Selasa, 03 September 2013

Terjemah Surah al-Fathir versi Abdul Haris Booegies


35. Al-Faathir

(Sang Kreator)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah

1.  Segala puji bagi Allah.  Pencipta langit dan bumi.   Menjadikan malaikat sebagai utusan yang punya sayap.  Ada bersayap dua, tiga atau empat.  Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang Ia inginkan.  Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
2.  Rahmat apa saja yang dianugerahkan Allah kepada manusia.  Tiada yang bisa menahannya.  Apa saja yang ditahan oleh Allah.  Tak ada yang mampu melepaskannya.  Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
[Mahaperkasa menunjukkan kalau tiada makhluk yang sanggup membatalkan ketetapan Allah. Sedangkan Mahabijaksana menandaskan bahwa Allah bijak-bestari dalam menetapkan aturan-aturan bagi para hambaNya]
3.  Hai manusia!  Kenanglah nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kalian.  Adakah pencipta selain Allah yang memberimu rezeki dari langit dan bumi?  Tiada Tuhan selain Ia.  Jadi, mengapa kalian tidak menyembahnya?
4.  Kalau mereka mendustakanmu (wahai Nabi Muhammad).  Rasul-rasul terdahulu juga disangkal kaumnya.  Camkan, kepada Allah dikembalikan segala urusan.
5.  Hai manusia, janji Allah membalas amalmu pasti benar.  Jangan terperdaya kemewahan hidup di dunia.  Jangan setan yang lihai menipu memperdayaimu agar durhaka kepada Allah.
[Setan di sini ialah dari golongan jin dan manusia. Bisikan setan terfokus pada tahta, harta dan wanita]
6.  Setan musuh kalian!  Perlakukan ia sebagai musuh.  Setan hanya mengajak pengikutnya menghuni Neraka yang menyala-berkobar.
7.  Kepada kawanan kafir ada azab keras.  Sementara bagi insan saleh serta pelaku bajik tersedia ampunan serta pahala besar.
8.  Gara-gara setan, ia membayangkan perbuatannya baik persis insan yang memperoleh bimbingan.  Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya.  Allah memberi hidayah kepada siapa Ia berkenan.  Jangan biarkan jiwamu merana (wahai Nabi Muhammad) akibat kesesatan mereka.  Allah Mahatahu yang dikerjakannya.
[1. Orang yang dikibuli setan mengira perbuatan buruknya adalah kebaikan. Mereka pun terlena.
2. Nabi Muhammad bermohon kepada Allah. “Ya Allah, muliakan agamaMu dengan Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”.
  Allah mengabulkan doa Rasulullah dengan masuknya Umar ke dalam Islam. Ayat ini turun sebagai penegasan antara dua orang yang berbeda haluan. Umar memperoleh hidayah.  Sedangkan Abu Jahal disesatkan oleh Allah]
9.  Allah mengirim bayu.  Lantas Angin menghalau awan-gemawan.  Kami arahkan awan itu ke wilayah tandus.  Dengan hujan, Kami menyuburkan bumi sesudah kering-kerontang.  Begitu pula yang terjadi dengan kebangkitan.
[Berkat hujan, bumi hidup setelah mati]
10.  Siapa mau kemuliaan.  Cari dengan cara mematuhi perintah Allah.  Milik Allah segenap kemuliaan.  Kepada Allah naik segala perkataan baik yang menegaskan iman.  Diangkat pula amal baik sebagai kemuliaan bagi pelakunya.  Sebaliknya, orang yang merencanakan kejahatan terhadap insan saleh.  Mereka dihukum siksa keras.  Makarnya hancur sia-sia.
11.  Allah menciptakanmu dari tanah.  Kemudian dari setetes mani.  Ia jadikan kalian berpasangan, lelaki dengan perempuan.  Tiap perempuan yang mengandung.  Tiap wanita yang melahirkan.  Pasti sepengetahuan Allah.
     Tidak dipanjangkan umur seseorang.  Tidak pula dikurangi.  Semua tertoreh dalam Kitab Ilahi (Lauh al-Mahfuz).  Perkara begitu hanya sepele bagi Allah.
12.  Tidak sama keadaan dua laut.  Ini air tawar dari sungai.  Memuaskan dahaga serta sedap diminum.  Lainnya asin lagi pahit.  Masing-masing bermanfaat.  Dari laut kalian makan ikan segar.  Dapat pula kalian ambil perhiasan untuk bersolek.  Kalian pun melihat kapal-kapal mengapung berlayar membelah ombak.  Semua itu supaya kalian leluasa mencari rezeki Allah seraya bersyukur.
13.  Ia silih-berganti memasukkan malam ke siang.  Memasukkan siang ke malam.  Ia memudahkan orbit matahari serta bulan.  Keduanya beredar sesuai tempo yang ditetapkan.  Pengaturnya yakni Allah, Tuhanmu.  Pada diriNya terletak kuasa pemerintahan.  Sementara yang kalian sembah selain Allah.  Tiada punya sesuatu walau setipis kulit ari.
[Nabi Muhammad bersabda: “Secara bergantian malaikat malam bersama malaikat siang berada di sisimu. Mereka berkumpul saat shalat Subuh dan Ashar. Kemudian malaikat yang berjaga malam naik kepada Allah. Bertanya Tuhan. Bagaimana keadaan hambaKu yang kamu tinggalkan? Mereka menjawab. Kami meninggalkannya ketika sedang shalat. Kami datang kepadanya tatkala mereka shalat”]
14.  Kalau kamu memohon kepada sesembahan itu.  Mereka tak mendengar seruanmu.  Andai saja mendengar, tetap tidak mampu memperkenankan permintaanmu.  Di Hari Kiamat, mereka mengingkari perbuatan syirik kalian.  Camkan!  Tiada yang kuasa memberitahumu (wahai Nabi Muhammad perihal hakikat hakiki) sebagaimana Allah yang teramat detail pengetahuanNya.
15.  Hai manusia, kalian selalu berkepentingan dengan Allah. Ia Mahakaya, tidak butuh sesuatu.  Mahaterpuji Allah!
[Nabi Muhammad melihat seorang tua dipapah dua anaknya. “Mengapa begini?” tanya Rasulullah. “Ia bernazar untuk berjalan”. Nabi Muhammad bersabda: “Allah Mahakaya! Ia tidak butuh orang ini menyiksa diri begini!” Rasulullah lalu menyuruhnya naik kendaraan]
16.  Sekiranya Ia menghendaki, niscaya dibinasakanNya kalian.  Kemudian mendatangkan makhluk baru.
17.  Perlaksanaannya tidak sulit bagi Allah.
18.  Pedosa tidak memikul dosa orang lain.  Bila ada yang berat kadar dosanya.  Kemudian memanggil orang lain memikulnya.  Tidak akan dibebankan sedikit pun sekalipun yang diminta pertolongan kerabatnya sendiri.
     Kamu (wahai Nabi Muhammad) hanya memberi peringatan kepada manusia yang takut melanggar hukum Tuhan.  Kendati mereka tidak melihat Allah.  Mereka shalat.  Siapa bersuci diri dari seluruh larangan, maka, semua demi kebaikan dirinya.  Kepada Allah tempat kembali.
19.  Tidak sama orang buta dengan orang yang melihat.
[Buta mata buta hati]
20.  Tidak sama gelap-gulita dengan terang-benderang.
[Kekafiran berbeda dengan cahaya iman]
21.  Tidak sama suasana teduh dengan panas.
[Teduh di Surga, panas-membara di Neraka]
22.  Tidak sama pula manusia hidup dengan orang mati.  Allah memperdengarkan petunjukNya kepada siapa yang Ia kehendaki.  Kamu (wahai Nabi Muhammad) tidak sanggup menjadikan orang yang hatinya mati seperti jasad dalam kubur, bisa mendengar!
[Nabi Muhammad tidak bisa membimbing orang yang hatinya mati]
23.  Kamu hanya Rasul pemberi peringatan!
24.  Kami mengutusmu dengan agama benar.  Membawa berita gembira kepada insan saleh.  Memberi peringatan kepada orang ingkar.  Tiap umat pernah ada dari kalangannya seorang Rasul pemberi peringatan.
