Minggu, 01 Januari 2023

Ad-Dukhan 28


Ad-Dukhan 28
Oleh Abdul Haris Booegies


     Tafsir merupakan pemandu untuk memahami al-Qur'an.  Tafsir berperan mengakomodasi antusiasme umat Islam terhadap al-Qur'an.
     Al-Qur'an merupakan manuskrip sakral yang termanifestasikan dalam wujud ayat demi ayat.  Rangkaian ayat al-Qur'an memuat pesan universal untuk dihayati serta diamalkan di tengah fenomena dan problematika.
     Al-Qur'an sebetulnya bukan cuma kepunyaan komunitas tauhid, tetapi, berlaku bagi segenap manusia.  Insan beriman atau gerombolan kafir, hamba Allah atau kawanan ateis, niscaya membutuhkan al-Qur'an sebagai panduan di alam semesta.
     Dalam khazanah Islam, ada sejumlah tafsir populer yang diklaim karya terbaik ulama.  Cendekiawan Muslim dengan pengetahuan tangguh ini, siang-malam mengkaji serta meracik firman-firman Allah.  Coretan interpretasinya perihal al-Qur'an kemudian mengarahkan kaum Muslim untuk mengerti maksud Allah.
     Saya ingin menilik tafsir ulama besar tentang ayat ke-28 surah ad-Dukhan.  Ayat ini saya definisikan secara bebas.  "Kami mewariskan seluruh pusaka Fir'aun kepada marga yang lain".
     Ibnu Katsir atau Imad ad-Din Abu al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir bin Dhaui bin Dar'i bin al-Qurasyi asy-Syafi'i al-Bushrawi ad-Dimasyqi menafsirkan قَوْمًا آخَرِينَ (kaum yang lain) sebagai bani Israil.  Ini menegaskan bahwa pengikut Nabi Musa menjadi pewaris takhta Fir'aun.
     Abu Said al-Hasan bin Abi al-Hasan al-Bashri dalam tafsirnya memaparkan bahwa قَوْمًا آخَرِينَ (trah yang lain) menyiratkan bani Israil.
     Tafsir al-Jalalain menukilkan bahwa lafal kazaalika di ad-Dukhan 28 menjadi khabar dari mubtada.  Ini menunjukkan kalau perkaranya memang begitu.  "Kami mewasiatkan semua itu" merujuk bahwa harta benda Fir'aun diserahkan (kepada golongan lain) alias bani Israel.
     Muhammad Muhsin Khan penulis The Noble Qur'an menjabarkan ad-Dukhan 28.  "Thus (it was)! And We made other people inherit them (i.e. We made the Children of Israel to inherit the kingdom of Egypt)".
     Ad-Dukhan 28 versi Terjemahan Al-Quran Bahasa Melayu (Malaysia) berbunyi:  "Demikianlah keadaannya (hukum Kami ke atas orang-orang yang derhaka); dan Kami jadikan semua peninggalan Firaun dan orang-orangnya: milik kaum yang lain (kaum Bani Israil)".

Tersesat 40 Tahun
     Di era Fir'aun, bani Israil merupakan kelompok masyarakat eksklusif.  Mereka tercatat sebagai penganut monoteisme.  Mayoritas keturunan Nabi Yaqub mendiami habitat di Gosyen, di delta sungai Nil.  Kawasan ini subur sekaligus cocok untuk menggembala domba.
     Di Mesir yang terletak di bagian Timur Laut Afrika, bani Israil menjadi pekerja bangunan.  Sebagian berprofesi sebagai arsitek.  Yahudi punya hubungan baik dengan Hyksos, yang juga imigran di Mesir.  Hyksos menetap di distrik Timur delta Nil.  Hyksos berasal dari Levant, wilayah yang mencakup Palestina, Suriah serta Lebanon.
     Fir'aun sebagai dewa tunggal di Mesir, merasa kurang nyaman dengan perilaku spiritual bani Israil yang monoteis.  Ini tidak etis gara-gara menodai ketuhanan Fir'aun.  Akibatnya, putra-putra Yahudi dibunuh.  "Mereka menyembelih anak-anak lelaki kalian.  Sementara anak-anak perempuan dibiarkan hidup" (al-Baqarah: 49).
     Di bulan Asyura, Nabi Musa memimpin 12 puak Yahudi keluar dari Mesir.  "Pergilah tatkala malam dengan membawa bani Israil.  Sungguh, kamu bakal diburu Fir'aun!" (asy-Syu'ara: 52).
     Jemaah Nabi Musa mengarah ke Kana'an atau Syam.  Negara Kana'an meliputi Palestina, Lebanon, separuh Suriah dan Yordania.  Kana'an meliputi pula sebagian kecil Mesir di Timur Laut.
     Hijrah bani Israil teramat melelahkan.  Apalagi, tak tersedia cadangan logistik.  Hingga, Allah menghamparkan rezeki berupa manna serta salwa.  Hidangan ini sejenis madu dan unggas.
     Dalam eksodus ini, Nabi Musa sempat pergi selama 40 hari untuk menerima Taurat.  Peristiwa ini lantas memicu bani Israil untuk menyembah patung anak sapi.
     Dalam perjalanan ke Baitul Maqdis, berkali-kali bani Israil berbuat zalim serta maksiat.  Akhirnya, mereka terkatung-katung di gurun Sinai selama 40 tahun.  Selepas berlalu empat dekade, mereka pun tiba di Baitul Maqdis.  "Masuklah ke kota ini.  Nikmatilah sepuasmu aneka makanan di mana saja kalian suka" (al-Baqarah: 58).

Tragedi Laut Merah
     Mengapa Tafsir al-Qur'an al-Azhim تفسير القرآن العظيم (Ibnu Katsir), Tafsir Hasan-al-Bashri تفسير الحسن البصري (Hasan Bashri) dan Tafsir al-Jalalain تفسير الجلالين
 (Jalaluddin al-Mahalli serta Jalaluddin as-Suyuthi) begitu yakin jika قَوْمًا آخَرِينَ (dinasti yang lain) merujuk ke bani Israil?  Saya menduga mereka menyimpulkan ad-Dukhan ayat 28 lantaran sugesti ayat 32 dan 33.
     "Kami pilih bani Israil berdasarkan pengetahuan Kami.  Di atas segala penduduk dunia pada masa tersebut".
     "Kami anugerahkan kepada mereka lewat Nabi Musa beragam mujizat.  Di dalamnya terdapat nikmat nyata".
     Mufasir tentu mengira bila dua ayat ini sejalan dengan ayat 28.  "Kami mewariskan segenap aset Fir'aun kepada rumpun yang lain".
     Deskripsi yang ditimbulkan oleh ordo mufasir klasik serta komtemporer ialah, bani Israil mengambil alih pucuk pimpinan di Mesir.  Alhasil, muncul perspektif bahwa bakda Fir'aun mangkat, maka, penguasa Mesir berasal dari Yahudi.
     Ratusan tahun tafsir قَوْمًا آخَرِينَ (kabilah yang lain) alias bani Israil diaminkan oleh umat Islam.  Padahal, ini tidak akurat.  Tak dilandasi artefak dan enkripsi.  Mesir tidak pernah dipimpin oleh bani Israil.  Tak ada satu teks pun yang melampirkan kalau Mesir pernah dikomandani Yahudi.
     Ketika berada di pinggir Laut Merah yang airnya kembali menyatu, 600 ribu bani Israil bergegas ke Kana'an.  Mereka tidak sudi kembali ke Mesir.  Musababnya, sebagian Yahudi menganggap jika Fir'aun belum mati.  Maklum, Fir'aun manusia setengah dewa.  Kembali ke Mesir sama artinya menyodorkan leher untuk digorok oleh detasemen khusus Fir'aun.
     Dalam hipotesis saya, pascatragedi Laut Merah, maka, terjadi kudeta di istana Luxor.  Hyksos mengambil alih supremasi Fir'aun.  Hyksos tertoreh dalam tapak cemerlang historis sebagai pendatang yang pernah memerintah di imperium Mesir.
     Hyksos berkuasa pada 1638 sebelum Masehi sampai 1530 sebelum Masehi.  Setelah 100 tahun lebih, Ahmose I bersama Kamose kemudian menggelorakan perang guna membebaskan Mesir dari cengkeraman Hyksos.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People