Renungan Mengenai Nabi-nabi Palsu Paman
Sam
Amerika
Mencari Impuls Spiritual
Oleh Abdul Haris Booegies
Tujuh puluh empat hari sesudah David
Koresh dari sekte Kristus The Branch Davidian
membakar diri yang dikenal dengan tragedi Black
Monday (Senin kelam), Amerika kembali digoyang berita mengenai penangkapan
Omar Abdel-Rahman pada 2 Juli 1993. Kedua tokoh itu menggegerkan lantaran menjadi
sumber malapetaka yang berskala internasional.
Koresh adalah pemimpin Ranting Daud
(aliran ekstrem fundamentalis Protestan), yang mengaku Yesus Kristus. Ia memproklamasikan diri sebagai pemimpin yang
ditunjuk membuka gulungan kitab bersegel Tujuh
Materai Suci sebelum terjadi pertarungan antara kebenaran dengan kebatilan
dalam episode Armageddon. Kekerasan hati sang Mesiah (juru selamat)
imitasi tersebut, akhirnya membuat polisi federal menyerang Ranch Apocalypse (Rumah Perwahyuan)
Yahweh Koresh. Akibatnya, 86 manusia
terpanggang hangus, termasuk Koresh, tuhan yang bercitra najis.
Kalau Koresh berani berharakiri-ria, maka,
Syekh Omar lebih lantang lagi. Ulama
keturunan Mesir itu tidak hanya menjadi inspirator dalam peledakan gedung
kembar The World Trade Center di New
York pada 26 Februari 1993 (seperti tuduhan antek Yahudi), tetapi, ia bernafsu
pula menggulingkan rezim otoriter Presiden Mesir Hosni Mubarak yang bervisi
pemerintahan sekuler.
Daftar dosa Syekh Omar makin spektakuler
gara-gara dituding pula berada di belakang percobaan peledakan markas besar PBB. Kemudian sebuah gedung pencakar langit di Manhattan
yang menjadi kompleks kantor lokal FBI di New York. Bahkan, ulama Muslim radikal yang tinggal di
Jersey City, New Jersey tersebut, juga dianggap berhasrat meledakkan terowongan
Holland serta Lincolm. Dua terowongan
itu merupakan lorong kereta api penumpang di bawah Sungai Hudson.
Teror batal memekakkan telinga setelah
tercium oleh tim SWAT yang terdiri atas agen FBI dan polisi New York City. Siddiq Ibrahim Siddiq Ali, pemimpin holy war (perang suci) yang merakit bom
di sebuah gedung yang terletak di Queens, akhirnya diidentifikasi sebagai orang
yang pernah berhubungan dengan Syekh Omar. Siddiq tertangkap akibat pengkhianatan Emad
Salem yang dijuluki The Colonel oleh
FBI. Salem adalah bekas perwira militer
Mesir serta mantan bodyguard Syekh Omar.
Syekh Omar dituding menjadi penggerak
utama untuk meledakkan Amerika. Hal
tersebut karena Amerika di mata tokoh spiritual Islam fundamentalis itu tiada
lain setan mahabesar (great satan). Syekh Omar dicurigai pula merestui aksi
percobaan pembunuhan terhadap senator Alfonse d’Amato yang pro Israel. Ia juga berniat mencincang-cincang Dov Hiking,
seorangYahudi ortodoks yang menjadi wakil pemerintah negara bagian New York.
Ulama keturunan Mesir berusia 55 tahun
yang menderita cacat mata (tunanetra) tersebut, malahan dianggap otak di balik
pembunuhan Rabbi Meir Kahane. Begundal
ekstrem kanan Yahudi itu dibantai oleh Sayid Nosair pada 1989.
Tudingan keji tersebut kemudian disangkal
oleh Michael Warren, pengacara Syekh Omar. Ia akhirnya balik menuduh bahwa Emad Salem
yang digunakan untuk memata-matai kegiatan Syekh Omar adalah anjing yang tidak
memiliki kredibilitas.
Koresh dan Syekh Omar merupakan prototipe
keagamaan yang berusaha menanam pengaruh di negeri Paman Sam. Keduanya menjadi the great leader (pemimpin besar) bagi jamaahnya untuk menabur kebaikan
universal (hanif) sesuai versi masing-masing
di Amerika. Apalagi, Amerika memang merupakan wilayah yang cocok untuk menyebarkan
iklim kerohanian. Negara pendekar
demokrasi modern tersebut, menjamin kebebasan tiap individu untuk bersolek apa
saja. Hingga, trend dunia masih selalu mengacu pada life style Amrik alias America
Look.