[Nabi Muhammad mengutus seorang sahabat untuk suatu urusan. Ia berpesan: “Sampaikan kabar gembira. Jangan menakutinya. Permudah masalah. Jangan mempersulit!”]
25.  Kalau cecunguk kafir mendustakanmu.  Orang bahari juga mendustakan para Rasul.  Kepada mereka datang Rasul membawa keterangan-keterangan otentik.  Membawa Zabur serta kitab berisi penjelasan sempurna.
26.  Kemudian Aku azab cecunguk kafir.  Perhatikan!  Alangkah dahsyat akibat kemurkaanKu.
27.  Tiadakah kalian lihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit.  Kemudian Kami menghasilkan dengan hujan itu buah beraneka jenis.  Di antara gunung-ganang ada garis-garis putih serta merah.  Ketajaman warnanya berlainan.  Bahkan, ada yang hitam-legam.
[Warna gunung terjadi karena materi yang dikandungnya]
28.  Demikian pula di antara manusia, binatang melata serta ternak.  Ada yang berbeda jenis dan warna.  Sebenarnya, yang takut melanggar perintah Allah di antara hamba-hambaNya hanya ulama.  Allah Mahaperkasa Mahapengampun.
[Ulama yakni manusia yang memiliki ilmu tentang kebesaran Allah]
29.  Orang yang selalu membaca al-Qur’an.  Mendirikan shalat.  Lantas mendermakan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi atau terbuka.  Mereka mengharap berbisnis dengan Allah agar tidak pernah merugi.
30.  Allah menyempurnakan pahala mereka.  Lalu menambahkan karunia.  Allah Mahapengampun.  Ia senantiasa membalas sebaik-baiknya orang yang bersyukur kepadaNya.
31.  Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepadamu merupakan kebenaran total.  Mengesahkan Kitab-kitab sebelumnya.  Allah Mahatahu keadaan seluruh hambaNya.  Ia Mahamelihat.
32.  Kami mewariskan al-Qur’an.  Kepada orang yang Kami pilih dari kalangan hamba Kami.  Di antara mereka ada yang berlaku zalim kepada dirinya (tidak mengindahkan al-Qur’an).  Ada yang mengambil jalan tengah.  Ada pula yang berlomba dalam kebajikan atas izin Allah.  Ihwal tersebut merupakan karunia paling besar.
[Jalan tengah yaitu perbandingan sama antara kebaikan dengan keburukan]
33.  Balasan mereka ialah Surga Aden.  Ketika memasukinya, mereka dihias gelang-gelang emas sekaligus mutiara.  Busananya berbahan sutera.
[Nabi Muhammad diberi hadiah sejenis pakaian luar dari sutera. Ia memakainya untuk shalat. Usai shalat, ia menanggalkannya dengan cara menyentak pertanda tak suka. Rasulullah lantas bersabda: “Tidak pantas busana ini untuk orang bertakwa”.
  Sutera serta emas tidak dianjurkan dipakai oleh pria di dunia]
34.  Mereka berkata:  “Segala puji bagi Allah yang menghapus duka-cita kami.  Tuhan kami benar-benar Mahapengampun.  Ia memberi balasan sebaik-baiknya kepada pelakon bajik”.
35.  “Tuhan menempatkan kami di kediaman lestari berkat karuniaNya.  Kami tak lelah.  Tidak pula kehabisan tenaga”.
[Nabi Muhammad ditanya: “Wahai Rasulullah, tidur adalah nikmat Allah. Apakah di Surga kita juga tidur?” Nabi Muhammad menjawab: “Di Surga tidak ada tidur. Sebab, tidur rekannya kematian! Sementara kematian tidak ada di Surga. Tiada penat di sana. Semua urusan menyenangkan”. Ayat ini lalu diwahyukan]
36.  Gerombolan kafir disediakan Neraka Jahanam.  Mereka tidak dihukum di dunia yang mengakibatkannya mati.  Tidak diringankan azabnya.  Begitulah Kami membalas manusia yang keterlaluan kafirnya.
37.  Mereka meraung-raung di Neraka sembari membujuk.  “Tuhan kami.  Keluarkan kami.  Kami bakal mengerjakan perbuatan bajik.  Bukan seperti yang telah kami lakukan!”  Allah berfirman:  “Kami memanjangkan umurmu.  Memberi kesempatan yang cukup untuk berpikir bagi pemilik nalar.  Datang pula Rasul memberi peringatan.  Kini, rasakan ulahmu!  Tiada penolong bagi manusia durjana!”
38.  Allah tahu semua rahasia langit dan bumi.  Ia Mahatahu segenap isi hati.
39.  Ia menjadikan kalian silih-berganti penguasa di dunia.  Siapa kafir, niscaya balasan keingkarannya menimpa dirinya.  Kekafiran mereka cuma menambah kemurkaan Allah.  Sedangkan bagi dirinya hanya menambah kerugian belaka.
[Nabi Muhammad bersabda: “Dulu, bani Israil dipimpin para Nabi. Tiap seorang Nabi mangkat, ia digantikan Nabi lain. Tidak ada lagi Nabi sesudahku. Khalifah yang banyak bakal bermunculan”.
  Bertanya sahabat. “Apa yang kamu perintahkan kepada kami?”
  Rasulullah menjawab: “Setia kepada baiat khalifah pertama dan seterusnya. Beri mereka haknya. Allah pasti menuntut tanggung-jawab mereka atas kepemimpinannya”]
40.  Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Jelaskan kekuasaan makhluk-makhluk yang menjadi sekutumu.  Kalian menyembahnya selain Allah?  Tunjukkan padaku bagian mana yang diciptakannya di bumi ini?  Apakah mereka punya secuil saham dalam penciptaan langit?”   
     Pernahkah Kami memberi mereka sebuah Kitab.  Hingga, mereka memahami keterangan-keterangan secara apik?  Sungguh, orang zalim hanya saling menjanjikan tipuan belaka.
41.  Allah menopang langit dan bumi supaya jangan lenyap.  Kalau keduanya sirna.  Tidak ada yang sanggup menopangnya selain Allah.  Ia Mahapenyantun Mahapengampun.
42.  Mereka bersumpah dengan nama Allah sebagai ikrar sejati.  Bila datang Rasul pemberi peringatan, pasti mereka mengikuti bimbingannya.  Bertekad menjadi umat yang lebih baik ketimbang umat lain.  Kala tiba Rasul pemberi peringatan.  Mereka justru bertambah liar menjauh dari kebenaran.
[Etnis Quraisy berkoar: “Kalau Allah mengutus Nabi dari kalangan kami. Tiada umat yang lebih beriman kepada Allah, sangat taat kepada Nabi serta kokoh berpegang teguh pada Kitab Allah, kecuali kami!”
  Sesumbar itu rupanya bualan omong kosong.  Sumpah yang digaungkan tidak ditepati]
43.  Mereka bersikap angkuh di bumi sambil merancang rencana jahat terhadap Rasul.  Makar itu ternyata menimpa perencananya sendiri.
     Mereka hanya menanti berlakunya undang-undang Allah sebagaimana yang menimpa kawanan kafir terdahulu.  Kamu tidak bakal mengalami perubahan berkenaan undang-undang Allah.  Tidak pula menemui penyimpangan di dalamnya.
[Sunnatullah alias undang-undang Allah adalah azab. Sunnatullah merupakan kebiasaan Allah dalam menghukum pendusta Rasul serta manusia durjana]
44.  Apakah mereka tidak berkelana di bumi.  Kemudian menyimak akhir riwayat gerombolan kafir bahari.  Cecunguk kafir terdahulu itu lebih unggul dalam kekuatan.  Tidak sesuatu pun bisa melemahkan Allah, baik di langit maupun di bumi.  Ia Mahatahu lagi Mahakuasa.
