الطَّعَامِ), tidak ada istilah selera, cita rasa atau kelezatan.  Kalau sudah tersaji nasi, ikan kering goreng, sayur bayam serta secuil sambal, kontan rasa sedap mengguyur lidah.  Tak usah lagi mempersoalkan bahwa santapan ini diproduksi secara asal-asalan.
     Jangan baper dengan hidangan yang terasa aneh.  Rasa ganjil tersebut justru menambah nafsu makan.  Apalagi, selama saya santri pada 1980-1986, tidak ada yang pernah sakit gara-gara menyantap sajian di ruang makan.  Ini bukti bahwa makanan di Pesantren IMMIM yang terasa aneh bin ganjil, sesungguhnya penuh berkah.
     Mengais ilmu di pesantren mengarahkan pada petualangan-petualangan untuk membangun peradaban madani.  Santri-santriwati konsisten berkarya berkat fondasi spiritual dan intelektual yang mapan.  Kini, terpampang rumus bahwa adab makan dipandang afdal bila mendahulukan buah.  Sajian pokok berupa daging berada pada fase kedua.
     Tubuh mengubah makanan agar gampang diserap usus halus.  Zat makanan yang mengalami proses dalam sistem pencernaan ialah protein, lemak serta karbohidrat.  Durasi yang diperlukan berbeda.  Sebagai ilustrasi, air langsung masuk ke usus.  Cairan ini bebas hambatan.  Sedangkan buah dicerna oleh perangkat perut selama 15 menit.  Sayuran sekitar 30-40 menit.  Ikan dicerna dalam waktu 45-60 menit.  Ayam mencapai 1,5-2 jam.  Sementara sapi dicerna selama tiga jam.
     Konsep makan dengan mendahulukan buah diinformasikan oleh sejumlah pakar medis.  Bahkan, al-Qur'an memuat rekomendasi perihal makan buah sebelum santapan besar.
     "Kami tambah rezeki penduduk Surga dengan buah-buahan dan daging dari pelbagai jenis yang mereka idamkan" (ath-Thur: 22).
     "Penduduk Surga dibawakan berbagai buah yang dipilihnya sendiri.  Mereka juga dibawakan daging burung yang diinginkan" (al-Waqi'ah: 20-21).

Palace Kitchen
     Pada 1980, gurfah ath-tha'aam Pesantren IMMIM punya tiga pintu.  Pintu menghadap ke Utara.  Ini pintu bilik persediaan air minum, semacam pantri.  Di sini pula santri mengambil teh tawar bakda Ashar.  Terbuka setelah Zhuhur, Ashar serta Magrib.
     Jalan masuk ruang makan selanjutnya yakni pintu menghadap ke Timur.  Ini pintu utama, tetapi, terbuka hanya pada siang dan malam.  Di samping pintu ada jendela.  Di balik jendela itu, koki-koki yang tergabung dalam club des chefs Tamalanrea kerap kongko usai Ashar.
     Akses terakhir gurfah ath-tha'aam yaitu pintu yang mengarah ke Utara.  Sepuluh meter dari perpustakaan Ibnu Rusyd.  Pintu ini terbuka tiga kali sehari demi mengakomodasi arus santri yang makan.
     Saat saya kelas III, lokasi ruang makan bertambah.  Terletak sejajar dengan rayon Raja Faisal.  Gurfah ath-tha'aam ini cuma bangunan kayu sebagaimana kamar tidur koki yang berada di belakang.  Di ruang makan ini, juga ada jalan tembus ke dapur.
     Tatkala naik kelas V, gurfah ath-tha'aam berbahan kayu ini menjelma bangunan batu.  Luasnya melebihi lahan masjid.  Ruang makan yang seolah palace kitchen ini menampung hampir 300 santri.
     Gurfah ath-tha'aam yang baru ini memiliki tiang.  Maklum, berada di dataran rendah area kampus.  Santri mesti naik tangga untuk masuk.  Hawa di dalam begitu adem.  Ada banyak jendela yang berfungsi AC.