Khas negeri Bill Clinton berupa American Dream, membuat kehidupan
masyarakat Americano bermuara pada
aspek seks, aroma cinta dan pencarian jati diri yang tiada berujung.
Kenikmatan dosa tersebut kian mengkilap
oleh sikap hidup masyarakat Paman Sam yang sangat individualistik sekaligus hubbuddunya (kecintaan terhadap kemilau
dunia lebih diprioritaskan). Kehidupan Amerika
yang sangat mengagungkan hukum sebagai raja (the
law is king), akhirnya membuat warga negara makin dahsyat. Alhasil, bukan kemustahilan jika terdapat 12
juta wanita di Amrik yang memegang senjata.
Eksotisme Sekte Sesat
Klirnaks kehidupan bebas serta individualistik
di Amerika, ialah hilangnya kontak manusia dengan nilai-nilai ketuhanan. Mereka berlomba mengisi waktu dengan berbagai
aktivitas yang sekadar bertumpu pada sikap hedonistik. Tanpa terasa, mereka pun akrab dengan pemujaan
berhala (idolatry) super sakti yang
tercipta dari gempita budaya massa. Segenap
huru-ria itu sesungguhnya membelenggu mereka dalam lingkaran pencarian yang
tiada bertepi.
Kekosongan jiwa dari tata keilahian (divine order), akhirnya membuat masyarakat
Amerika tersedot dalam pusaran sekte-sekte yang banyak bertebar. Padahal, kelompok pemujaan tersebut,
sebenarnya cuma penghancur agama (halikah).
Larisnya saluran iman yang bengkok itu
lantaran menjanjikan kedamaian universal bagi orang yang mengalami kegelisahan
jiwa.
Mereka juga kecewa terhadap tuhan sampai
memekik ala Yesus Kristus: “Elloy Elloy
lama tabaktani” (Tuhan mengapa Engkau meninggalkan diriku). Kesintingan mereka oleh godaan sekte lalu
membuat pandangan masyarakat harus gila pula untuk memahami eksistensinya.
Perkembangan sekte keagamaan yang mengultuskan
figur sentral dimulai sejak 1960-an. Sekte (cult)
yang merupakan kelompok dalam sebuah komunitas, tak sekadar menyimpang dari
doktrin formal agama induk, tetapi, juga bersifat destruktif. Ciri sekte sesat Amrik yaitu fanatik,
intoleran, ekstrem, agresif, sadistis dan kadang serba seks (sexism).
Cult
Awareness Network serta Regional Watcman
Fellowship, dua organisasi yang memantau kelompok pemujaan mengeluarkan
pernyataan bahwa ada sekitar 3.000 sekte keagamaan di Amerika dengan 30 juta
pengikut. Sekte-sekte yang pernah menghebohkan
Paman Sam antara lain Hare Krishna, Hasidik Lubavitcher, Persekutuan Gereja Moon
dan Gereja Scientology.
Pencerahan Jemaat Internasional Krishna
alias Hare Krishna, didirikan pada 1965 di lorong-lorong pengap New York oleh
Abhay Charan Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Eksotisme agama India berupa Hindu kuno,
merupakan sumber ajarannya. Pendiri
sekte yang telah membius rasio Amerika dengan tata nilai masyarakat Timur yang
masih murni dari hempasan polusi modernitas tersebut, tutup usia pada 1977.
Kelompok pemujaan yang juga berasal dari
luar Amrik adalah sekte Yahudi ultra-ortodoks Hasidik Lubavitcher yang
bermarkas di Crown Height, Brooklyn, New York. Gerombolan itu menggegerkan lantaran Rabbi
Agung Menahem Mendel Schneerson yang berusia 90 tahun sebagai pemegang tampuk
tertinggi kelompok Lubavitcher, secara mengejutkan mengklaim diri sebagai
Mesiah (Imam Mahdi). Ia dibaiat sebagai
jurumudi dunia dengan tugas menyelamatkan umat manusia dari genangan dosa.