[Musyrik Mekkah bukan tandingan kafir kuno dalam kekokohan kekuatan. Bandit-bandit Lembah Bakkah cuma kucing di hadapan singa]
45.  Andai Allah harus menyiksa manusia karena perbuatannya.  Tentu Ia tidak membiarkan tinggal di dunia ini satu pun makhluk hidup.  Tuhan menangguhkan hukumannya sampai waktu yang ditetapkan.  Bila tiba ajal, maka, Allah membalas mereka secara adil.  Allah senantiasa melihat keadaan hamba-hambaNya.





Derajat Terjemahan

     Terjemah al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad.  Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab klasik.  Tidak dinamakan al-Qur’an jika firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis.  Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Alih bahasa mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah.  Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas, puitis sekaligus sarat makna.  Sedangkan aneka bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
     Terjemah al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Terjemah al-Qur’an tidak pernah serupa.  Terjemahan senantiasa tampil beda.  Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan al-Qur’an.  Maklum, Kalam Ilahi tersebut memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan kata.
     Terjemah al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk repot diaplikasikan.  Mayoritas ulama berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan yang berat direalisasikan.  Terjemahan harfiah susah karena ada mufradat (sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an.  Tanda baca tersebut minimal mirip.  Selain itu, terjemahan secara harfiah menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kesamaan tersebut mencakup kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
     Terjemahan harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna.  Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
     Walau sukar, tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam al-Qur’an.   Mereka berusaha selaras dengan wahyu.  Sebab, khawatir mengaburkan arti.  Mereka menjaga interpolasi pikiran.
     Terjemahan tidak lepas pula dari platform sastra.  Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan bahasa si penerjemah.  Dalam kasus ini, penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal.  Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si penerjemah ke dalam terjemahan.  Mereka tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab.  Penerjemah semacam ini memakai kebebasan dengan kata-kata pilihan.
     Di berbagai bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis.   Ada juga sekedar informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik sastrawi.  Tiap kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an.  Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.
     Pada akhirnya, seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di hati.  Tiada seorang pun ingin menampilkan terjemahan ala kadarnya.  Elemen itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab.  Alhasil, bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek ke al-Qur’an asli.
     Terjemahan apa saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an.  Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak mengerti bahasa Arab.
     Di luar negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnu.  Dhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”.  Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks kalimat.
     Dalam bahasa Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya.  Sebagai contoh, kata antum (kalian).  Antum sering digunakan untuk menyapa lawan bicara kendati cuma satu orang.  Tidak dipakai kata anta (kamu).  Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.
     Di Indonesia, orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan.  Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang berbeda.  Kamu biasa dipakai untuk lawan bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.  Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan.  Sementara tuan buat orang yang dimuliakan.  Anda serta tuan dalam sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau kepada khalayak.
     “Kami” merupakan sebutan Allah untuk diriNya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata ganti orang pertama plural.  Sedangkan jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti keagungan atas dirinya.
     Dalam tata bahasa Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana” (saya).  Lantas ada kata ganti pertama plural “nahnu” (kami atau kita).  Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular.  Dalam nahwu sharaf (Arabic grammar), inilah yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta.  Allah tak tidur!  Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa insan saleh.
     “Semua makhluk di langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Saat membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci.  Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi tiada lain Allah.  “Aku ini Allah.  Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.  Allah merupakan nama diri (proper name) dari Zat Mahakuasa.  Dalam kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism jamid.  Kategori tersebut menjabarkan kalau kata Allah bukan ism (kata benda) yang diambil dari kata kerja.  Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun!  Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan).  Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti berbeda dari kata pembentuknya).  Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
    Istilah Allah bagi umat Islam teramat jelas posisinya.  Berbeda dengan Yahudi.  Mereka tak mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama.  Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.  Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan).  Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah melafalkannya.  Mereka terpaksa membacanya adonai (tuhan atau tuan).  Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.
     Untuk mengibuli umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.  YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
     Pada esensinya, empat konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.  Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh, Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera.  Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.  Ini sungguh aneh.  Sebab, nama tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.
     Di kalangan Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam.  Kristen menganggap jika Allah merupakan sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah).  Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord.  Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk pada sesuatu yang disembah.
     Terkutuk sekawanan agen Thaghut (sesembahan paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies



































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People