Kamis, 16 Juni 2022

Iapim Zaman Old


Iapim Zaman Old
Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada 1987, sejumlah pengurus Iapim mengangkut barang-barang dari sekretariat.  Iapim pindah kantor.  Sekretariat di Jalan Jenderal Sudirman No 33, digeser ke Jalan Sungai Lariang.
     Kantor baru ini berlantai dua.  Ruang di atas dihuni karyawan Gedung IMMIM.  Panjang sekretariat tujuh meter dengan lebar empat meter.  Pintu dicat putih.  Di atas pintu serta jendela, tertera aksara putih dengan dasar hijau; "Sekretariat Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (IAPIM)".
     Peralatan sekretariat antara lain lemari.  Pada 1988 atas inisiatif Syamsulbahri Salihima, Iapim membeli lagi almari demi transformasi inovasi.  Apalagi, berkas kian bertumpuk.  Perlengkapan lain di sekretariat yakni dua meja panjang dengan dua bangku panjang.  Ada pula meja khusus untuk Iapim 1 yang terletak berhadapan dengan pintu.  Penempatan perlengkapan di sekretariat senantiasa berubah sesuai selera alumni yang sering datang.
     Di sudut Timur Laut dekat jendela, ada cermin setinggi satu meter dan sisir.  Rata-rata alumni putri yang baru tiba di sekretariat, pasti bergegas ke depan cermin.  Mereka menata busana atau kosmetik agar tampil wangi sekaligus menawan.
     Di dinding sebelah Barat dipajang foto para mantan ketua Iapim.  Sementara dinding Timur dipasangi whiteboard.
     Tatkala Syambulbahri Salihima menjabat ketua Iapim, ia selalu menyediakan kopi maupun gula.  Terkadang, kopi serta gula ini ditaruh di lemari yang berisi berkas dan surat-surat penting.  Iapim belum sanggup membeli almari khusus makanan.  Alumni yang mampir leluasa menyeduh kopi dengan meminta air panas di pelayan Gedung IMMIM.
     Kapan sekretariat terbuka?  Mengingat di masa sebelum tarikh 90-an itu, rata-rata pengurus masih mahasiswa.  Iapim sesungguhnya terbuka 24 jam.  Kapan pun dipersilakan bertandang.  Maklum, kunci sekretariat ditaruh di bawah keset kaki depan pintu.
     Siapa pun alumni yang pernah ke sekretariat niscaya terkenang sesuatu yang terletak di samping dinding luar bagian Timur.  Benda besar tersebut senantiasa terlihat jika alumni ke toilet.  Biarpun "makhluk besi" itu mencolok mata, namun, dapat dipastikan alumni ogah menyentuhnya.  Soalnya, benda besar tersebut tiada lain ambulans.

Video Cabul
     Sekretariat di era Ahmad Fathanah, tampil memukau guna menunjang etos program Iapim.  Di tengah ruang sekretariat, ada lemari baru setinggi 150 sentimeter dengan lebar 50 sentimeter.  Almari ini memanjang dari dinding Timur ke Barat.  Lemari sebelah Timur panjangnya dua meter.  Sedangkan almari sisi Barat mencapai satu meter.  Antara kedua lemari, ada pintu koboi.  Untuk bertemu ketua Iapim, tamu mutlak melewati dua pintu.
     Di zaman Ahmad Fathanah, sekretariat Iapim dilengkapi televisi.  Di masa itu, stasiun televisi yang bisa dinikmati cuma TPI pada siang serta TVRI kala malam.  Beberapa bulan berselang, muncul RCTI dan SCTV.
     Televisi di Iapim acap hilang.  Sesudah diusut dengan penelusuran berliku, rupanya dibawa ke rumah teman untuk nonton video porno.  Alumni menikmati film eksperimen unscientific berupa silaturrahmi bibir serta kelamin.
     Makin lama, televisi di Iapim kian amburadul.  Remote control pun hilang.  Setelah diselidiki secara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, ternyata pencurinya anggota Iapim.  Tidak dikira tak disangka, diduga pun tidak.  Kiranya di sekretariat Iapim ada maling berstatus alumnus Pesantren IMMIM.  Untung Nusakambangan tak menjadi akhir tragis kasus ini.
     Aktivis Iapim pura-pura tidak tahu-menahu perkara remote control yang raib.  Saling memaklumi.  Seperti kalau ada yang kentut, pura-pura tak mencium baunya walau bulu hidung terasa rontok gara-gara busuk.

Juru Parkir
     Menjelang pertengahan 90-an, Iapim makin gemuk oleh alumni baru.  Kesibukan di sekretariat kian riuh.  Bahkan, sekretariat menjadi tempat kos kedua bagi sebagian aktivis Iapim.  Banyak yang menginap di sekretariat.
     Persoalan mulai muncul.  Alumni yang menginap berhari-hari akhirnya kehabisan uang.  Sementara kebutuhan perut mustahil dihindari.  Aktivitas wajib ditopang makanan.
     Area di depan sekretariat Iapim merupakan lahan parkir.  Mampu menampung sekitar 40 motor.  Hampir saban malam, Gedung IMMIM terisi acara pernikahan.
     Segelintir alumni lantas bertekad jadi tukang parkir.  Mereka berdiri di gerbang Jalan Sungai Lariang untuk menuntun kendaraan supaya parkir di depan sekretariat Iapim.  Alumni lapar yang separuh nekat, tentu enteng berbuat apa saja.  Ini merupakan tragedi terkelam perilaku awak Iapim.
     Di awal 90-an, warga Iapim ibarat tuan besar di Islamic Centre.  Tindak-tanduk alumni jarang digubris DPP IMMIM.  Iapim seolah anak kandung badung dari rahim IMMIM.
     Aksi sekumpulan kecil alumni yang menjadi juru parkir, berlangsung beberapa pekan.  Perbuatan ini akhirnya terendus sesudah tukang parkir asli mengeluh bila pendapatannya menurun drastis.  Seorang putri ayahanda tercinta Haji Fadeli Luran kemudian turun tangan.  "Alumni tidak diperkenankan menjadi juru parkir!"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People