Ekspresi Eksistensi
     Pada 2030, pengeluaran pembelian makanan di Asia mengalami peningkatan signifikan.  Pricewaterhouse Coopers (PwC), Rabobank serta Temasek mengurai dalam The Asia Food Challenge Report pada 2021.  Dalam laporan tersebut, diterangkan bahwa konsumen Asia membutuhkan Rp 114 kuadriliun untuk makanan pada 2030.  Asia di era itu dihuni 4,5 miliar penduduk.  Pada 2030, penduduk dunia ditaksir 8,5 miliar.  Sekarang di tarikh 2022, Bumi didiami sekitar 7,3 miliar jiwa.
     Di dekade ketiga milenium kedua, suasana di ruang makan Pesantren IMMIM, terlihat semarak.  Ada perspektif inovasi berkat gurfah ath-tha'aam dilengkapi toko yang khusus menjual rupa-rupa buah.  Komposisi ini menandaskan bahwa Pesantren IMMIM punya koperasi, kantin dan gerai buah.
     Kehadiran warung buah merupakan langkah untuk mewujudkan quranic kitchen.  Dapur ala al-Qur'an merupakan tahap untuk mengaplikasikan makan buah lebih dulu yang menjadi Islamic eating etiquette.
     Makan sehat berarti menambah pengeluaran guna membeli sajian berkualitas.  Buah yang dijual bakal meningkatkan status gizi santri-santriwati.  Ada pemenuhan nutrisi alami yang diperlukan raga tiap hari.  Kedai buah niscaya mengubah tradisi makan santri-santriwati.  Ada preferensi mengenai hidangan karena dilandasi sadar kesehatan.
     Konter buah akan menampilkan Pesantren IMMIM sebagai sebuah lembaga pendidikan yang pertama kali dalam sejarah memiliki ruang makan komplet.  Pesantren IMMIM satu-satunya sekolah asrama yang melengkapi gurfah ath-tha'aam dengan toko buah.  Kampus Islami ini menjadi pelopor sekaligus penentu tren.
     Quranic kitchen merupakan inovasi untuk mencapai predikat santri-santriwati yang sehat secara fisik serta moral.  Pasalnya, tata cara makan dan santapan halal yang dikonsumsi bakal memobilisasi pikiran cerdas maupun akhlak mulia.
     Makan buah lebih dulu merupakan bagian dari quranic kitchen.  Santri-santriwati Pesantren IMMIM di tarikh 2030, merupakan pribadi unggul.  Mereka andal mengarungi masa depan di tengah sistem pangan universal yang sakit kronis tingkat akut.  Di dasawarsa tersebut, masih tersisa bongkahan problem dari efek perubahan iklim.  Masih ada sisa-sisa pandemi C-19.  Kendati berada di lingkaran waktu yang suram serta sinis, namun, santri-santriwati periode 2030, tetap tampil tangguh.  Mereka kokoh secara spiritual dan intelektual demi mengekspresikan eksistensi.  Semua berkat quranic kitchen yang selaras visi kesehatan global.


Sabtu, 02 April 2022

Kafetaria ath-Thalabah


Kafetaria ath-Thalabah
Oleh Abdul Haris Booegies


     Di awal 2016, menggelegar kabar dari Randers.  Kota di Denmark itu mengeluarkan aturan diskriminatif.  Seluruh kantin di Randers mutlak menyediakan menu berbahan babi.
     Kantin sekolah (مَقْصَفُ الـمَدْرَسَةُ) yang tidak menyediakan menu babi bagi peserta didik bakal kena denda 6.000 dolar AS.  Aturan ini juga berlaku bagi madrasah Muslim.  Di Denmark, populasi pemeluk Islam mencapai lima persen.
     "Budaya hidangan Denmark tak terpisahkan dari daging babi", ujar Frank Noegaard, anggota legislatif Randers.
     Di Denmark, babi merupakan makanan sehari-hari.  Sajian khas Denmark berbahan babi antara lain flæskesteg.  Ada pula stegt flaesk med persillesovs og kartofler.  Ini daging babi goreng yang disuguhkan dengan saus peterseli dan kentang rebus.
     Syahdan, seorang mahasiswi Muslim asal Libya dipaksa mencicipi masakan berbahan babi.  Tentu saja ia tidak sudi mengunyah hidangan haram.  Guru-guru Holstebro Culinary School pun berang atas penolakan sang mahasiswi.
     Kasus ini sampai ke Pengadilan Tinggi Denmark.  Sekolah kuliner tersebut dianggap bersalah.  Holstebro Culinary School diwajibkan membayar kompensasi senilai Rp 526 juta.
     Noura Bendali, bidan yang tinggal di Copenhagen tak rela Islam dipojokkan.  Ia akhirnya mencoba peruntungan dengan masuk ke dunia politik.  Bendali bersuara lantang lantaran marak sentimen anti-Islam serta anti-imigran di Denmark.  Apalagi, kantin-kantin sekolah dipaksa menyediakan menu berbahan babi.
     Di Amerika Serikat, belahan bentala lain.  Hikayat berbeda lagi.  Di Atlantic City, New Jersey, kantin menyediakan makanan halal bagi murid sekolah dasar dan siswa sekolah menengah.
     Di San Diego, metropolitan lain di Amrik, siswa-siswi diakomodasi oleh kantin dengan sajian halal.  Di Crawford High School, tersedia chili lime chicken bowl versi halalan thayyiban (حَلَٰلًا طَيِّبًا).

Daeng Halima
     Kantin bukan sekedar tempat membeli makanan serta minuman.  Di situ terjadi banyak fragmen.  Bukan cuma perputaran duit yang begitu masif.  Ada juga produksi gosip yang teramat riuh.  Kantin laksana pasar hiruk-pikuk dalam lingkungan sekolah.
     Pada 1980 kala saya kelas I di Pesantren IMMIM, kantin belum ada.  Walau tidak ada, namun, ada kue dijual di dapur.  Istilah dapur di Pesantren IMMIM merujuk ke ruang makan yang terletak di belakang masjid.
     Penganan yang dijual di dapur berada di balik jendela tempat koki kongko kalau sore.  Jajanan yang tersedia kerap hanya tiga macam.  Sangat terbatas di tarikh 1980.  Harga kudapan dibanderol Rp 25.
     Ada satu kue yang tak luntur dalam kenangan.  Saya lupa namanya, tetapi, mirip roti goreng.  Komposisi adonannya dari parutan singkong.  Tekstur bulat dengan gula merah di tengah.  Sesudah digoreng, siap dinikmati.
     Penganan ini sempat saya cicipi di bawah kelas dekat perigi kibar (senior).  Kalau istirahat (keluar main), di kolong kelas ada penjaja jajanan bernama Daeng Halima.  Santri yang kelaparan lalu mengelilingi bakul berisi kudapan.  Ada yang duduk, ada pula berdiri sambil makan.
     Ketika tamat di pesantren, kue tradisional ini sulit ditemukan di warung-warung penganan.  Saya mencarinya bukan untuk mengenyam lagi.  Jajanan kuno itu meninggalkannya kesan buruk dalam memori.  Saat dulu mengunyahnya, saya repot menelannya.  Mengendap di tenggorokan gara-gara liat.  Tidak ada air minum disiapkan Daeng Halima.  Akhirnya, mata terbelalak-melotot karena memaksa kudapan primitif tersebut masuk ke perut.

Mantang
     Tatkala duduk di kelas III pada 1983, ada kantin di Pesantren IMMIM.  Saya menamakannya Kafetaria ath-Thalabah.  Lokasi kantin berada di antara bilik Anwar Sadat dengan dapur.  Lahannya cukup luas.  Ada meja panjang melintang dilengkapi bangku.  Penempatan bangku demi memuat beberapa santri.  Selain itu, menawarkan kebebasan gerak bagi pengunjung.
     Kafetaria ath-Thalabah berfungsi ganda.  Kantin bagi santri dan ruang makan untuk guru.  Meski agak luas, namun, ragam kue terkadang cuma lima.  Tak ada minuman yang dijual.  Rancangannya masih sederhana.
     Mantang, koki serbabisa kemudian ditarik memperkuat kantin.  Ia menangani penjualan mi kuah.  Konternya di sebelah kanan arah masuk Kafetaria ath-Thalabah.  Mendadak kantin menjelma food park.
     Kantin sesungguhnya membimbing pola makan sehat serta halal kepada civitas akademika di lingkungan Pesantren IMMIM.  Alhasil, akreditasi Kafetaria ath-Thalabah berbasis halal, bergizi, enak dan murah-meriah.
     Setelah berbilang tahun, konsep Kafetaria ath-Thalabah terus bermetamorfosis.  Pembenahan dilakukan supaya selaras semangat zaman.
     Identitas Kafetaria ath-Thalabah mesti cocok dengan dinamika santri.  Food court pesantren harus menjadi ruang alternatif untuk interaksi serta hiburan.  Elemen ini mendeklarasikan jika desain interior Kafetaria ath-Thalabah seyogianya mempengaruhi kembara inspirasi santri.  Sudah pasti zona nyaman kantin tergantung pada variasi masakan, chef yang sigap melayani, sistem self service, tersedia wastafel, eco-friendly maupun kehadiran ahli nutrisi yang memantau lalu-lintas kuliner.

Go Green
     Beberapa tahun mendatang, Kafetaria ath-Thalabah layak memperluas kemitraan.  Bukan ihwal muskil untuk berekspansi berupa kerja sama dengan kedai bermerek internasional.  Rekan usaha potensial antara lain Nestle, Dunkin' Donuts, Starbucks, Kraft Foods atau Caribou.  Apalagi, sejumlah aliansi strategis dilakukan oleh perusahaan produsen makanan dan minuman guna mencapai target gigantik.
     Akselerasi penetrasi megakorporasi akan membuat Kafetaria ath-Thalabah tampil elegan bak urban food court.  Bahkan, mendukung visi kantin Pesantren IMMIM yang halalan thayyiban serta go green, ramah lingkungan.
     Kerja sama pengelolaan kantin memungkinkan santri menikmati suguhan menu global.  Mereka bakal akrab dengan americano, frappe blended coffee, frappuccino, doubleshot, espresso, vanilla latte, cappuccino dan macchiato.  Ini merupakan magnet penarik minat para santri serta alumni.
     Modifikasi Kafetaria ath-Thalabah merupakan rebranding.  Ini untuk mengubah karakteristik sekaligus menyesuaikan dinamika santri.  Kantin pesantren wajib berorientasi millenial friendly.  Di samping itu, mendesain komitmen dengan menawarkan harga terjangkau.
     Jalinan usaha dengan perusahaan multinasional memungkinkan santri mencicipi halal chili lime chicken bowl ala Amerika.  Ini berkat aktivitas integrated marketing.  Ada koordinasi aneka saluran guna memuaskan konsumen.  Hingga, sejalan selera santri milenial.
     Kerja sama niscaya mengangkat brand awareness Kafetaria ath-Thalabah.  Ini menimbulkan citra positif bagi Pesantren IMMIM.  Sekolah asrama Tamalanrea, Minasa Te'ne dan Moncongloe bukan sekedar institusi pendidikan.  Kampus Islami tersebut juga pemain brilian dengan inovasi kekinian di sektor bisnis pada dasawarsa ketiga milenium kedua.


Amazing People