Kelompok keagamaan Lubavitcher mulai
berkembang di New York sekitar 40 tahun silam. Sekte ultra-ortodoks yang termasuk kelompok
pemujaan terbesar dalam agama Yahudi tersebut, merupakan percikan permenungan
Rabbi Lubavitc yang beremigrasi dari Rusia akibat kampanye anti Yahudi.
Unification
Church yang didesain oleh Sun Myung Moon di Pusan, Korea Utara, turut pula
menyemarakkan agama-agama palsu di negeri Paman Sam. Moonisme berkembang di Amerika sejak 1972. Pendeta murtad Sun Myung Moon yang mendirikan
gerakan Kristen ekstrem itu, menganggap diri sebagai Orangtua Sejati dari
Keluarga Tuhan. Celakanya, Moon yang
pendusta ternyata sangat tergiur dengan pembunuhan lantaran sakit jiwa yang
diidapnya. Ajaran Moon membagi dunia
menjadi sun sang (negatif) serta hyung sang (positif).
Kelompok pemujaan lain yang tersembul dari
bumi Amerika yakni Gereja Scientology yang didirikan oleh L Ron Hubbard, mantan
penulis science fiction. Pengikutnya dari kalangan jetset peradaban budaya populer semacam Tom Cruise (anak emas Hollywood),
John Travolta (pendekar disko), Sonny Bono (mantan walikota dan bekas suami
bintang seksi Cher), Chick Cores (musikus jazz), Mimi Rogers (eks istri Tom
Cruise) maupun Anne Archer (aktris).
Tujuan akhir (ultimate goal) ajaran sempalan Ron Hubbard bukan taqarrub ilallah (mendekatkan diri
kepada Allah). Ia rupanya sekedar
menumpuk harta laiknya Qarun di era Nabi Musa. Kekerasan ikut pula mewarnai jejak langkah
Gereja Scientology.
Di samping Gereja Scientology, juga ada
MOVE, sebuah kelompok yang membentangkan kepercayaan takhyul asli Amrik
sekaligus mengajarkan primitivisme serta anarki. Sekte yang dipimpin oleh Conrad Afrika
tersebut, didominasi jemaat berkulit gelap dan orang-orang Puerto Rico. Sedangkan Church
Universal and Triumphant, tercatat sebagai sekte terbesar di Negeri Impian
itu. Kaum ekstremis (mutafarrifun)
pemuja “irama iblis” yang bermarkas di Montana tersebut, memiliki 5.000
pengikut.
Super Seks
Sekte-sekte yang tegar menegakkan ideologi
kentut dalam penerapan keagamaan, kiranya diperparah juga kelompok sempalan (splinter group) yang menyisipkan seks
secara vulgar pada ibadahnya. Para
anggotanya bertekuk-lutut tak berdaya di hadapan tirani seorang guru kebatinan
gadungan yang lapar seks. Hatta, Amerika
secara revolusioner telah menghempaskan nilai tauhid demi sikap hedonistik yang
mempertuhankan kebendaan serta kesenangan seksual.
Sekte sesat seks yang keberadaannya
memperkaya kaum the seekers of god di
Amrik ialah Yayasan Internasional Rajneesh, Kuil Rakyat, Children of God dan The
Branch Davidian.
Yayasan Internasional Rajneesh didirikan
oleh Bhagwan Shree Rajneesh (Rajneesh Chandra Molan), seorang guru cabul-maksiat.
Semua muridnya ia paksa memakai gaun sutera
halus nan tipis tanpa pakaian dalam. Sebab, menurut Bhagwan, cawat (CD) maupun
kutang (BH) hanya mengekang energi untuk mendekatkan diri dengan tuhan. Hubungan seks bebas merupakan jalan menuju
kemerdekaan rohani, begitulah dakwah sang pemimpin sekte super seks.
Bhagwan bermarkas di ranch (peternakan) Big Muddy, Portland, di daratan tinggi Oregon. Di sana, berdiri Rajneeshpuran (Kota Rajneesh) dengan 93 sedan Rolls Royce yang
berfungsi sebagai istana Bhagwan. Pendiri
aliran porno tersebut, memadukan ajaran Hindu, Malthusianisme (pembatasan
kelahiran) serta Darwinisme. Sementara
teori pencerahan yang merupakan menu akidahnya, berlandaskan pada kekerasan dan
seks. Filosofi ajaran guru mistik porno
itu ialah 3L (Life, Love and Laughter)
alias hidup, cinta, serta tertawa riang.
Bhagwan yang mati pada 19 Januari 1990 di
Poona, dekat Bombay, India, layak bangga.
Soalnya, riwayat pamungkasnya tidak segetir Jim Jones. Seperti tercatat dalam lembaran sejarah, nabi
palsu Jones di akhir hayatnya bernasib tragis. Sekalipun garis hidupnya tamat teramat
dramatis, namun, Jones, People’s Temple
dan Guyana adalah legenda kelompok pemujaan di Amerika.
Jones, seorang pendeta gadungan bersama
pengikutnya bermarkas di hutan negeri tropis di Guyana, Amerika Selatan. Ajaran Jones dalam sekte Kenisah Rakyat adalah
paduan antara agama Protestan dengan eksperimen sosialisme.
Merasa yakin bila dirinya dianugerahi
dengan kekuasaan oleh para dewa di langit, maka, Jones tidak segan bersetubuh
dengan banyak wanita maupun pria di kalangan umatnya. Ia malahan mengaku mewadaki jiwa tuhan (god in flesh).
Pada 14 November 1978, Leo Ryan, seorang
anggota Kongres dari California melawat bersama beberapa wartawan ke kompleks
Jones yang terletak pada sebuah koloni di bekas rimba. Kunjungan Ryan ternyata menggusarkan Jones,
yang tidak lain adalah sesosok tuhan. Hatta, ia menghabisi rombongan anggota
parlemen Amerika tersebut. Aksi itu kurang sempurna. Beberapa orang berhasil lolos dari sergapan
rentetan peluru yang dimuntahkan algojo-algojo Jones.
Khawatir belangnya bakal diungkap oleh
rombongan yang selamat, maka, Jim yang biseks memaksa pengikutnya menenggak
sari buah yang sudah ditaburi pottasium
cyanide. Dunia pun heboh pada 18
November 1978. Tatkala pastor edan Jones
bersama 913 umatnya mati menggelepar akibat bunuh diri massal.
Mati satu tumbuh seribu. Ungkapan tersebut sejalan dengan kelompok
sempalan di Amrik. Sesudah People’s Temple musnah dalam tumpukan
kejahatan, maka, Children of God
mulai mekar. Children of God bermula pada 1968 yang kala itu jemaahnya cuma kaum
hippies yang kecanduan narkotik di
jalan-jalan sumpek kawasan California.
Children
of God termasuk kelompok ultra konservatif serta reaksioner yang didirikan
oleh David Brand Berg, seorang pandeta gereja Missionary Alliance. Awalnya, sekte tersebut dinamakan Teen Challenge. Kemudian berubah menjadi Teens for Christ. Pengikutnya yang kian menyatu dengan kejahatan
seks alias orgi (pesta seks), akhirnya membuat sekte itu dinamakan Children of God.
Kelompok agama yang sarat sex action (aktivitas seksual) tersebut,
mempraktekkan kebebasan bergaul antara pria dengan wanita berdasarkan kasih
tuhan. Sebab, bagi rnereka, tuhan adalah
sexy god (tuhan yang seksi) sekaligus
germo mahabesar. Sedangkan para anggota
agamawan konservatif David Berg adalah pasangan seks rohani tuhan.
Family
of love yang terkurung dalam kemaksiatan agamawi itu, sangat membenci
gereja, komunis, kapitalis dan Pemerintah Amerika. Di sisi lain, mereka sangat memuji Moammar
Khaddafi. “Nabi Padang Pasir” yang juga
Pemimpin Libya tersebut, dianggap jamaah Children
of God sebagai pemimpin alternatif bagi dunia yang sudah kehilangan tuhan.
Pada 1978, David Berg mengubah nama
menjadi David Moses agar identik dengan Nabi Musa. Moses pun membaiat diri sebagai the prophet of god for today (utusan
tuhan untuk masa kini). Sedangkan kitab
sucinya ialah M0 Letter (Surat Musa).
Gerakan yang butir-butir ibadahnya
mengekspresikan nafsu seks itu lalu menyebar di beberapa negara seperti
Inggris, Australia, Denmark, Hongkong, Filipina, Malaysia serta Indonesia. Di Amerika, para orangtua yang menentang Children of God membuat organisasi Free Our Children from the Children of God.
Pada detik ini, kelompok pemuja yang masih
fresh dalam memori ialah The Branch Davidian, sempalan Gereja
Advent Hari Ketujuh. Sekte David Koresh
yang wassalam pada 19 April 1993,
bermula dari Benyamin Roden, ahli waris Victor Houteff, seorang imigran
Bulgaria pendiri Davidian Sevent-Day
Adventish. Saat Benyamin meninggal,
maka, George Roden, putranya dari hasil perkawinan dengan Lois menjadi pewaris
sekte tersebut.
Dengan kelicikannya, Koresh berhasil
membalik fakta. Ia kemudian menuai
kemenangan setelah bertengkar selama 20 menit dengan George di bawah desingan suara
senjata jenis Uzi. George akhirnya kalah
di pengadilan. Bahkan, ia harus
dimasukkan ke runah sakit jiwa. Posisi
itu menempatkan Koresh sebagai pewaris sekte.
Anak muda berusia 23 tahun tersebut lalu menikahi Lois yang berusia 67
tahun, ibu seterunya.
Koresh lahir dengan nama Vernon Wayne
Howell di Houston, Texas, pada 1959 dari rahim Bonnie Halldeman. Sang ibu melahirkan Koresh tanpa suami sah ketika
berumur 15 tahun. Sejak bayi sampai usia
lima tahun, Koresh dititipkan kepada Earline Clark, neneknya. Sesudah merasa siap, Bonnie kemudian mengasuh
putranya. Di masa kanak-kanak, Koresh
tekun berdoa diiringi isak tangis di samping ranjang.
Pada umur 18 tahun, Koresh pindah ke
Tyler. Di sana, ia bergabung dengan
Gereja Advent. Koresh yang dituding menderita
psikopat merasa kecewa di bawah panji Gereja Advent. Alhasil, ia beralih ke sekte Ranting Daud. Perjalanan hidupnya lalu mempertemukan ia
dengan Lois. Sesudah kawin dengan
perempuan tua itu, Koresh kemudian membangun Ranch Apocalypse di lahan seluas 32 hektar di Mt. Camel, Waco,
Texas.
Nama David Koresh dipakainya sejak 1990. David diambil dari nama Raja Daud (Nabi Daud),
penguasa Israel kuno yang berselimut kejayaan pada tahun 900 sebelum Masehi. Raja Daud merupakan bagian dari mitos milenium
Yahudi yang berhasrat menyatukan Palestina. Sementara Koresh dalam lafal bahasa Ibrani
sama artinya dengan Cyrus Agung pada bahasa Latin.
Cyrus
adalah Raja Persia yang membebaskan kalangan Yahudi dari perbudakan di Babylonia. Kala itu, perbudakan terhadap puak Yahudi
telah berlangsung selama 50 tahun pada tarikh 538 sebelum Masehi. Kaum Yahudi yang meninggalkan tempat pembuangan
tersebut lalu menuju ke Yerusalem.
Koresh yang mampu berkhotbah selama 17 jam
nonstop, punya 19 istri. Ia juga
menghalalkan diri bersetubuh dengan istri pengikutnya. Dalam memilih pasangan hidup, Koresh tidak
pandang bulu. Ia, umpamanya, menikah
dengan Rachel Jones (14) dan Michelle Jones (12), dua bersaudara. Koresh pun mengawini Robyn Bunds, gadis molek sweet seventeen serta Jeannine yang
berusia 50 tahun, ibu sang istri alias mertuanya.
Dalam ocehan keagamaannya, Koresh mengaku
mendapat wahyu dari tuhan untuk membangun Rumah Daud yang baru. Di samping memproklamasikan diri keturunan
Daud pilihan tuhan, ia pun mengaku tuhan. Ia mendaulat diri sebagai tuhan yang akan
disembah kakinya. Alhasil, tanpa risih,
bos The Branch Davidian itu menggemakan
bahwa Koresh adalah hukum dan kebenaran tiada lain Koresh sendiri. Sebagai “orang suci”, Koresh kemudian menuding
Pemerintah Amerika sebagai setan.
Daya tarik Koresh lalu menjalar ke
pelbagai individu sakit di era post-modernisme masa kini. Selain warga Amrik menjadi pengikut setia
Koresh, juga anggotanya berasal dari Inggris, Australia, Israel, Filipina,
Selandia Baru serta Kanada. Di hadapan
muridnya, Koresh mengembangkan mentalitas krisis dengan membicarakan hari
kiamat.
Obsesi Koresh tentang Armageddon, kemudian memaksanya menyiapkan makanan dan persenjataan.
Sedangkan jemaahnya berlatih fisik
secara militer. Koresh yang memasang
poster gitaris rock favoritnya Ted Nugent serta Megadeath, supergroup heavy metal kesayangannya, lalu meremas-remas
jiwa komunitasnya dengan film Platoon,
Full Metal Jackett dan Hamburger Hill.
Tumpukan senjata Koresh akhirnya membuat
barisan ATF (Alcohol Tobacco and
Firearms) yang bernaung di bawah Departemen Keuangan Amerika, segera turun
tangan. Abdi negara tersebut bermaksud
memperingatkan ulah Koresh yang berbahaya. Niat ATF ternyata dinilai keterlaluan oleh
sang nabi palsu. Akibatnya, ia
murka. Maklum, Koresh adalah tuhan yang
patut menghukum apa saja rintangan-penghalang. Ulah itu pula menjadi akhir hidupnya yang
mencoba melawan hukum cowboy dari
tangan sosok Rambo.
Dimensi Setan
Sekte-sekte di Amerika dicari, laku serta
nyaris mencapai posisi bestseller. Elemen itu terjadi karena tata nilai masyarakat
telah kehilangan getaran rohani akibat dentuman rutinitas keseharian yang
menggerogoti komunikasi antarwarga dan lingkungan. Hingga, krisis mental secara total membuat
orang mencari pegangan hidup. Mereka
sudah muak menjadi masyarakat serba ada (affluent
society). Pasalnya, kehidupan tersebut
justru memekikkan perasaan asing di tiap pijakan kaki. Kebahagiaan hidup (happiness of life) berasas permisif alias paham yang membolehkan
segala sesuatu (the doctrine of permissives),
ternyata hanya membelenggu akal sehat dalam mencari kebenaran mutlak. Tata nilai yang serasi dengan kaidah agama
untuk bertahan, telah retak-jatuh lantaran propaganda bullshit.
Kebisingan dunia modern serta ketamakan
masyarakat industrial, akhirnya menimbulkan tafarruq
(perpecahan) dalam menginterpretasikan rumus profetis (kenabian). Sekte-sekte keagamaan pun menjadi pelarian
masyarakat Amerika untuk menemukan jawaban mengenai arti hidup. Mereka juga tergoda masuk kelompok pemujaan
guna memahami masalah kerohanian. Mereka
mengarah ke sana buat perlindungan total dalam kondisi rawan yang dapat
menghancurkan citra jati diri.
Masalah psikologis dan sosial yang
membentak-bentak pribadi seseorang untuk ikut aktif dalam sekte, sebetulnya
dibayar sangat mahal. Sebab, mereka
wajib meninggalkan kebebasan demi sejumput kehidupan dalam genggaman sang
pemimpin. Penganut sekte mesti rela terpuruk
dalam kehidupan fakir di perkampungan spiritualis imitasi. Sementara tokoh sentral bergelimang mutiara
kenikmatan.
Dalam menekan pasar sekte di Amerika,
maka, pencarian akar sejarah peradaban mutlak digalakkan untuk membentuk the new morality (akhlak baru) di
Amerika. Soalnya, akan tergelar sebuah
konsep yang jernih kalau diadakan pencarian titik awal sejarah peradaban. Apalagi, bila dilandasi kebenaran obyektif
dengan panduan ilmu dan teknologi. Konsep
yang jernih itu bakal berfungsi sebagai “alam yang kosong”. Munculnya “alam yang kosong” karena
tersisirnya father of lies (leluhur
kebohongan) yang melahirkan banyak korban dusta. Arkian, kebenaran sejati (objective truth) kelak berkilau benderang di atas pijar keabadian.
“Alam yang kosong” tersebut, kemudian
wajib diisi dengan teologi kedamaian serta filosofi kasih sayang. Problem menggelegak lantaran menyeruak batu
sandungan dari berbagai pihak yang juga ingin menanam saham dalam “alam yang
kosong”. Mereka berniat turut menyemai bibit
ideologi gaya baru Amerika. Hingga,
mesti ada konspirasi dalam perjuangan untuk merebut mahkota single majority di Amrik. Mereka harus berani mendengungkan “getaran
dakwah” atau mengobarkan bara “amukan pedang”.
Struktur itu berperan untuk membasmi keterkutukan dan kebebasan yang
disekap serbuk kontaminasi.
“Komplotan” atau “pasukan bawah tanah”
seperti jemaah Syekh Omar, pada hakikatnya adalah martir Islam di Amerika. Sebab, yang mereka gempur adalah musuh nyata (real enemy) bagi kaum Muslim. Para penghujat kebenaran Ilahi yang diperanginya
merupakan kelompok pedosa yang telah membuat generasi-generasi Amrik
bersemangat anti-Islam. Alhasil, darah
mereka halal dipercikkan. Pasalnya,
distorsi serius yang dihembuskan membuat keluarga besar Paman Sam hidup dalam
kemunafikan yang sebejat setan dengan kebiadaban seangker drakula.
Tanpa pencarian akar sejarah peradaban
untuk memberi ruang kepada teologi kedamaian serta filosofi kasih sayang,
niscaya Amerika akan terus diserbu multi problem dari orang-orang sinting. Maklum, sekte keagamaan fanatik di Amerika
hanya menjual secuil moral. Ihwal itu
lantas dijadikan alat pembebas dalam menentang keriuhan dunia bagi insan yang
terkekang jiwanya.
Manusia yang hidup dalam kerapuhan batin
akhirnya rela diinjak-injak oleh para nabi palsu Uncle Sam. Sementara tokoh
spiritual gadungan yang ambisinya dijajah pesona kekuasaan dalam menaklukkan
pengikutnya, makin mendramatisasi krisis moral manusia. Apalagi, mereka hidup di iklim
liberalisme-kapitalisme yang penuh aksi tipu-tipu.
Tersedotnya masyarakat Amerika dalam
pusaran ajaran-ajaran tai (feses) yang didominasi citra super seks, akhirnya
kian memusingkan realitas hidup. Struktur itu menandaskan bahwa tidak semua
fakta hidup bergulir di atas tumpukan gagasan yang terpatri dengan kosmos. Sebab, kenyataan dengan adanya splinter group, membuat orang acap bebal
guna mengikuti perhitungan logika berikut agama samawi atau ad-din al-jami.
Manusia yang tergolong men sano in corpore sano (dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang tenang) pun bakal repot menerima jika ada sekelompok
orang rela mati. Mereka berbuat demikian
justru sesudah dikibuli oleh pemimpin-pemimpin sekte setara Jim Jones atau
David Koresh. Hingga, kesintingan
rasionalitas juga sukar percaya oleh realitas gila tersebut. Fenomena brutal itu menjabarkan bila dunia
yang histeris, telah mati rasa sesudah ditumbuk-tumbuk oleh obsesi manusia
berdimensi setan.
Generasi zaman baru untuk mengangkat derajat
bani Adam, merupakan sebuah mimpi yang dirindukan penduduk Planet Bumi. Dengan demikian, pribadi yang tak berarti
serta masyarakat yang tiada bermakna gara-gara rayuan kehidupan sekuler modern,
bisa berubah menjadi mitra nilai-nilai kenabian.
Sekte keagamaan sebagai sebuah pelanggaran
tafsir pancaran sinar kerohanian, pada esensinya punya batas waktu dalam
bertahan di arus zaman. Arkian, teologi
kedamaian dan filosofi kasih sayang sangat mustahil muncul dari rahim kelompok
pemujaan. Teologi kedamaian serta
filosofi kasih sayang cuma sanggup tersembul dari tata keilahian.
Islam yang sering dilecehkan dengan nada
minor, merupakan agama yang memiliki kekuatan untuk berkompetisi di pasar ideologi
dunia. Apalagi, eksistensinya yang tidak
goyah diterpa zaman, mampu berperan sebagai kontrol ideologi (ideological control) bagi ajaran-ajaran
miring. Hingga, Islam merupakan satu-satunya solusi
bagi Amerika yang kini dikepung 3.000 sekte keagamaan. Sebab, dalam agama yang diwahyukan kepada
Maharasul Muhammad itu, tercantum peradaban agung, teologi kedamaian dan
filosofi kasih sayang.
PANJI MASYARAKAT, NO. 765,
TAHUN, 3-13 RABIUL AWWAL 1414, 21-30 AGUSTUS 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar