Santri Moonraker
Oleh Abdul Haris Booegies
Pada 1981 kala kelas II di Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM, saya nonton Moonraker di New Artis Theatre. Ini film James Bond yang dibintangi Roger Moore. Hikayatnya tentang Drax Industries yang meminjamkan pesawat ulang-alik bernama Moonraker ke Kerajaan Inggris.
Ada satu tokoh antagonis yang melekat erat dalam kenangan di serial 007 ini. Namanya Jaws (Richard Kiel). Figur raksasa bergigi besi ini merupakan pembunuh bayaran yang diupah oleh Hugo Drax (Michael Lonsdale). Adegan ikonis ialah ketika Jaws menggigit putus kabel baja sebesar pergelangan tangan.
Dari sekitar 350 santri pada 1981, ada beberapa di antaranya yang menyaksikan film ini di bioskop. Moonraker merupakan film James Bond pertama yang saya lihat setelah tercatat sebagai santri.
Saktah
Pada 1981, ustaz Hasnawi Marjuni mulai mengajar di Pesantren IMMIM. Ia bukan guru sembarang. Ustaz Hasnawi penghafal al-Qur'an. Selain mengajar, ia juga didapuk sebagai staf keuangan.
Saban hari ustaz Hasnawi memimpin shalat. Alunan suaranya begitu indah. Di suatu waktu, saya tinggal di kampus saat vakansi.
"Tadi ustaz Hasnawi seorang diri shalat Shubuh. Ia yang azan, iqamat sekaligus imam. Tidak ada makmumnya", tutur Nasrullah (7985). Saya cuma cekikikan mendengarnya.
Harap diingat bahwa santri yang tinggal di pondok selama libur, maka, libur pula aktivitas kepesantrenan. Termasuk libur ke masjid. Kami bebas tanpa aturan. Tiap hari bersenda-gurau bersama sekitar 10 santri yang bertahan tinggal. Tugas pokok kami bila malam yakni berseteguh menjaga kampus dari garong. Kami menjelma laskar tanpa bedil yang sebenarnya takut bertindak jika melihat bayangan.
Di awal kedatangannya di Pesantren IMMIM, ustaz Hasnawi suka sekali membaca surah al-Qiyamah di waktu shalat Shubuh. Ayat ke 27 dibaca oleh ustaz Hasnawi begitu elok dan syahdu; "waqiila man, raa...qe". Ayat وَقِيۡلَ مَن ۜ رَاقٍۙ ini kalau dibaca insan awam pasti berbunyi "waqiila man-raaq". Man (مَن) dengan raaqin (رَاقٍۙ) langsung disambung. Sedangkan ustaz Hasnawi membacanya secara kompatibel dengan standar tajwid. Sesudah melafalkan "man", ia berhenti sejenak kemudian melanjutkan dengan "raaqe" yang disuarakan panjang. Awalnya saya sangka ini sekedar gaya-gayaan dari penghafal al-Qur'an. Butuh durasi panjang untuk mengakui kebenaran pembacaan ustaz Hasnawi.
Di ayat 27 al-Qiyamah, ada tanda baca saktah (سَكْتَةٌ) dengan simbol (س). Saktah dapat bermakna "menahan" (لْمَنْعُ). Saktah berasal dari akar kata sakata (سَكَتَ) yang artinya diam atau berhenti. Saktah berbeda dengan wakaf yang bermakna berhenti sejenak sembari bernafas.
Saktah merupakan bacaan yang tertahan. Qari berhenti dalam formasi dua harakat (diakritik) tanpa bernafas untuk kembali melanjutkan.
Saktah di al-Qiyamah berfungsi memisah kata "siapa" (مَنْ) serta "menyembuhkan" (رَاقٍ). Tanpa saktah, dua kata ini terbaca satu kata. Hingga, menimbulkan salah arti secara fatal.
Al-Qur'an memuat empat saktah. Pertama, ayat 1 di al-Kahfi. Kedua, ayat 52 di Yaasiin. Ketiga, ayat 27 di al-Qiyamah. Keempat, ayat 14 di al-Muthaffifin.
Sakratulmaut
Tatkala ustaz Hasnawi membaca ayat ke 27 dalam shalat, ada yang iseng. Begitu mengucap "waqiila man...", maka, terdengar santri di shaf belakang menyahut; "raa...qe!"
Lambat-laun, namun, pasti. Makin banyak santri yang latah. Seruan "raa...qe!" malahan lebih nyaring dibandingkan "aamiin". Terlebih di sayap masjid, sisi kanan maupun kiri. Di situ biangnya!
Keisengan santri terus berlanjut. Sementara ustaz Hasnawi bergeming. Ia seolah tak terusik dengan ulah latah santri. Akibatnya, kelakuan santri kian edan. Musababnya, "waqiila man, raa...qe" mulai dipelesetkan menjadi "waqiila moonraker". Persis titel film James Bond.
Di suatu subuh, ustaz Hasnawi kembali membaca al-Qiyamah. Ketika sampai pada "waqiila man...", nyaris satu masjid berseru; "RAA...QE!"
Selepas shalat, ustaz Hasnawi murka bukan kepalang. Rupa mukanya memerah. Suaranya bergetar. Tangannya menuding-nuding tanda gusar. Hafiz ini 100 persen bisa dipastikan marah sekali.
Ia mempertanyakan mengapa santri tega mempermainkan Kalam Ilahi. Santri seolah tidak mengerti deskripsi ayat bersangkutan. Firman Allah tersebut berkisah perihal sekelompok manusia yang terlihat heboh di dekat orang yang dilanda sakratulmaut. Di ujung kematian itu, hadirin saling bertanya: "Siapa yang kuasa menyelamatkan orang sekarat ini?"
Kasus "waqiila man, raa...qe" mengandung dua unsur. Pertama, bacaan tartil yang dibawakan oleh ustaz Hasnawi tak sepenuhnya dipahami santri. Jadi ini murni dilandasi keisengan, bukan gara-gara santri bersekutu dengan iblis! Kedua, pengaruh James Bond mulai melanda Pesantren IMMIM. Alhasil, memicu santri untuk berdimensi progresif. Siapa tidak mau jadi spion flamboyan sebagaimana agen 007. Cewek bahenolnya berlimpah sampai dirindukan oleh santri yang puber level dahsyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar